MAKALAH BAHASA INDONESIA
MARAKNYA PERILAKU BULLYING DI KALANGAN PELAJAR
sumber gambar : anakku.net |
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Bullying adalah
fenomena yang telah lama terjadi di kalangan remaja. Kasus bullying biasanya
menimpa anak sekolah. Pelaku bullying akan mengintimidasi/mengejek kawannya
sehingga kawannya tersebut jengkel. Atau lebih parah lagi, korban bullying akan
mengalami depresi dan hingga timbul rasa untuk bunuh diri. Bullying harus
dihindari karena bullying mengakibatkan korbannya berpikir untuk tidak
berangkat ke sekolah karena di sekolahnya ia akan di bully oleh si pelaku.
Selain itu, bullying juga dapat menjadikan seorang anak turun prestasinya
karena merasa tertekan sering di bully oleh pelaku.
Sekalipun bullying telah menjadi sebuah
masalah selama berabad-abad, bullying tidak menerima perhatian
penelitian signifikan sampai tahun 1970-an (Olweus, 1978). Profesor Dan Olweus
adalah ilmuwan pertama yang memfokuskan diri pada topik tersebut dan
mengkontribusikan data ilmiahnya pada literatur bullying. Banyak
penelitian Olweus menjelaskan mengapa beberapa anak melakukan bullying dan
mengapa beberapa lainnya menjadi korban bullying. Bukan itu saja,
Olweus juga menunjukkan bahwa bullying di sekolah dapat
direduksi secara signifikan. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat penting.
Hasil studi dari Olweus mengesankan banyak peneliti sosial
di dunia. Sebelum abad ke -20 berakhir, ratusan studi serupa telah dilakukan di
banyak negara. Buku, artikel, website, video dan CD mulai
bermunculan dengan maksud untuk menjelaskan apa saja yang perlu kita lakukan
untuk mereduksi bahkan menghentikan bullying di sekolah
2. Rumusan
Masalah
1.
Apa
sajakah faktor penyebab maraknya bullying antar pelajar di
sekolah?
2.
Apa
sajakah dampak dari tindakan bullying antar pelajar di
sekolah?
3.
Bagaimana
altrnatif tindakan yang bisa dilakukan untuk permasalahan tersebut?
3. Tujuan
1. Mendeskripsikan faktor penyebab
maraknya bullying antar pelajar di sekolah.
2. Mendeskripsikan dampak yang timbul
dari tindakan bullying antar pelajar di sekolah.
3. Mengidentifikasi alternatif tindakan
yang bisa dilakukan untuk permasalahan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Bullying
Bullying (arti
harfiahnya: penindasan) adalah perilaku seseorang atau sekelompok orang
secara berulang yang memanfaatkan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan
menyakiti targetnya (korban) secara mental atau secara
fisik. Menurut Merriam-Webster Online Dictionary, bullying adalah
“a blustering rowbeating person; especially one who is
habitually cruel to others who are weaker.” Melakukan bullying berarti
to “treat someone abusively or to affect them by means of force or
coercion.”. Center for Children and Families in the Justice System mendefinisikan bullying sebagai ,
“repeated and systematic harassment and attacks on others.” Bullying bisa
terjadi dalam berbagai format dan bentuk tingkah laku yang berbeda-beda.
Di antara format dan bentuk tersebut adalah; nama panggilan yang tidak
disukai, terasing, penyebaran isu yang tidak benar, pengucilan, kekerasan
fisik, dan penyerangan (mendorong, memukul, dan menendang), intimidasi,
pencurian uang atau barang lainnya, bisa berbasis suku, agama, gender, dan
lain-lain.
Bullying merupakan suatu bentuk ekspresi, aksi bahkan perilaku kekerasan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberi pengertian bullying sebagai
“kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan seseorang
atau kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri
dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang atau
membuat orang tertekan, trauma atau depresi dan tidak berdaya.”Bullying biasanya
dilakukan berulang sebagai suatu ancaman, atau paksaan dari seseorang atau
kelompok terhadap seseorang atau kelompok lain. Bila dilakukan
terus menerus akan menimbulkan trauma, ketakutan, kecemasan, dan depresi.
Kejadian tersebut sangat mungkin berlangsung pada pihak yang setara,
namun, sering terjadi pada pihak yang tidak berimbang secara kekuatan
maupun kekuasaan. Salah satu pihak dalam situasi tidak mampu
mempertahankan diri atau tidak berdaya. Korban bullyingbiasanya
memang telah diposisikan sebagai target. Bullying sering kita
temui pada hubungan sosial yang bersifat subordinat antara senior dan
junior.
B. Jenis-Jenis Bullying
a.
Bullying secara verbal, berupa julukan
nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan (baik yang bersifat pribadi
maupun rasial), pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan
seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak
benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip dan lain sebagainya. Dari ketiga
jenis bullying, bullyingdalam bentuk verbal adalah
salah satu jenis yang paling mudah dilakukan, kerap menjadi awal dari
perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langkah
pertama menuju pada kekerasan yang lebih jauh.
b.
Bullying secara fisik, yang termasuk
jenis ini ialah memukuli, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit,
emiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang
menyakitkan, merusak serta menghancurkan barang-barang milik anak yang
tertindas. Kendati bullying jenis ini adalah yang paling
tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara
fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Anak yang
secara teratur melakukan bullying dalam bentuk ini kerap
merupakan anak yang paling bermasalah dan cenderung beralih pada
tindakan-tindakan kriminal yang lebih lanjut.
c.
Bullying secara relasional
(pengabaian), digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau
bahkan untuk merusak hubungan persahabatan. Bullying secara
relasional adalah pelemahan harga diri si korban secara sistematis melalui
pengabaian, pengucilan, pengecualian atau penghindaran. Perilaku ini dapat
mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan
mata, helaan nafas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh
yang kasar. Bullying secara relasional mencapai puncak
kekuatannya di awal masa remaja, saat terjadi perubahan-perubahan fisik,
mental, emosional dan seksual. Ini adalah saat ketika remaja mencoba untuk
mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya.
d.
Bullying elektronik, merupakan
bentuk dari perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui
sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website,
chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror
korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film
yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis
ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki pemahaman cukup
baik terhadap sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya.
C. Faktor
Penyebab Perilaku Bullying antar Pelajar
Banyak sekali faktor penyebab mengapa seseorang
berbuat bullying. Pada umumnya orang melakukann bullying karena
merasa tertekan, terancam,terhina, dendam dan sebagainya. Berikut faktor-faktor
yang menyebabkan perilaku bullying antar pelajar :
1.
faktor
keluarga
Pelaku bullying bisa jadi
menerima perlakuan bullying pada dirinya, yang mungkin
dilakukan oleh seseorang di dalam keluarga. Anak-anak yang tumbuh dalam
keluarga yang agresif dan berlaku kasar akan meniru kebiasaan tersebut
dalam kesehariannya. Kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan orangtua
kepada anak akan menjadi contoh perilaku. Hal ini akan diperparah dengan
kurangnya kehangatan kasih sayang dan tiadanya dukungan dan
pengarahan membuat anak memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pelaku bullying.
Sebuah studi membuktikan bahwa perilaku agresif meningkat pada anak yang
menyaksikan kekerasan yang dilakukan sang ayah terhadap ibunya.
2. faktor
kepribadian
Salah satu faktor terbesar penyebab anak melakukan bullying adalah tempramen.
Tempramen adalah karakterisktik atau kebiasaan yang terbentuk dari respon
emosional. Hal ini mengarah pada perkembangan tingkah laku personalitas
dan sosial anak. Seseorang yang aktif dan impulsif lebih mungkin untuk
berlaku bullying dibandingkan orang yang pasif atau pemalu.
Beberapa anak pelaku bullying sebagai
jalan untuk mendapatkan popularitas, perhatian, atau memperoleh
barang-barang yang diinginkannya. Biasanya mereka takut jika tindakan bullying menimpa
diri mereka sehingga mereka mendahului berlaku bullying pada
orang lain untuk membentuk citra sebagai pemberani. Meskipun beberapa
pelaku bullying merasa tidak suka dengan
perbuatan mereka, mereka tidak sungguh-sungguh menyadari akibat perbuatan
mereka terhadap orang lain.
3. faktor
sekolah
Tingkat pengawasan di sekolah menentukan seberapa banyak dan
seringnya terjadi peristiwa bullying. Sebagaimana
rendahnya tingkat pengawasan di rumah,
rendahnya pengawasan di sekolah berkaitan erat dengan
berkembangnya perlaku bullying di kalangan
siswa. Pentingnya pengawasan dilakukan terutama di tempat bermain dan
lapangan, karena biasanya di kedua tempat tersebut perilaku bullying
kerap dilakukan. Penanganan yang tepat dari guru atau
pengawas terhadap peristiwa bullying adalah hal yang
penting karena perilaku bullying yang tidak
ditangani dengan baik akan meyebabkan kemungkinan perilaku itu terulang.
D. Dampak
yang Timbul dari Tindakan Bullying antar Pelajar di Sekolah.
1.
Gangguan
Kesehatan Fisik
Beberapa dampak fisik yang biasanya
ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit tenggorokan,
flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Bahkan dalam kasus-kasus yang
ekstrim seperti insiden yang terjadi di IPDN, dampak fisik ini bisa
mengakibatkan kematian.
2.
Menurunnya
Kesejahteraan Psikologis
Dampak lain yang kurang terlihat,
namun berefek jangka panjang adalah menurunnya kesejahteraan psikologis (psychological
well-being) dan penyesuaian sosial yang buruk. Dari penelitian yang
dilakukan Riauskina dkk., ketika mengalami bullying, korban
merasakan banyak emosi negatif (marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu,
sedih, tidak nyaman, terancam) namun tidak berdaya menghadapinya. Dalam jangka
panjang emosi-emosi ini dapat berujung pada munculnya perasaan rendah diri
bahwa dirinya tidak berharga.
Kesulitan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial juga muncul pada para korban. Mereka ingin pindah ke sekolah
lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalaupun mereka masih berada di sekolah
itu, mereka biasanya terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak
masuk sekolah. Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah
kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying,
seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri,
dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress
disorder).
E. Upaya
untuk Mengatasi Bullying Di Sekolah
Upaya mencegah dan mengatasi bullying di
sekolah bisa dimulai dengan:
1.
Menciptakan
Budaya Sekolah yang Beratmosfer Belajar yang Baik.
Menciptakan budaya sekolah yang
beratmosfer belajar tanpa rasa takut, melalui pendidikan karakter, menciptakan
kebijakan pencegahan bullying di sekolah dengan melibatkan
siswa, menciptakan sekolah model penerapan sistem anti-bullying, serta
membangun kesadaran tentang bullying dan pencegahannya kepada stakeholders
sampai ke tingkat rumah tangga dan tempat tinggal.
2.
Menata
Lingkungan Sekolah Dengan Baik.
Menata lingkungan sekolah dengan
baik, asri dan hijau sehingga anak didik merasa nyaman juga merupakan faktor
yang sangat berpengaruh dan akan membantu untuk pencegahan bullying.
3.
Dukungan
Sekolah terhadap Kegiatan Positif Siswa.
Sekolah sebaiknya mendukung
kelompok-kelompok kegiatan agar diikuti oleh seluruh siswa. Selanjutnya sekolah
menyediakan akses pengaduan atau forum dialog antara siswa dan sekolah, atau
orang tua dan sekolah, dan membangun aturan sekolah dan sanksi yang jelas
terhadap tindakan bullying.
Ratiyono mengemukakan dua strategi untuk mengatasi bullying yakni
strategi umum dan khusus.
1.
Strategi
umum dijabarkan dengan menciptakan kultur sekolah yang sehat. Ratiyono
mendeskripsikan kultur sekolah sebagai pola nilai-nilai, norma, sikap, ritual,
mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah.
Kultur sekolah dilaksanakan oleh warga sekolah secara bersama baik oleh kepala
sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa sebagai dasar dalam memahami dan
memecahkan berbagai persoalan yang muncul.
2.
Sedangkan
strategi khusus adalah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
menyebabkan terjadinya tindakan bullying di lingkungan
sekolah, aktifkan semua komponen secara proporsional sesuai perannya dalam
menanggulangi perilaku bullying, susun program aksi penanggulanganbullying berdasarkan
analisis menyeluruh dan melakukan evaluasi dan pemantauan secara periodik dan
berkelanjutan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan
secara berulang-ulang dimana tindakan tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan
untuk melukai dan memnuat seseorang merasa tidak nyaman.
Pemahaman moral adalah pemahaman individu yang menekankan
pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan dan bagaimana seseorang berpikir
sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk. Pemahaman moral
bukan tentang apa yang baik atau buruk, tetapi tentang bagaimana seseorang
berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk.
Peserta didik dengan pemahaman moral yang tinggi akan
memikirkan dahulu perbuatan yang akan dilakukan sehingga tidak akan melakukan
menyakiti atau melakukan bullying kepada temannya.
Selain itu, keberhasilan remaja dalam proses pembentukan
kepribadian yang wajar dan pembentukan kematangan diri membuat mereka mampu
menghadapi berbagai tantangan dan dalam kehidupannya saat ini dan juga di masa
mendatang. Untuk itu mereka seyogyanya mendapatkan asuhan dan pendidikan yang
menunjang untuk perkembangannya.
B. Saran
1.
Hendaknya
pihak sekolah proaktif dengan membuat program pengajaran keterampilan
sosial, problemsolving, manajemen konflik, dan pendidikan karakter.
2.
Hendaknya
guru memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di dalam maupun di luar
kelas; dan perlu kerjasama yang harmonis antara guru BK, guru-guru mata
pelajaran, serta staf dan karyawan sekolah.
3.
Sebaiknya
orang tua menjalin kerjasama dengan pihak sekolah untuk tercapainya tujuan
pendidikan secara maksimal tanpa adanya tindakan bullyingantar
pelajar di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,
Z.M. (2010). Mengatasi Bullying di Sekolah. Diperoleh pada 07
Desember 2013 dari http://www.masbied.com.
Ehan.
(2007). Bullying dalam Pendidikan. Diperoleh pada 05 Desember 2013
darihttp://www.upi.edu.ac.id.
Rahmawati,
N. (2013).Makalah Kasus Bullying. Diperoleh pada 05 Desember 2013
dari http://www.nurrahmawatidududu.blogspot.com.
Sahputra,
H. (2009). Stop Bullying di Kalangan Pelajar. Diperoleh pada 07
Desember 2013 dari http://www.kabarindonesia.com.
DOWNLOAD MAKALAHNYA DISINI
loading...
0 Comment to "Makalah Bullying di Kalangan Pelajar"
Post a Comment