MAKALAH AL-QUR'AN HADIST
TUJUAN DITURUNKANNYA AL-QUR'AN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Al-Qur’an
adalah wahyu Allah SWT yang berfungsi sebagai mu’jizat bagi Rasulullah Muhammad
SAW, sebagai pedoman hidup bagi setiap muslim dan sebagai korektor dan
penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya, dan bernilai abadi,
sebagai pembeda (furqan), pemberi peringatan, kabar gembira dan pengobat.
Sebagai
mu’jizat, Al-Qur’an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya
orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab
penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan ( insya Allah) pada masa-masa
yang akan datang. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat
meyakinkan kita bahwa Al-Qur’an adalah firman-firman Allah SWT, bukan ciptaan
Nabi Muhammad SAW apalagi ciptaan manusia.
Bahasa
Al-qur’an adalah mu’jizat besar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapihan
susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya
bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari gaya bahasa
Al-Qur’an.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang di maksud Al-Qur’an itu?
2.
Apa saja fungsi Al-Qur’an bagi kehidupan umat manusia
pada umumnya?
3.
Apa saja tujuan diturunkannya Al-Qur’an oleh Allah SWT
untuk umat manusia ini?
4.
Mengapa Al-Qur’an merupakan pedoman hidup manusia?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian Al-Qur’an baik dari segi
terminologi maupun etimologi.
2.
Untuk menguraikan apa saja fungsi atau kegunaan
Al-Qur’an.
3.
Untuk mengungkapkan tujuan-tujuan diturunkannya
Al-Qur’an.
4.
Untuk mengetahui pebedaan-perbedaan pendapat mengenai
Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Al-Qur’an
Menurut
etimologi: Al-Qur’an berasal dari kata Qa-ra-a (قرأ) artinya
membaca, maka perkataan itu berarti “bacaan”. Maksudnya, agar ia menjadi bacaan
atau senantiasa dibaca oleh segenap bangsa manusia terutama oleh para pemeluk
agama Islam.[1]
Para ulama
berbeda pendapat mengenai lafadz Al-Qur’an. Sebagian berpendapat, penulisan
lafadz tersebut dibubuhi huruf hamzah (dibaca Al-Qur’an). Pendapat lain
mengatakan penulisannya Zdari akar kata apapun) dan bukan pula berhamzah (tanpa
tambahan huruf hamzah di tengahnya, jadi dibaca Al-Qur’an). Lafadz tersebut
sudah lazim digunakan dalam pengertiannya kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi menurut Al-Syafi’i, lafadz tersebut
bukan berasal dari akar kata Qa-ra-a (membaca), sebab kalau
akar katanya Qa-ra-a, maka tentu setiap sesuatu yang dibaca dapat
dinamai Al-Qur’an. Lafadz tersebut memang nama khusus bagi Al-Qur’an, sama
halnya dengan nama Taurat dan Injil.
B. Fungsi
Al-Qur’an
1. Pengganti
kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah
2. Tuntunan
serta hukum untuk menempuh kehidupan
3. Menjelaskan
masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat dahulu
4. Sebagai Obat
Setelah
Rasulullah wafat, yang tertinggal adalah Al-Qur’an yang terjaga
daripenyimpangan dan pemutarbalikan fakta agar dipakai sebagai petunjuk dan
pedomandalam mengarungi dunia fana ini. Firman Allah SWT :
“Katakanlah
hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah (yang) diutus kepada
kalian semua, bahwa Allahlah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi,
tidak ada Tuhan selain Dia yang menghidupkan dan yang mematikan,
maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasulNya. Nabi yang ummi yang
beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimatNya (kitab-kitabNya) dan
ikutilah Dia agar kalian mendapat petunjuk“ (QS Al-Arof : 158)
Juga
disebutkan firmanya-Nya :
“Maha
suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Qur’an) kepada hambaNya, agar
menjadi peringatan kepada seluruh alam” (QS Furqon: 1) Petunjuk pada
jalan yang lurus, firman-Nya :
Sesungguhnya
Al-Qur'an ini memberi petunjuk pada jalan yang amat
lurus.(Al-Isrâ (17) ayat 9)
1.
Sebagai Petunjuk (Huda)
Allah Ta'ala
telah berfirman,artinya, “Alif laam miim. Kitab (al-Qur'an) ini tidak
ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.،¨ (QS. al-
Baqarah:1-2)
Dan di
pertengahan surat al- Baqarah Allah juga berfirman,
،”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).،¨ (QS.al- Baqarah:185)
،”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).،¨ (QS.al- Baqarah:185)
Di awal
surat al-Baqarah tersebut Allah Ta'alamenyebut al-Qur'an sebagai petunjuk bagi
orang yang bertakwa sedangkan di pertengahannya disebutkan sebagai petunjuk
bagi manusia, dan ini sifatnya umum baik bagi yang bertakwa maupun yang tidak
bertakwa.
Adapun
petunjuk bagi orang bertakwa, mempunyai arti bahwa mereka mampu mengambil
manfaat dan mengambil faidah dari al-Qur'an itu, serta mereka mampu manjadikan
cahaya al-Qur'an sebagai penerang bagi mereka.
Sedangkan petunjuk bagi manusia, artinya al-Qur'an memberi penjelasan bagi mereka mana jalan yang lurus terbimbing, jika mereka menghendaki jalan lurus tersebut bagi diri mereka.
Sedangkan petunjuk bagi manusia, artinya al-Qur'an memberi penjelasan bagi mereka mana jalan yang lurus terbimbing, jika mereka menghendaki jalan lurus tersebut bagi diri mereka.
Jadi
al-Qur'an merupakan petunjuk dilalah dan irsyad (penjelasan dan bimbingan) bagi
seluruh manusia, dan petunjuk taufiq bagi orang yang bertakwa, khususnya mereka
yang memenuhi panggilan al-Qur'an.
Jadi hidayah
itu ada dua macam, yaitu hidayah taufiq wa 'amal (respon dan aksi). Ini khusus
bagi orang yang beriman, dan hidayah dilalah wa irsyad (bimbingan dan
penjelasan) yang bersifat informatif untuk seluruh umat manusia. Allah
Ta'alajuga berfirman menyifati al Qur'an,artinya, ،
“Sesungguhnya
al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi
khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman
kepada hari akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih.،¨ (QS. Al
Israa':9-10)
Allah Ta'ala
menyebutkan al-Qur'an sebagai petunjuk yang paling lurus (aqwam), yaitu kepada
jalan yang paling lurus dan adil yang mengantarkan kepada Allah Ta'ala. Jika
anda menghendaki untuk sampai kepada Allah Azza wa Jalla dan surga Nya maka
anda harus beramal dengan al-Qur'anul Karim.
2.
Al Qur'an sebagai Ruh.
Di dalam
ayat yang lain Allah menyebut al-Qur'an dengan ruh, dan salah satu makna ruh di
sini adalah segala yang menjadikan hati hidup penuh dengan makna. Sebagaimana
halnnya tubuh, jika di dalamnya ada ruh maka dia akan hidup dan jika ruh keluar
dari badan maka dia akan mati. Allah Æ’nberfirman, artinya,
،”Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (wahyu/al-Qur'an) dengan perintah Kami.Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.،¨ (QS. Asy Syura:52)
،”Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (wahyu/al-Qur'an) dengan perintah Kami.Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.،¨ (QS. Asy Syura:52)
Al-Qur'an
adalah ruh bagi hati, dan ruh hati lebih khusus daripada ruh badan. Allah
menamainya dengan ruh karena dengan al-Qur'an itu hati menjadi hidup. Maka
apabila al-Qur'an telah bertemu dengan hati pasti dia akan hidup dan bercahaya.
Dia akan mengenal Rabbnya, menyembah Allah di atas dasar bashirah (ilmu), takut
kepada-Nya, bertakwa , mencintai-Nya, meninggikan serta mengagungkan-Nya. Ini
dikarenakan al-Qur'an merupakan ruh yang menggerakkkan hati sebagaimana ruh
(nyawa) yang menggerakkan badan.
Jika nyawa
masuk ke dalam badan maka dia akan menggerakkan badan itu serta menjadikannya
hidup.Demikian pula al-Qur'an, jika masuk ke dalam hati maka akan menghidupkan
serta menggerakkan hati untuk takut kepada Allah serta mencintai-Nya.
Sebaliknya jika hati tidak dimasuki al-Qur'an maka akan mati, sebagaimana badan
yang tidak punya ruh.
Maka di sini
ada dua kehidupan dan dua kematian. Dua kematian adalah matinya jasmani dan
matinya hati sedang dua kehiduan adalah hidupnya jasmani dan hidupnya hati.
Hidupnya badan berlaku bagi mukmin dan kafir, orang takwa dan orang fasik,
bahkan seluruh manusia dan hewan tidak ada bedanya. Yang membedakan adalah
hidupnya hati, dan ini tidak didapati kecuali pada hamba Allah yang mukmin dan
muttaqin. Adapun orang kafir dan binatang ternak maka mereka kehilangan
hidupnya hati, meskipun badan dan jasmani mereka hidup.
3.
Al Qur'an sebagai Cahaya
Allah
menamai al-Qur'an dengan Nur (cahaya), yaitu sesuatu yang menerangai jalan yang
terbentang di hadapan manusia sehingga tampak segala yang ada di hadapannya.
Apakah ada lobang, ataukah duri lalu menghindarinya, dan kelihatan pula jalan
yang selamat sehingga dia manempuh jalan itu.
Orang yang
tidak mempunyai cahaya maka dia berada di dalam kegelapan, tidak bisa melihat
lobang serta duri, tidak mengetahui adanya bahaya karena memang tidak mampu
untuk melihat.
Kita semua
tahu adanya cahaya yang mampu kita lihat, seperti cahaya matahari,
lampu,lentera dan cahaya yang lain. Dengan adanya cahaya inilah kita tahu
bagaimana sebaiknya berjalan di jalanan, di pasar, di rumah dan kita tahu
dengan cahaya itu apa yang perlu untuk kita jauhi dan waspadai.
Akan tetapi
cahaya al Qur'an adalah cahaya maknawi yang memperlihatkan kepada anda apa yang
bermanfaat bagi anda dalam urusan agama maupun dunia, menjelaskan kepada anda
yang hak dan yang batil, menunjukkan jalan menuju surga sehingga anda
menempuhnya berdasarkan cahaya dan bimbingan Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Al-Qur'an
adalah nur maknawi yang dengannya anda dapat membedakan jalan yang terang dari
jalan yang gelap, membedakan jalan surga dari jalan neraka. Dengannya engkau
akan tahu mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya, engkau tahu kebaikan
dan keburukan. Maka al-Qur'an adalah cahaya semesta alam untuk menuju jalan
kesuksesan, kebahagiaan dan kemenangan di dunia dan di akhirat.
4.
Al Qur'an sebagai Pembeda
Allah Ta'ala
juga menyifati al Qur'an sebagai Furqaan (pembeda) sebagai mana firman-Nya,
artinya,
“Maha Suci
Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar
dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.،¨ (QS.
Al Furqaan:1)
Artinya al-Qur'an
membedakan antara yang haq dengan yang batil, antara yang lurus dengan yang
sesat, yang bermanfaaat dan yang berbahaya. Dia menyuruh kita semua mengerjakan
kebaikan dan melarang kita dari perbuatan buruk dan dia memperlihat kan segala
apa yang kita perlukan untuk urusan dunia dan akhirat, maka dia adalah furqan
dalam arti membedakan antara yang hak dengan yang batil.
5.
Al Qur'an sebagai Obat Penawar
Allah
Subhannahu wa Ta'alaÆ’n juga menyebut al-Qur'an ini sebagai syifa'(obat
penawar), Dia berfirman, artinya,
“Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman.¨ (QS. Yunus:57)
Dia
merupakan obat bagi penyakit yang bersifat hakiki (yang menimpa badan) dan
penyakit yang sifatnya maknawi (yang menimpa hati). Merupakan obat bagi
penyakit badan, dengan cara membacakannya untuk orang yang sakit atau terkena
ain (hipnotis), kesurupan jin dan semisalnya.
Dengan izin
Allah Subhannahu wa Ta'ala orang yang sakit akan menjadi sembuh jika bacaan
tersebut berasal dari hati seorang mukmin yang yakin kepada-Nya. Apabila
keyakinan yang kuat berkumpul antara orang yang membacakannya dengan yang di
bacakan untuknya maka Allah akan memberikan kesembuhan bagi orang
yang sakit tersebut.
Al-Qur'an
juga merupakan obat bagi penyakit maknawi, seperti penyakit ragu-ragu (syak),
syubhat (kerancuan), kufur dan nifak. Penyakit-penyakit ini jauh lebih
berbahaya daripada penyakit badan.
Penyakit
hati lebih berbahaya daripada penyakit badan karena penyakit badan ujung
penghabisannya adalah mati sedangkan mati itu pasti terjadi dan tidak mungkin
dapat ditolak. Penyakit hati jika dibiarkan terus menerus maka akan menyebabkan
matinya hati , rusak secara total sehingga si empunya hati menjadi seorang
kafir, condong kepada kaburukan , fasik. Dan tidak ada obat baginya selain
daripada al-Qur'an yang telah diturunkan oleh Allah sebagai obat.
Allah
Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya,
“Dan Kami
turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian.،¨ (QS. Al Israa':82)
Allah
Subhannahu wa Ta'ala menjadikan al-Qur'an sebagai obat bagi orang mukmin dan
mengkhususkan itu untuk mereka karena hanya orang mukmin saja yang mampu
mengambil manfaat dan mengambil petunjuk dengan al-Qur'an itu sehingga hilang
dari mereka segala was-was, keraguan dan syubhat dari dalam hati mereka.
Sedang orang-orang
munafik dan orang-orang kafir serta pelaku kemusyrikan maka mereka tidak dapat
mengambil faedah dari al Qur،¦an selagi mereka masih terus menerus berada di
atas kemusyrikan, kemunafikan dan kekufuran mereka. Kecuali jika mau berhenti
dari semua itu dan bertobat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Semoga Allah
Subhannahu wa Ta'ala menjadikan kita semua sebagai ahli al-Qur’an yang
senantiasa membaca, memahami dan mengamalkan isinya.
C. Kedudukan Al
Qur’an
1. Kitabul Naba
wal akhbar (Berita dan Kabar), QS. An Naba’ (7) : 1
2. Kitabul
Hukmi wa syariat (Kitab Hukum Syariah), QS. Al Maidah (5) : 49-50
3. Kitabul
Jihad, QS. Al Ankabut (29) : 69
4. Kitabul
Tarbiyah, QS. Ali Imran (3) : 79
5. Minhajul
Hayah (Pedoman Hidup),
6. Kitabul
Ilmi, QS. Al Alaq (96) : 1-5
Konsepsi
inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari kejahiliyahan
menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki moral yang
sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat
Rasulullah SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :
“Bahwa
sebuah generasi telah terlahir dari da’wah –yaitu generasi sahabat –yang
memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah
umat manusia secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua
kalinya ke atas dunia ini sebagaimana mereka… Meskipun tidak disangkal adanya
beberapa individu yang dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah
besar sebagaimana sahabat dalam satu kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang
terjadi pada periode awal dari kehidupan da’wah ini…”
Cukuplah
kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala beliau
mengatakan dalam sebuah haditsnya :
Dari Imran
bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: ‘Sebaik-baik kalian adalah generasi
yang ada pada masaku (para sahabat) , kemudian generasi yang berikutnya
(tabi’in), kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba’ut tabiin). (HR.
Bukhari)”
Imam Nawawi
secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan generasi pada masaku’
adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga
mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:
”Dari Abu
Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian
mencelasahabat-sahabatku.Karena sekiranya salah seorang diantara kalian
menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat
menyamai keimanan mereka, bahkan menyamai setengahnya pun tidak “(HR.
Bukhari).
Sayid Qutub
mengemukakan (1993 : 14 – 23) , terdapat tiga hal yang melatarbelakangi para
sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang tiadaduanya di
dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut
: pertama, karena mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai
satu-satunya sumber petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan
mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya. Kedua, ketika mereka
membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan,
menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun mereka membacanya hanya
untuk mengimplementasikan apa yang diinginkan oleh Allah dalam kehidupan
mereka. Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan
dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan
titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu,
baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.
Dengan
ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah yang
pernah terlahir ke dunia ini. Disebabkan karena ‘ketotalitasan’ mereka
ketika berinteraksi dengan Al-Qur’an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang
sangat mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa
hanya Al-Qur’an lah satu-satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia
pada kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.
D. Tujuan
Diturunkannya Al-Qur’an
Sebagai pedoman
hidup yang benar, Al-Qur’an niscaya harus memberikan suatu petunjuk hidup yang
benar, mendasar dan pasti. Sehingga dapat dijadikan sebagai pegangan yang kokoh
dalam menghadapi hidup. Oleh karena itu tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an
tidak lain kecuali untuk memberikan petunjuk kepada umat manusia ke jalan yang
harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat[27]. Adapun petunjuk yang diberikan oleh
Al-Qur’an pada pokoknya ada tiga:
1. Petunjuk
aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam
keimanan akan keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian adanya hari
pembalasan.
2. Petunjuk
mengenai akhlaq yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan
susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual dan
kolektif.
3.
Petunjuk mengenai syari’at dan hukum dengan jalan
menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan dan sesamanya.[28]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an
adalah wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada baginda Rasulullah SAW sebagai
petunjuk, pedoman, pengingat, perintah, kabar baik, peringatan, dan bahkan
mukzijat dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk membuktikan kenabian dan
kerasulan-Nya. isi Al-Qur’an itu bersifat universal, bahkan semua
ilmu pengetahuan secara garis besar terkandung di dalam isi Al-Qur’an tersebut.
Pengganti
kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT, Tuntunan
serta hukum untuk menempuh kehidupan, Menjelaskan masalah- masalah yang pernah
diperselisihkan oleh umat terdahulu, dan juga sebagai Obat.
B. Saran
Kami
harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi siswa-siswi
lainnya yang membaca makalah ini, sehingga dapat menambah wawasan kita semua
tentang kedudukan dan fungsi Al-Qur’an.
DAFTAR
PUSTAKA
Fahd bin Muhammad Al-Rummi, Ulumul Qur’an,
(Yogyakarta : Titian Ilahi Press, 1997), h.38
Departemen Agama Respublik Indonesia, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, (Surabaya : Toha Putra), h.231
Drs. Atang Abd. Hakim, MA., Jaih Mubarok, Metodologi
Studi Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya) h.70
loading...
0 Comment to "Makalah Al-Qur'an Hadist : Tujuan Diturunkannya Al-Qur'an"
Post a Comment