Thursday, May 18, 2023

Makalah Tumbuhan dan Lingkungan

 

MAKALAH

"TUMBUHAN DAN LINGKUNGAN NYA"

 


 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Lingkungan adalah suatu tempat yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, matahari, mineral, dll yang ditempati  flora dan fauna baik didaratan maupun diperairan. Oleh karena itulah tumbuhan dan lingkungan mempunyai hubungan yang sinergis dan timbal balik

Suatu lingkungan dikatakan sesuai jika lingkungan tersebut cukup menyediakan makanan, suhu, air, dan cukup tersedianya komponen biotik lainnya yang dibutuhkan oleh makhluk hidup Namun alam senantiasa mengalami perubahan. Saat kemarau melanda sering kali ketersediaan makanan terganggu, sehingga banyak makhluk hidup yang ikut mati. Apalagi terkadang alam mengalami perubahan lingkungan yang sangat drastis seperti bencana alam yang merubah ekosistem. (Fauziah, dkk, 2009).

Adapun latar belakang penulisan makalah Botani yang membahas “Tumbuhan dan Lingkungan” ini dilakukan supaya dapat mempelajari dan mengetahui berbagai macam lingkungan tempat hidup tumbuhan dengan semua komponen dan hubungan keduanya.

 

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan antara tumbuhan dengan berbagai macam lingkungan yang ada di dunia?

 

1.3 Tujuan

Mahasiswa dapat  memahami dan mengetahui hubungan antara tumbuhan dengan berbagai macam lingkungan yang ada di dunia

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1 Pengertian

Lingkungan merupakan kumpulan komponen abiotik dan biotik di luar suatu organisme yang mempengaruhi kehidupan organisme tersebut. Lingkungan meliputi lingkungan perairan (hidrosfer), daratan (litosfer), dan udara (atmosfer). Lingkungan tempat hidup suatu organisme disebut habitat. Setiap organisme memiliki habitat yang khas (Wasis dan Irianto, 2009)

Sedangkan menurut UUPLH No.23 tahun 1997, Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahkluk, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya (Salmani, 2011).

 

2.2 Komponen Lingkungan

Lingkungan merupakan kumpulan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Suatu lingkungan berdasarkan susunan dan fungsinya tersusun dari beberapa komponen, yaitu sebagai berikut :

1. Autotrofik

Autotrofik berasal dari kata autos yang berarti sendiri; trophikos yang berarti menyediakan makanan, yaitu organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri yang berupa bahan-bahan organik dan bahan-bahan anorganik dengan bantuan energi matahari dan khlorofil (zat hijau daun). Oleh sebab itu semua organisme yang mengandung khlorofil disebut organisme autotrofik (Wardhana, 1999).

2. Heterotrofik

Heterotrof berasal dari kata “Heteros” yang berarti  berbeda, dan trophikos yang berarti makanan). Pengertian dari Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba (Salmani, 2011).

3. Komponen tak hidup (abiotik)

Komponen atau bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri beberapa macam, yaitu:

1) Cahaya Matahari

Cahaya matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, karena merupakan bahan dari proses fotosintesis, bila tak ada cahaya, maka proses fotosintesis tak akan terjadi menyebabkan tanaman tersebut tampak pucat dan warna tanaman kekuning-kuningan (etiolasi). Namun, pada kecambah justru sinar matahari dapat menghambat proses pertumbuhan (Dewi dan khori, 2014).

2) Suhu

Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22°C-37°C. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti (Wijaya,dkk, 2009).

3) Air

Semua makhluk hidup membutuhkan air sehingga lebih kurang 80% dari tubuh makhluk hidup terdiri atas air. Begitu pula pada tumbuhan, air sangat diperlukan terutama untuk pertumbuhan, transportasi, fotosintesis, dan pembentukan sel-sel baru, untuk menjaga tekanan osmosis sel, dan mencegah sel dari kekeringan (Henry,dkk, 2009).

4) Udara

Udara di atmosfer tersusun atas nitrogen (N2, 78%) guna membentuk protein dll, oksigen (O2, 21%) berfungsi sebagai gas pembakar dalam proses pernapasan, karbon dioksida (CO2, 0,03%), dan gas lainnya (Salmani, 2011).

5) Angin dan kelembaban

Angin berperan membantu penyerbukan tumbuhan, menyebarkan spora dan biji tumbuhan serta kelembaban berperan menjaga organisme agar tidak kehilangan air karena penguapan. Kelembaban dapat menjadi kontrol dari kehilangan panas melalui kulit dan saluran pernafasan (Djamal, 2003).

6) Mineral

Mineral yang diperlukan tumbuhan misalnya belerang (S), fosfat (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (fe), natrium (Na), dan khlor (Cl). Mineral-mineral itu diperoleh tumbuhan dalam bentuk ion-ion yang larut didalam air tanah. Mineral tersebut digunakan untuk berlangsungnya metabolisme tubuh dan untuk penyusun tubuh. Hewan dan manusia pun memerlukan mineral untuk penyusun tubuh dan reaksi-reaksi metabolismenya. Selain itu, mineral juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa dan mengatur fungsi fsikologi (faal) tubuh (Salmani, 2011).

7) Tanah

Jenis tanah akan memengaruhi jenis makhluk hidup yang berada pada ekosistem. Di tanah yang tandus akan ditemukan sedikit tumbuhan. Adapun di daerah yang tanahnya subur dan gembur akan ditemukan banyak tumbuhan dengan berbagai spesies (Suryatna dan Takari, 2009).

8) Kadar Garam

Jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuhan akan mati dan akhirnya akan mematikan tumbuhan itu. Didaerah yang berkadar garam tinggi hanya hidup tumbuhan tertentu. Misalnya pohon bakau di pantai yang tahan terhadap lingkungan berkadar garam tinggi (Djamal, 2003).

9) Topografi

Topografi artinya keadaan naik turunnya permukaan bumi disuatu daerah. Topografi berkaitan dengan kelembaban, cahaya, suhu, serta keadaan tanah disuatu daerah. Interaksi berbagai faktor itu membentuk lingkungan yang khas. Sebagai contoh keanekaragaman hayati di daerah perbukitan berbeda dengan didaerah datar. Organisme yang hidup di daerah berbukit berbeda dengan daerah datar. Topografi juga mempengaruhi penyebaran mahkluk hidup (Salmani, 2011).

 

4. Pengurai (dekomposer)

Pengertian dari Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur (Salmani, 2011).

 

Selain itu menurut Campbell, komponen penyusun lingkungan dapat menyebabkan cekaman atau yang lebih dikenal sebagai kondisi lingkungan yang dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan, reproduksi, dan kelangsungan hidup tumbuhan. Pada umumnya cekaman lingkungan pada tumbuhan dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

(1) Cekaman biotik, terdiri dari kompetisi intra spesies dan antar spesies, infeksi oleh hama dan penyakit

(2) Cekaman abiotik berupa suhu (tinggi dan rendah), air (kelebihan dan kekurangan), radiasi (ultraviolet, infra merah, dan radiasi mengionisasi), kimiawi (garam, gas, dan pestisida), angin, dll.

 

2.3  Jenis-jenis lingkungan

2.3.1. Lingkungan/Ekosistem di Darat

Ekosistem darat ialah lingkungan yang fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), lingkungan darat dibedakan menjadi beberapa, yaitu sebagai berikut:

a) Lingkungan Gurun

Beberapa lingkungan di gurun terdapat di daerah tropis (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu siang hari tinggi (bisa mencapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air, contohnya kaktus (Wijaya, 2014).

 

b) Lingkungan Padang Rumput

Lingkungan ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropis ke subtropis. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25 – 30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herba) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Beberapa jenis rumput mempunyai ketinggian hingga 3,5 m. Memiliki pohon yang khas, yaitu akasia. Persebarannya meliputi Afrika, Amerika Selatan, Amerika Serikat bagian barat, Argentina dan Australia (Wijaya, 2014).

 

c) Lingkungan Hutan Tropis

Lingkungan hutan basah terdapat di daerah tropis dan subtropis. Ciri-cirinya adalah curah hujan 200 – 225 cm per tahun. Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20 – 40 m, cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Daerah tudung ini cukup mendapat sinar matahari. Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Variasi suhu dan kelembapan cukup tinggi dengan suhu rata-rata harian 25°C. Dalam hutan basah tropis sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit (Wijaya, 2014).

 

 

d) Lingkungan Hutan Gugur

Lingkungan hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang. Ciricirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit dan tidak terlalu rapat (Djamal, 2003).

 

e) Lingkungan Taiga

Lingkungan taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropis. Ciri-cirinya adalah Curah hujan 250 mm/ tahun, musim panas berlangsung selama 3-4 bulan, dan sisanya adalah musim dingin, tumbuhannya berdaun jarum dan memiliki lapisan lilin, jenis tumbuhan sangat sedikit atau tunggal, mempunyai musim dingin yang cukup panjang dan musim kemarau yang panas dan sangat singkat, banyak terdapat di daerah subtropis dan daerah kutub utara, suhu di daerah berkisar -12 C sampai -0 C (Djamal, 2003).

 

f) Lingkungan Tundra

Lingkungan tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, lumut kerak, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput, curah hujannya rendah ( 100 - 250 mm/tahun), tanahnya sebagian besar adalah batuan induk yang telah mengalami sedikit pelapukan (Wardhana, 1999)

 

2.3.2.  Ekosistem/ Lingkungan Air Tawar

Ciri-ciri Lingkungan air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Tumbuhan yang banyak ditemukan adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Adaptasi tumbuhan air tawar mikroskopis yaitu dengan bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea) mempunyai akar jangkar (akar sulur). Tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau bersifat isotonis (Wardhana, 1999).

Lingkungan air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Ekosistem air tenang meliputi danau dan rawa, sedangkan ekosistem air mengalir adalah sungai.

a) Danau

Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi. Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar. Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi (Wijaya, 2014).

Menurut Wijaya (2014) danau dibagi menjadi 4 daerah yaitu sebagai berikut:

1) Daerah litoral,

Merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dengan daun ada yang mencuat ke atas permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenisjenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, Crustacea, ikan, amfibi, reptil air dan semiair seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.

2) Daerah limnetik,

Merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi. Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.

3) Daerah profundal

Merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik. Organisme yang ada hidup dengan mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Organisme yang menghuni adalah cacing dan mikroba.

4) Daerah bentik,

Merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati. Ciri-cirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.

 

b) Sungai

Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang (Wijaya, 2014).

Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan. Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu. Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air (Wijaya, 2014).

 

2.3.3. Ekosistem/ Lingkungan Air Laut

a. Lingkungan Laut

Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi terutama di  daerah laut tropis, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropis, suhu air laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin. Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, akibatnya daerah permukaan laut tetap subur sehingga banyak plankton dan ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung baik. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalaman dan wilayah permukaan secara horizontal (Salmani, 2011).

 

b) Lingkungan Pantai

Lingkungan pantai letaknya berbatasan dengan lingkungan darat, laut, dan daerah pasang surut. Lingkungan pantai dipengaruhi oleh daur harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah pantai paling atas hanya terendam saat pasang naik tertinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi makanan bagi kepiting dan burung pantai (Salmani, 2011).

Daerah pantai bagian tengah terendam saat pasang tertinggi dan pasang terrendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam Invertebrata, ikan, dan rumput laut (Salmani, 2011).

 

c) Lingkungan Estuari

Estuari (muara sungai) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh daur harian pasang surut. Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton (Wijaya, 2014).

 

d) Lingkungan Terumbu Karang

Di laut tropis, pada daerah neritik terdapat suatu komunitas khusus yang terdiri dari karang dan organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang (Wijaya, 2014).

 

2.4 Pencemaran Lingkungan

2.4.1. Pencemaran udara

Udara berperan penting dalam kehidupan. Oksigen digunakan untuk bernapas, karbondioksida digunakan untuk fotosintesis. Lapisan ozon berfungsi menahan sinar ultraviolet. Komposisi udara bersih normal di atmosfer kita adalah Nitrogen (78.09%), oksigen (21,95%), argon (0,93%) dan karbondioksida (0,031%).

Zat-zat pencemar udara tersebut pada dasarnya masih belum membahayakan jika belum melebihi ambang batasnya. Ambang batas adalah ukuran batas atau kadar zat, atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dari unsur pencemaran yang dapat ditolerir/masih belum membahayakan keberadaannya dalam kadar udara normal. Nilai ambang batas beberapa zat pencemar di udara dalam satuan part per million (ppm) dalam waktu 24 jam adalah NO2 (0,05), SO2 (0,10), dan CO (20). Kualitas udara sangat tergantung pada iklim. Oleh karenanya, pencemaran udara dapat menyebabkan perubahan iklim yang tidak baik. Dampak yang ditimbulkan antara lain terjadinya hujan asam, kerusakan lapisan ozon dan berkurangnya jarak pandang karena kabut asap (Wijaya, 2014).

 

2.4.2. Pencemaran air

Sumber pencemaran air di antaranya limbah pestisida pertanian, limbah rumah tangga misalnya detergen, limbah industri dan sebagainya. Indikator dasar yang menunjukkan air lingkungan telah tercemar adalah perubahan fisik, perubahan kimia dan perubahan biologis. Perubahan fisik meliputi warna, bau, rasa, suhu, endapan, koloid, bahan-bahan terlarut. Perubahan kimia meliputi keasaman, kandungan oksigen, kebutuhan oksigen, kandungan zat-zat kimia berbahaya. Air yang belum tercemar tidak berwarna, berbau, berasa, oksigen (Suryatna dan Takari, 2009).

                           

 

2.4.3. Pencemaran tanah

Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah organik dan an-organik dari rumah tangga, pasar, industri, pertanian, peternakan. Pencemar tanah umumnya adalah limbah padat yang berupa sampah nondegradable (tidak mudah terurai) seperti plastik dan pecahan gelas. Tanah yang tercemar akan berkurang kesuburannya hingga menurun fungsinya sebagai faktor produksi. (Wijaya,dkk, 2009)

 

BAB III

PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Lingkungan merupakan kumpulan komponen abiotik dan biotik di luar suatu organisme yang mempengaruhi kehidupan organisme tersebut. Lingkungan meliputi lingkungan perairan (hidrosfer), daratan (litosfer), dan udara (atmosfer). Lingkungan memiliki hubungan yang erat dengan tumbuhan baik yang hidup di darat, ataupun diperairan. Perusakan lingkungan beberapa dekade ini mengalami kerusakan yang sangat parah baik itu karena alam ataupun karena ulah manusia sendiri.

 

3.2 Saran

Adanya pembelajaran lebih lanjut mengenai transpirasi yang terjadi pada tumbuhan ini sehingga mahasiwa bisa lebih memahami dan mengerti proses transpirasi pada tumbuhan.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Campbell. 2008. Biologi Edisi Delapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

 Dewi dan Khory. 2009. Rumus Tokcer Biologi. Tangerang: Edu Penguin.

 Djamal I, Zoer’aini. 2003. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Jakarta : Bumi Aksara.

 Henry,dkk. 2009. Ilmu Pengetahuan alam 2. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 

 Nenden fauziah. 2009. Ilmu Pengetahuan alam 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 

 Salmani. 2011. Diktat Ilmu Lingkungan. Banjarmasin: POLTEK Banjarmasin press.

 Suryatna dan Takari. 2009 Ilmu Pengetahuan alam 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 

 Wardhana. 1999. Dasar-dasar Ekologi. Depok: MIPA UI Press.

 Wasis dan Irianto. 2009 Ilmu Pengetahuan alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 

 Wijaya, Nyoman. 2014. Biologi dan Lingkungan. Yogyakarta: Plantaxia.

 Wijaya,dkk, 2009. Cerdas Belajar IPA . Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 

 

DOWNLOAD MAKALAH LENGKAPNYA DISINI

Download Format Word

 

 

loading...

Share this

0 Comment to "Makalah Tumbuhan dan Lingkungan"

Post a Comment