MAKALAH
PACARAN DI KALANGAN REMAJA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Masa remaja adalah masa yang indah.
Banyak hal yang terjadi pada masa transisi remaja dari masa kanak-kanak menuju
dewasa. Satu proses masa yang semua anak manusia sedang dan akan terjadi dalam
sebuah proses tumbuh kembang remaja. Dunia remaja memang unik, sejuta peristiwa
terjadi dan sering diciptakan dengan ide-ide cemerlang dan positif. Namun
demikian tidak sedikit juga hal-hal negatif yang terjadi.
Salah satu hal yang menarik dan
terjadi dalam dunia remaja adalah trend pacaran yang digemari sebagian remaja
walau tidak sedikit juga orang dewasa gemar melakukannya. Bahkan ada rumor yang
menarik, bahwasannya bila ada remaja yang belum punya pacar berarti belum
mempunyai identitas diri yang lengkap. Memang tidak dapat dipungkiri bila
pacaran merupakan fenomena tersendiri dikalangan remaja. Dan kalaupun dicari
satu definisi tersendiri pacaran maka akan sulit. Sebagian ada yang
mendifiniskan pacaran adalah ajang dari untuk mendapatkan kepuasan libido
seksual, atau pacaran hanya sebagai label “saya punya pacat dan mendogkrak
percaya diri”. Ataukah pacaran adalah suatu hal yang penting karena dengan
pacaran kita punya seseorang yang bisa membantu kita dalam mengatasi persoalan
hidup untuk definisi pacaran tentu akan ada banyak yang lainnya.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang tadi,
maka perumusan masalah yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:
1.
Apa
pengertian pacaran?
2.
Apa
Penyebab Pacaran Usia Dini?
3.
Apa
Saja Dampak Pacaran Pada Diusia Dini?
4.
Apa
Saja Dampak Berpacaran Terhadap Prestasi Belajar?
5.
Bagaimana Kiat-Kiat Menghindari
Dampak Negatif Dalam Pacaran Di Usia Dini?
6.
Siapa
Pembimbingan Remaja yang Berpacaran?
C. Tujuan
Makalah
Berdasarkan perumusan masalah yang
kami buat sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui apa itu pacaran .
2.
Agar
dapat mengetahui apa penyebab pacaran usia dini
3.
Agar
dapat mengetahui dmpak apa saja kalau pacaran pada usia dini.
4.
Menganalisa
dampak postif dan negatif berpacaran saat remaja terhadap
prestasi belajar.
5.
Untuk
mengetahui kiat-kiat menghindari dampak negatif dalam pacaran di usia
dini.
6.
Cara
orang tua membimbing anak remaja pada saat masa pacaran.
D. Manfaat
Makalah
Manfaat yang dapat diambil dari
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi
kalangan remaja yang belum mengerti tentang berpacaran dengan baik hal ini
dapat di jadikan sebagai masukan dan pengetahuan
2.
Bagi
orang tua penelitian ini dapat dijadikan sebagai pencerahan bagaiman membimbing
anak-ankanya saat berpacaran yang baik.
3.
Memahami
dengan baik dampak positif yang di dapatkan berpacaran saat remaja
4.
Memahami
dengan baik dampak negative yang di akibatkan berpacaran saat remaja
dan di harapkan untuk menjauhi dan menghindarinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
pacaran.
Menurut DeGenova & Rice (2005)
pengertian pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu
dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu
sama lain. Menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan bersenang-senang
antara pria dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan menjadi dasar
utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya
sebelum pernikahan di Amerika.
Benokraitis (1996) menambahkan bahwa
pacaran adalah proses dimana seseorang bertemu dengan seseorang lainnya dalam
konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki kemungkinan sesuai atau tidaknya
orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup. Menurut Saxton (dalam Bowman,
1978), pacaran adalah suatu peristiwa yang telah direncanakan dan meliputi
berbagai aktivitas bersama antara dua orang (biasanya dilakukan oleh kaum muda
yang belum menikah dan berlainan jenis).
Kyns (1989) menambahkan bahwa
pacaran adalah hubungan antara dua orang yang berlawanan jenis dan mereka
memiliki keterikatan emosi, dimana hubungan ini didasarkan karena adanya
perasaan-perasaan tertentu dalam hati masing-masing. Menurut Reiss (dalam
Duvall & Miller, 1985) pacaran adalah hubungan antara pria dan wanita yang
diwarnai keintiman. Menurut Papalia, Olds & Feldman (2004), keintiman
meliputi adanya rasa kepemilikan. Adanya keterbukaan untuk mengungkapkan
informasi penting mengenai diri pribadi kepada orang lain (self disclosure)
menjadi elemen utama dari keintiman.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di
atas, dapat disimpulkan pengertian pacaran adalah serangkaian aktivitas bersama
yang diwarnai keintiman (seperti adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan diri)
serta adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan
tujuan untuk saling mnengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain
sebagai pertimbangan sebelum menikah.
B. Penyebab
Pacaran di Usia Remaja
1. Globalisasi
Globalisasi pada masa sekarang ini
tidak dapat lagi dibendung. Globalisasi yang paling mempengaruhi para
remaja sekarang adalah globalisasi akibat berkembangnya internet. Dari situlah
para remaja mendapat dorongan untuk mencontoh budaya bangsa barat yang tidak
sesuai diterapkan di Indonesia seperti konsuntif, hedonisme dan gonta-ganti pasangan
hidup. Sehingga mendorong para remaja untuk berpacaran di usia dini.
2. Membuktikan diri
cukup menarik
Pada saat ini, para remaja
sudah melewati batas bergaul yang telah di tetapkan oleh orang tua.
Mereka sudah mengenal pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka
merupakan salah satu bentuk gensi yang membanggakan. Selain itu, pacar
merupakan sesuatu yang dapat membuktikan bahwa mereka cukup menarik dan patut
untuk mendapat perhatian dari lingkungan sekelilingnya.
3. Adanya pengaruh
kawan
Di kalangan remaja, memiliki banyak
kawan merupakan salah satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan,
makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya.
Akan tetapi, jika tidak dapat
dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecawaan. Sebab kawan dari
kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup tertentu pula seperti halnya
berpacaran. Apabila si remaja berusaha mengikuti tetapi tidak sanggup memenuhinya
maka remaja tersebut kemunginan besar akan di jauhi oleh teman-temannya.
C. Dampak
Pacaran Di Usia Remaja
1. Dampak Positif
a. Belajar
bersosialisasi
Dengan berpacaran kita akan mampu bersosialisasi dengan
pasangan kita, sehingga kita mampu mengetahui karakteristik seseorang dan
membuat kita tidak canggung dalam bersosialisasi dengan orang asing yang baru
kita jumpai. Karena kita telah belajar bersosialisasi dengan pasangan kita.
b. Mempelajari
karakteristik berbagai macam orang
Namun, kalau kita perhatikan
apa yang dapat remaja lakukan ketika dia mendapati bahwa pasangannya itu tidak
cocok dengannya? Kata yang keluar adalah ‘putus’! Bukannya mencoba untuk bisa
mengerti satu sama lain, para remaja hanya mempelajari untuk bercerai.
Bagaimana tidak? Karena faktor usia yang dibawakan dalam diri hanya emosi
sesaat.
Jika dikatakan alangkah lebih
menyenangkan untuk mempelajari diri sendiri dulu, membenahi diri, dan berupaya
untuk bisa beradaptasi dengan banyak orang. Ketimbang mengikatkan diri dengan
satu orang yang kadang kala membuat sakit hati, lebih baik seorang remaja
mencoba untuk berbaur dengan yang lainnya. Di situ dia bisa ‘mempelajari
karakteristik orang lain’. Dan, dia juga sedang mempelajari dirinya sendiri
tentunya.
Setelah dia bisa mengendalikan
emosinya – ini merupakan saat yang tepat untuk berpacaran – tentunya dia sudah
berani berkomitmen. Jadi, berpacaran bukan hanya untuk having fun. Tidaklah
pantas menurut penulis jika seseorang mempermainkan perasaan orang lain.
Lagipula, masa remaja yang penuh gejolak ini akan sangat memberikan
keragu-raguan dalam hal berpacaran. Maka dari itu, beberapa orang tua melarang
anaknya untuk berpacaran (walau ada juga yang tidak).
2. Dampak Negatif
a. Kekerasan
fisik
Koalisi Antikekerasan di Alabama
menyebutkan bahwa satu dari tiga anak mengalami kekerasan fisik selama pacaran
usia dini. Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh.
Kejahatan tersebut sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak
mengakui adanya masalah selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik pada
remaja di antaranya kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si
anak remaja. Pelaku, misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal itu
sebenarnya adalah bentuk kekerasan, yang sering kali dilihat oleh si anak
sebagai bentuk perhatian.
b. Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam pacaran
adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. Komisi Nasional Antikekerasan
terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia mengategorikan
kekerasan jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP secara seksual
terjadi ketika seseorang diserang secara seksual oleh orang lain yang dikenal
dan dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual dapat juga terjadi saat
korban mabuk di suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi ajang yang paling mudah
bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu memberikan narkoba,
kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual.
c. Cenderung
menjadi pribadi yang rapuh
Anak remaja yang mulai pacaran sejak
usia dini lebih banyak mengalami sakit kepala, perut dan pinggang. Mereka juga
lebih banyak depresi dibanding rekan seusianya yang belum pernah
pacaran.Seseorang, yang mengenal cinta lebih dini cenderung menjadi pribadi
yang rapuh, sakit-sakitan, merasa tidak aman dan mudah depresi, contohnya
remaja, akan memiliki alarm rasa sakit yang lebih tinggi, terutama jika remaja
itu menjalin hubungan yang buruk dengan pasangannya.
Mereka punya kecenderungan tingkat
rasa sakit yang lebih mendalam. Mereka benar-benar meresapi perasaan buruk
seperti sedih atau kesal karena secara psikologi mereka sudah mengenalnya
ketika berhubungan dengan pasangannya. Akibat terlalu mendalami perasaan sedih
dan emosional itu adalah depresi dan penyakit lainnya. Karena terlalu sedih
atau marah, perasan depresi pun bisa muncul. Akibatnya mereka jadi tidak mau
makan, kurang tidur atau tidak mau melakukan apa-apa. Dari situlah muncul
penyakit-penyakit seperti pusing, sakit perut dan lainnya
Mereka yang mengenal cinta dan
mengalami masalah dalam berhubungan dengan pasangan lebih dulu memiliki
pandangan yang lebih serius dan sikap yang lebih tertutup. Hal itu memicu
perasaan stres dan penyakit fisik lainnya.
d. Kehamilan dan
penularan penyakit menular seksual
Anak yang berpacaran di usia dini
mengarah pada kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan hubungan seksual.
Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan dan penularan penyakit menular
seksual (PMS). Menurut The Centers for Disease Control (CDC), kelompok
remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko
paling tinggi untuk tertular PMS.
Sekedar mengingatkan bahaya
kehamilan pada remaja:
1.
Hancurnya
masa depan karena tidak bisa melanjutkan sekolah.
2.
Remaja
wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena
jiwa dan fisiknya belum siap.
3.
Pasangan
pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena
terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
4.
Remaja
wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun bayi,
tenaga tradisional) sering mengalami kematian karena mengalami sakit dan
pendarahan yang hebat.
5.
Pengguguran
kandungan yang diperbolehkan oleh undang-undang, kecuali indikasi medis
(misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan
dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar
dapat dihukum berat .
6.
Bayi
yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami kecacatan dan gangguan
kejiwaan saat ia dewasa.
7.
Jadi
bahan pembicaraan dan ejekan masyarakat sekitar .
8.
Stress
berkepanjangan dan bisa jadi GILA.
e. Menurunkan
konsentrasi
Hal ini terjadi jika remaja
telah mengakhiri hubungan dengan pacarnya sehingga emosinya menjadi
labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya sehingga
remaja tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan kepadanya
dan mengerjakan ulangan dengan baik sehingga dapat menurunkan prestasi remaja
tersebut.
f. Menguras
harta
Akan menguras harta, karena orang
yang pacaran akan selalu berkorban untuk pacarnya, bahkan uang yang seharusnya
untuk ditabung bisa habis untuk membelikan hadiah untuk pacarnya.
D. Dampak
Berpacaran Terhadap Prestasi Belajar
Bagi remaja (siswa) pacaran
merupakan sesuatu yang sudah biasa dilihat atau juga dilakukan oleh para remaja
(siswa), secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut dapat berpengaruh
terhadap prestasi belajar mereka menjadi menurun atau semakin giat belajar,
Berpacaran dapat membuat prestasi belajar seorang siswa menurun antara lain
contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut, ketika belajar seorang siswa
yang berpacaran pasti akan terganggu konsentrasinya untuk belajar karena
pasanganya selalu mengirim SMS kepadanya dan siswa tersebut pasti hanya fokus
untuk membalas SMS pasangan dan melupakan waktu belajarnya, kemudian siswa yang
berpacaran juga dapat membuat malas untuk masuk sekolah di saat bertengkar
dengan pasangan atau berpisah dengan pasangan karena malas bertemu denganya di
sekolah, mungkin beberapa contoh tadi dapat mewakili dampak negative yang
ditimbulkan berpacaran pada saat usia remaja mesi masih banyak contoh-contoh
lainya.
Berpacaran dapat pula membuat
prestasi belajar seorang remaja (siswa) meningkat dan semakin giat belajar
antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut, pada saat seorang
siswa yang sedang berpacaran mereka dapat merasa tidak ingin kalah dari
pasanganya dalam hal apapun karena di saat dia kalah dari pasanganya maka dia
akan merasa malu dan ingin melebihi apa yang di raih pasanganya itu terutama
dalam hal pelajaran teradang mereka membuat suatu permainan kecil dimana
apabila salah satu seorang pasangan mendapat nilai yang jelek dari pasanganya
maka pasangan yang menang dia dapat meminta apa saja pada pasanganya tetapi
dalam batas kewajaran seperti dibelikan coklat,snack dll. Hal tersebut juga
dapat membuat mereka menjadi giat belajar dan apabila seoarang siswa yang
sedang berpacaran maka mereka akan selalu ingin masuk sekolah setiap hari
karena ingin bertemu pasanganya hal ini juga dapat mempengaruhi absensi siswa
dapat juga menjadi dorongan semangat untuk lebih giat belajar.
Dari beberapa hal diatas seorang
remaja (siswa) yang berpacaran hendaknya mendapt bimbingan dari guru
terutamanya adalah orang tua sehingga mereka dapat mendapat sisi positif dan
terhindar dari sisi negative yang di timbulkan.
E. Kiat-Kiat Menghindari
Dampak Negatif Dalam Pacaran Di Usia Remaja
a) Hati-hati berpacaran
Setelah melalui fase “ketertarikan”
maka mulailah pada fase saling mengenal lebih jauh alias berpacaran. Saat ini
adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-masing pasangan.
Sayangnya, tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai aktivitas
seksual yang berlebihan. Makna pengenalan pribadi berubah menjadi pelampiasan
hawa nafsu dari masing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak seharusnya
diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual. Saling memberi perhatian, merancang
cita-cita serta membuka diri terhadap kekurangan masing-masing merupakan bagian
penting dalam masa berpacaran. Aktivitas fisik seperti saling menyentuh,
mengungkapkan perasaan kasih sayang, ciuman kasih sayang adalah hal tidak
terlalu penting, namun sering dianggap sebagai bagian yang indah dari masa
berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat diterima, namun lebih dari
aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus pada hubungan seksual
tidak dapat diterima oleh norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual
akan mengotori makna dari pacaran itu sendiri.
b) No Seks
Katakan “tidak pada seks”, jika
pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas. Terutama bagi remaja
putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi, cuma ngapusi !
Karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan
kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang dianut dalam
masyarakat kita masih tetap mengagungkan kesucian. Berbeda dengan wanita,
keperjakaan pria tidak pernah bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan
dokter kandungan dapat ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput
daranya atau tidak. Kepuasan cuma sesaat , penderitaan akan selalu menghantui .
Ingat !!!
c) Rem Keimanan
Iman, merupakan rem paling pakem
dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai saat
berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang
dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Untuk itu,
“Say Good Bye” sajalah…! Masih banyak pria dan wanita lain yang mempunyai iman
dan moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.
d) Kiat Sadar Diri
1.
Niatkan
bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat dan belajar
untuk memahami karakter lawan jenis.
2.
Hindari
pacaran di tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung atau mendukung
untuk aktivitas seksual.
3.
Hindari
makan dan minuman yang merangsang sebelum/selama pacaran.
4.
Hindari
bacaan/film porno yang merangsang sebelum/selama pacaran.
5.
Jangan
dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan.
Oleh karena itu bahwa gaya pacaran
yang sehat merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan agar terhindar dari
hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran yang sehat mencakup berbagai unsur
yaitu sebagai berikut:
1. Sehat Fisik.
Tidak ada kekerasan dalam
berpacaran. Dilarang saling memukul, menampar ataupun menendang.
2. Sehat Emosional.
Hubungan terjalin dengan baik dan
nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus mengenali emosi diri sendiri
dan emosi orang lain. Harus mampu mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan
baik.
3. Sehat Sosial.
Pacaran tidak mengikat, maksudnya
hubungan sosial dengan yang lain harus tetap dijaga agar tidak merasa asing di
lingkungan sendiri. Tidak baik apabila seharian penuh bersama dengan pacar.
4. Sehat Seksual.
Dalam berpacaran kita harus saling
menjaga, yaitu tidak melakukan hal-hal yang beresiko. Jangan sampai melakukan
aktivitas-aktivitas yang beresiko, seperti berciuman hebat (kissing),
berpelukan hebat (petting), meraba-raba bagian sensitif wanita dan apalagi
melakukan hubungan seks. ” SAY NO TO SEKS “
F. Pembimbingan
Remaja yang Berpacaran
Bagaimanapun seorang remaja(siswa)
yang berpacaran, berpacaran memiliki dampak negative yang lebih banyak di
bandingkan dampak postifnya oleh karena itu peranan orang tua dan guru sangat
di perlukan untuk membimbing para remaja agar terhindar dari prilaku-prilaku
negative yang ditimbulkan berpacaran.
Beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh orang tua untuk membimbing anak-anaknya adalah memantau dan slalu
mengawasi kegiatan mereka apakah mereka dapat menepatkan waktu yang tepat atau
tidak seperti saat belajar maka harus belajar dll. Hal itu dapat membuat mereka
tidak melupakan kegiatan belajarnya karena terlalu memikirkan hubunganya,
selain itu orang tua juga dapat mengajarkan hal-hal apa yang di larang oleh
agama kepada seseorang yang bukan muhrimnya sehingga prilaku negative dapat
dihindarkan akibat berpacaran.
Guru adalah salah satu yang sangat
berperan dalam prestasi belajar disekolah bagi seorang siswa dimana guru
merupakan orang tua setelah di sekolah selain di rumah ada ayah dan ibu,peran
guru dalam membimbing siswa yang berpacaran agar tidak menurun prestasi belajarnya
adalah dengan cara selalu memberi nasihat semangat dan dorongan kepada siswa
dan tak lupa mengajarakan bagaimana berpacaran yang baik dan tidak melupakan
kewajiban belajaranya selain hal tersebut seorang guru dapat pula mengajarkan
mana hal yang baik dan buruk terutama pada guru agama sehingga mereka dapat
mengerti dan menghindari perilaku yang tidak baik pada saat berpacaran.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya berpacaran saat remaja
merupakan hal yang tidak baik karena secara usia dan psikologi seorang remaja
belum siap, tetapi apabila hanya untuk mengenal satu-sama lain dan dalam batas
sewajarnya hal tersebut tidak apa-apa dilakukan terutama untuk meningkatkan
prestasi belajar mereka sendiri selain itu peran orang tua dan guru sangat
penting agar mereka tidak terjerumus dalam prilaku-prilaku tidak biak yang
ditimbulkan.
B. Saran
Dalam melakukan hubungan pada saat
remaja seperti berpacaran, hendaknya seorang remaja seperti kita hanya focus
untuk belajar saja dan meraih cita-cita, menyadari dalam berpacaran usia
seperti kita ini selayaknya belum mencukupi dan belum matang untuk hubungan
yang lebih serius karena belum siap dalam berbagai aspek hal yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, Anne. (2010). “Pengaruh Pacaran Terhadap Prestasi
Belajar Siswa”. Retrieved Desember 10, 2013, from anneahira.com/Pengaruh
Pacaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa.html
Seo, Dany. (2013). Retrieved Desember 10, 2013,
from Makalah Bahasa Indonesia Pengaruh Berpacaran Saat Usia Remaja ~ Pusat
Sekolah.htmloading...
0 Comment to "Makalah Pacaran di Kalangan Remaja"
Post a Comment