Tuesday, February 28, 2017

Sistem Indra Pada Manusia

SISTEM INDRA PADA MANUSIA

Manusia memiliki sistem indra untuk mengetahui keadaan lingkungan di sekitarnya. Pada organ atau alat indra terdapat sel-sel reseptor yang sangat peka terhadap rangsang. Rangsang tersebut diterjemahkan di otak dan diolah menjadi suatu bentuk perintah terhadap otot atau kelenjar. Selanjutnya, otot atau kelenjar bekerja menjalankan perintah otak sesuai dengan jenis rangsang yang diterima oleh indra atau reseptor.
Berdasarkan jenis rangsang yang diterima, reseptor pada tubuh manusia dibedakan menjadi teleseptor, ekteroseptor, dan interoseptor. Teleseptor adalah reseptor yang mendeteksi rangsang yang datang dari jarak jauh. Ekteroseptor adalah reseptor yang mendeteksi rangsang dari luar. Interoseptor adalah reseptor yang mendeteksi rangsang dari dalam tubuh.

Tabel 1. Beberapa jenis Reseptor dan jenis rangsang yang ditanggapi
No
Jenis Reseptor
Jenis Rangsang
Organ Sensoris
1.
Teleseptor
Cahaya
Getaran
Gas atau bau
Retina pada mata
Koklea pada telinga
Membran mukosa pada hidung
2.
Ekteroseptor
Sakit
Sentuhan
Tekanan
Panas
Dingin
Larutan atau makanan
Ujung saraf pada kulit
Ujung saraf Meissner pada kulit
Ujung saraf Paccini pada kulit
Ujung saraf Ruffini pada kulit
Ujung saraf Crausse pada kulit
Kuncup pengecap pada lidah
3.
Interoseptor
Tekanan darah arteri
Tekanan darah vena
Temperatur darah
Tekanan osmotik dan gula darah
Dinding aorta
Dinding vena
Hipotalamus
hipotalamus

1.        Mata
Mata adalah indra yang memiliki reseptor peka cahaya yang disebut totoreseptor. Setiap mata mempunyai lapisan reseptor. Sistem lensa untuk memutuskan cahaya pada reseptor, dan sistem saraf untuk menghantarkan implus dari reseptor ke otak. Susunan dasar mata diperlihatkan pada gambar 1.


Gambar 1. Irisan membujur mata

Kecembungan lensa mata dapat berubah-ubah. Perubahan kecembungan tersebut karena kontraksi dan relaksasi otot-otot ligamen (badan siliaris) yang melekat pada bola mata. Kecembungan lensa mata yang dapat berubah-ubah dapat membuat pandangan menjadi fokus  atau sebaliknya. Inilah yang dinamakan daya akomodasi lensa mata.
Apabila mata melihat benda yang dekat, maka otot siliaris berkontraksi. Lensa menjadi menebal untuk menangkap cahaya sehingga objek yang dekat dapat difokuskan pada retina. Akan tetapi, saat melihat jauh, otot siliaris berelaksasi, lensa menjadi memipih dan objek difokuskan pada retina. Lihat Gambar 2.



Gambar 2. Bentuk lensa mata saat melihat jauh dan dekat

Tabel 2. Bagian-Bagian Mata dan Fungsinya
Bagian bola mata
Fungsi
Konjungtiva
Melindungi kornea dari gesekan.
Sklera
Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melekatnya otot mata.
Otot-otot
Otot-otot yang melekat pada mata:
a. Muskulus rektus superior, menggerakkan mata ke atas.
b. Muskulus rektus inferior, menggerakkan mata ke bawah.
c. Muskulus rektus medial, menggerakkan mata ke dalam.
d. Muskulus rektus literal, menggerakkan mata ke sisi luar.
e. Muskulus oblikus superior, menggerakkan mata ke bawah sisi luar.
f. Muskulus oblikus inferior, menggerakkan mata ke bawah sisi luar.
Kornea
Memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksi cahaya.
Koroid
Mengandung pembuluh darah penyuplai retina dan melindungi refleksi cahaya dalam mata.
Badan siliaris
Menyokong lensa, mengandung otot yang memungkinkan lensa berubah bentuk, dan menyekresikan aqueous humor (humor berair).
Iris (pupil)
Mengendalikan ukuran pupil, sedangkan pigmennya mengurangi lewatnya cahaya.
Lensa
Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa.
Fovea (bintik kuning)
Bagian retina yang mengandung sel kerucut.
Bintik buta
Daerah tempat saraf optik meninggalkan bagian dalam bola mata dan tidak mengandung sel konus dan sel batang.
Vitreous humor (humor bening)
Menyokong lensa dan membantu menjaga bentuk bola mata.
Aqueous humor (humor berair)
Menjaga bentuk kantong depan bola mata.

Mata yang normal adalah yang dapat memfokuskan sinar-sinar sejajar yang masuk ke mata sehingga jatuh tepat ke bintik kuning di retina. Dengan demikian, benda dapat dilihat dengna jelas. Keadaan ini disebut emetropi. Sering kali mata juga mengalami kelainan-kelainan seperti yang diuraikan pada tabel 3. Cara terbentuknya bayangan benda pada mata dapat dilihat pada Gambar 3.


Gambar 3. Mekanisme terbentuknya bayangan pada mata (a) normal, (b) miopi, 
dan (c) hipermetropi. Coba perhatikan perbedaannya.

Tabel 3. Kelainan-Kelainan pada Mata
Jenis Kelainan
Penyebab
Lensa pembantu
Miopi (mata dekat)
Bayangan benda jatuh di depan retina karena bola mata terlalu panjang (cembung).
Lensa cekung
Hipermetropi (mata jauh)
Bayangan benda jatuh di belakang retina karena bola mata terlalu pendek atau bola mata terlalu pipih.
Lensa cembung
Astigmatisma
Kecembungan kornea tidak merata sehingga bayangan menjadi tidak terfokus (kabur).
Lensa silinder
Presbiopi
Daya akomodasi berubah-ubah karena titik proksimum dan remotum penglihatan berubah-ubah.
Kacamata berlensa rangkap (positif dan negatif)

Penyakit pada mata
1.      Katarak, yaitu lensa mata keruh, dapat disebabkan oleh diabetes mellitus, sinar X, atau obat-obatan kortison dalam waktu lama. Penyakit ini dapat disembuhkan melalui operasi, dengan menanam lensa buatan dalam bola mata.
2.      Trakoma, yaitu penyakit yang terjadi karena peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh infeksi virus. Apabila dibiarkan penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan.
3.      Rabun senja, yaitu kebutaan karena kekurangan vitamin A.


Lensa normal jernih          Lensa katarak keruh
Gambar 4. Lensa mata keruh pada penderita katarak






2.        Indra Pendengar (Telinga)
Mendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi vibrasi mekanis (getaran) yang kita sebut suara. Dalam keadaan biasa, getaran mencapai indra pendengar, yaitu telinga, melalui udara.
Telinga terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga bagian luar, tengah, dan dalam. Lihat Gambar 5.


Gambar 5. Struktur telinga

Tabel 4. Bagian Penyusun Telinga dan Fungsinya
Bagian Penyusun Telinga
Fungsi
Telinga luar
a.    Daun telinga
b.    Saluran auditori (ilang)
Membantu mengonsentrasikan gelombang suara (vibrasi).
Telinga Tengah
a.    Membran timpani (selaput gendang)
b.    Tulang martil (os maleus)
Tulang landasan (os inkus)
Tulang sanggurdi (os stapes)
c.     Pembuluh Eustachius

a.         Meneruskan vibrasi ke osikula
b.         Meneruskan vibrasi/getaran ke jendela oval


c.          Menyeimbangkan tekanan udara antara telinga tengah dan lingkungan
Telinga dalam
a.    Jendela oval
b.    Jendela melingkar
c.     Koklea (rumah siput)
d.    Saluran semisirkuler dan utrikulus
e.    Membran basiler
f.     Organ Korti


g.    Membran tektorial

a.    Penghubung telinga tengah dengan telinga dalam
b.    Sebagai reseptor suara
c.     Sebagai reseptor untuk gerakan kepala
d.    Sebagai reseptor gravitasi
e.    Meneruskan vibrasi
f.     Tempat terdapatnya sel reseptor suara berbentuk rambut
g.    Meneruskan vibrasi ke organ Korti




a.         Mekanisme Pendengaran
Mekanisme pendengaran secara skematis sebagai berikut.
Getaran suara g daun telinga g saluran pendengaran g membran timpani g tulang martil g tulang landasan g tulang sanggurdi g jendela oval g cairan koklea g ujung saraf auditori g otak (lobus temporalis) g persepsi suara.
b.        Kelainan pada Telinga
1)      Tuli, terdiri dari dua macam yaitu tuli konduksi dan tuli saraf.
a)  Tuli konduksi yaitu gangguan saluran pendengaran karena penyumbatan oleh kotoran, pengapuran pada telinga, dan pecahnya membran timpani.
b)    Tuli saraf yaitu gangguan yang terjadi karena organ Korti rusak, biasanya terjadi pada orang yang lanjut usia.
2)      Labirintitis, yaitu gangguan pada labirin dalam telinga yang disebabkan oleh infeksi, gegar otak, dan alergi.
3)      Radang telinga yaitu gangguan pada telinga yang disebabkan karena virus atau bakteri dan sering menyerang anak-anak.

c.         Alat Keseimbangan (Ekuilibrium)
Selain untuk mendeteksi gelombang suara, telinga juga sebagai alat deteksi posisi tubuh yang berhubungan dengan gravitasi dan gerak tubuh. Kedua fungsi ini cukup berbeda dengan fungsi deteksi bunyi.
Di atas koklea ada dua kantong yang berisi cairan limfa, yaitu 3 saluran setengah lingkaran (saluran semisirkuler) dan vestibulum. Saluran semisirkuler mempunyai dasar yang menggelembung yang disebut ampula. Ampula mengandung sel bersilia dan berfungsi sebagai reseptor  yang disebut krista. Krista terbenam dalam massa seperti gelatin yang disebut kupula. Jika kepala menggeleng, materi gelatin ikut bergoyang dan silia melengkung. Pelengkungan ini menimbulkan impuls saraf yang kemudian disampaikan ke otak.
Vestibulum terdiri atas dua bagian, yaitu sakulus dan utrikulus, yang berupa kantong dan dilapisi oleh sel-sel rambut dan silia. Utrikulus dan sakulus berisi endolimfa. Masing-masing memiliki sel reseptor di dalam dindingnya yang disebut makula. Makula terbenam dalam massa seperti jeli yang mengandung kristal kapur, disebut otolit. Otolit dipengaruhi oleh gravitasi. Jika kepala menggeleng, otolit ikut bergoyang dan silia melengkung. Pelengkungan ini menyebabkan terjadinya impuls saraf di serabut saraf. Impuls dari reseptor akan diinterprestasikan di otak dan hasilnya adalah informasi tentang posisi kepala. Lihat Gambar 6 dan 7.

Gambar 6. Irisan membujur utrikulus, perhatikan otolitnya


Gambar 7. Irisan membujur satu ampula dari saluran setengah lingkaran


3.        Indra Peraba dan Perasa (Kulit)
Pada kulit mamalia, termasuk manusia, terdapat beberapa reseptor yang memiliki fungsi berbeda. Kulit manusia tersusun oleh dua lapisan utama, yaitu epidermis dan dermis. Pada epidermis terdapat reseptor untuk rasa sakit dan tekanan lemah. Reseptor untuk tekanan disebut mekanoreseptor.
Pada dermis terdapat reseptor untuk panas, dingin, dan tekanan yang kuat. lihat Gambar 8. Masing-masing reseptor tersebut adalah sebagai berikut:
a.         Korpuskula Pacini, merupakan ujung saraf perasa tekanan kuat.
b.         Ujung saraf sekeliling rambut, merupakan ujung saraf peraba.
c.         Korpuskula Ruffini, merupakan ujung saraf perasa dingin.
d.         Ujung saraf Krause, merupakan ujung saraf perasa dingin.
e.         Korpuskula Meissner, merupakan ujung saraf peraba.
f.          Ujung saraf tanpa selaput, merupakan perasa nyeri.
g.         Lempeng Merkel, merupakan ujung saraf perasa sentuhan dan tekanan ringan.
Salah satu reseptor yang mudah diamati adalah korpuskula Pacini karena berukuran besar. Reseptor ini terletak pada dermis dan di berbagai organ dalam.


Gambar 8. Kulit beserta reseptor-reseptornya

Sebagaimana reseptor lain, masing-masing reseptor ini dihubungkan dengan neuron sensori. Reseptor indra yang didistribusikan ke seluruh otot rangka dan tendon dinamakan proprioseptor. Regangan atau kontraksi otot memacu reseptor ini untuk mengenali impuls saraf.

4.        Indra Pembau
Manusia mendeteksi bau dengan menggunakan reseptor yang terletak pada kedua epitelium olfaktori di dalam rongga hidung. Daerah ini masing-masing berukuran kurang lebih 250 milimeter persegi. Udara yang masuk ke dalam rongga hidung akan melaluinya. Sel-sel penciuman memiliki ujung berupa rambut-rambut halus. Rambut-rambut itu dihubungkan  oleh urat saraf melalui tulang saingan dan bersatu menjadi urat saraf olfaktori menuju ke pusat penciuman bau di otak. Di antara sel-sel penciuman terdapat sel-sel penunjang atau penyokong. Lihat Gambar 9.
Reseptor pembau dan pengecap saling berhubungan dan bekerja sama. Indra pembau atau pencium menerima stimulus berupa gas, sedangkan indra pengecap menerima stimulus berupa cairan.
Hanya ada dua sel reseptor yang dapat dibedakan dalam epitelium olfaktori, berdasarkan strukturnya. Akan tetapi, berdasarkan fungsinya, ada tujuh macam kelompok sel-sel reseptor. Dengan gabungan ketujuh reseptor itu, kita dapat mengenal 400 macam bau.


Gambar 9. Indra Penciuman pada manusia

5.        Indra Pengecap (Lidah)
Rangsangan kimia yang berasal dari luar tubuh diterima oleh reseptor kimia (kemoreseptor). Kemoreseptor kita terhadap lingkungan luar adalah berupa tunas pengecap yang terdapat pada lidah. Agar suatu zat dapat dirasakan, zat itu harus larut dalam kelembapan mulut sehingga dpat menstimulasi kuncup rasa/tunas pengecap.
Kuncup rasa sebagian besar terdapat pada permukaan lidah. Ada juga beberapa yang ditemukan pada langit-langit lunak di belakang mulut dan lengkung langit-langit. Kemoreseptor ini dapat dibedakan menjadi empat macam sensasi utama, yaitu rasa manis, rasa asam, rasa asin, dan rasa pahit. Lihat Gambar 10.
Dengan menggunakan larutan sukrosa, asam hidrokolat, NaCl, dan kinina sulfat encer, seseorang dapat mengetahui keempat rasa sensasi utama tersebut yang masing-masing ada di daerah khusus pada lidah. Akan tetapi, memetakan percobaan semacam ini pun menunjukkan adanya daerah rasa yang sangat tumpang tindih dan sangat bervariasi pada setiap orang. Daerah sensasi rasa manis terletak di bagian depan, rasa asin di bagian tepi, rasa asam di bagian kedua sisi lidah dan rasa pahit di bagian tengah belakang lidah.


Gambar 10. (a) Daerah lidah yang sensitif terhadap berbagai rasa, (b) letak kuncup perasa pada lidah

Pada lidah terdapat tiga papila pengecap, yaitu :
a.      Papila bentuk benang, merupakan papila peraba dan tersebar di seluruh permukaan lidah
b.   Papila seperti huruf V, tersusun dalam lengkungan yang dilingkari oleh suatu saluran pada daerah dekat pangkal lidah
c.       Papila berbentuk palu, terdapat pada daerah tepi-tepi lidah.


DOWNLOAD FILENYA DISINI
Download Format Word