Berikut ini adalah makalah PAI tentang Qadha dan Qadar. Silakan dicopy saja jika diperlukan, semoga bermanfaat...
BAB II
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
QADHA DAN QADAR
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar belakang
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat
warna-warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan
(tetapkan) dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak
satupun makhluk Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi
adalah kehendak dan kuasa Allah SWT.Begitu pula dengan bencana-bencana yang
akhir-akhir ini sering menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah longsor,
banjir, angin ribut dan bencana-bancana lain yang telah melanda bangsa kita
adalah atas kehendak, hak, dan kuasa Allah SWT.Dengan bekal keyakinan terhadap
takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak pernah
mengenal kata frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan
apa-apa yang telah diberikan Allah SWT.
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan
sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia.
Dengan tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka
kita harus berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras
untuk menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat
Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.
Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun.Yang terakhir
adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang
buruk.Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal,
menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang
harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini.
B
. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan iman qada’ dan qadar?
2. Apa fungsi beriman kepada qada’dan
qadar Allah SWT?
3. Bagaimana ciri – ciri orang yang
beriman kepada qada’ dan qadar?
4. Bagaimana hikmah bagi orang yang
beriman kepada qada’ dan qadar?
C. Tujuan Makalah
Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk memahami iman kepada qada’ dan qadar
2. Untuk memahami fungsi iman kepada
qada’ dan qadar
3. Untuk mengetahui ciri-ciri orang
yang beriman kepada qada’ dan qadar
4. Untuk mengetahui hikmah bagi orang
yang beriman kepada qada’ dan qadar
BAB II
PEMBAHASAN
A. IMAN KEPADA QADHA’ DAN QADAR
Keimanan
seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun.Yang terakhir adalah
beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang
buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal,
menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang
harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini. Semoga paparan
ringkas ini dapat membantu kita untuk memahami keimanan yang benar terhadap takdir
Allah. Wallahul musta’an.
a. Qadha’ dan Qadar
Dalam
pembahasan takdir, kita sering mendengar
istilah qodho’ dan qodar. Dua istilah yang serupa tapi tak sama.
Mempunyai makna yang sama jika disebut salah satunya, namun memiliki makna yang
berbeda tatkala disebutkan bersamaan. Jika disebutkan qadha’ saja
maka mencakup makna qadar, demikian pula sebaliknya.Namun jika disebutkan
bersamaan, maka qadha’ maknanya adalah sesuatu yang telah ditetapkan
Allah pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan, maupun perubahan
terhadap sesuatu.Sedangkan qodar maknanya adalah sesuatu yang telah
ditentukan Allah sejak zaman azali, dengan demikian qadar ada lebih
dulu kemudian disusul dengan qadha’.
Pengertian
Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa
pengertian yaitu: hukum, ketetapan, kehendak, pemberitahuan, penciptaan.
Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak
zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan
dengan makhluk. Sedangkan Qadar, arti qadar menurut bahasa adalah:
kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau
kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk
tertentu sesuai dengan ridah-Nya. Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah
kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu
bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (QS .Al-Furqan ayat 2).[1]
b. Definisi qadha’ dan qadar serta
kaitan di antara keduanya
1. Qadar
Qadar,
menurut bahasa yaitu: Masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaru-qadaran, dan
adakalanya huruf daal-nya disukunkan (qa-dran). Ibnu Faris berkata, “Qadara:
qaaf, daal dan raa’ adalah ash-sha-hiih yang menunjukkan akhir/puncak segala
sesuatu. Maka qadar adalah: akhir/puncak segala sesuatu. Dinyatakan: Qadruhu
kadza, yaitu akhirnya. Demikian pula al-qadar, dan qadartusy syai’ aqdi-ruhu,
dan aqduruhu dari at-taqdiir.”[2]
Qadar
(yang diberi harakat pada huruf daal-nya) ialah: Qadha’ (kepastian) dan hukum,
yaitu apa-apa yang telah ditentukan Allah Azza wa Jalla dari qadha’ (kepastian)
dan hukum-hukum dalam berbagai perkara Takdir adalah: Merenungkan dan
memikirkan untuk menyamakan sesuatu. Qadar itu sama dengan Qadr, semuanya
bentuk jama’nya ialah Aqdaar. Qadar, menurut istilah ialah: Ketentuan Allah
yang berlaku bagi semua makhluk, sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu
dan dikehendaki oleh hikmah-Nya. Atau: Sesuatu yang telah diketahui sebelumnya
dan telah tertuliskan, dari apa-apa yang terjadi hingga akhir masa. Dan bahwa
Allah Azza wa Jalla telah menentukan ketentuan para makhluk dan hal-hal yang
akan terjadi, sebelum diciptakan sejak zaman azali.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala pun mengetahui, bahwa semua itu akan terjadi pada
waktu-waktu tertentu sesuai dengan pengetahuan-Nya dan dengan sifat-sifat
tertentu pula, maka hal itu pun terjadi sesuai dengan apa yang telah
ditentukan-Nya. Atau: Ilmu Allah, catatan (takdir)-Nya terhadap segala sesuatu,
kehendak-Nya dan penciptaan-Nya terhadap segala sesuatu tersebut.
2. Qadha’
Qadha’,
menurut bahasa ialah: Hukum, ciptaan, kepastian dan penjelasan. Asal (makna)nya
adalah: Memutuskan, menentukan sesuatu, mengukuhkannya, menjalankannya dan
menyelesaikannya. Maknanya adalah mencipta.[3]
c. Kaitan Antara Qadha’ dan Qadar
Dikatakan,
bahwa yang dimaksud dengan qadar ialah takdir, dan yang dimaksud dengan qadha’
ialah penciptaan.
Yakni, menciptakan semua itu.
Qadha’ dan qadar adalah dua perkara
yang beriringan, salah satunya tidak terpisah dari yang lainnya, karena salah
satunya berkedudukan sebagai pondasi, yaitu qadar, dan yang lainnya
berkedudukan sebagai bangunannya, yaitu qadha’. Barangsiapa bermaksud untuk
memisahkan di antara keduanya, maka dia bermaksud menghancurkan dan merobohkan
bangunan tersebut.
Dikatakan pula sebaliknya, bahwa qadha’
ialah ilmu Allah yang terdahulu, yang dengannya Allah menetapkan sejak azali.
Sedangkan qadar ialah terjadinya penciptaan sesuai timbangan perkara yang telah
ditentukan sebelumnya.Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Mereka, yakni para ulama
mengatakan, ‘Qadha’ adalah ketentuan yang bersifat umum dan global sejak zaman
azali, sedangkan qadar adalah bagian-bagian dan perincian-perincian dari
ketentuan tersebut.”
Dikatakan, jika keduanya berhimpun,
maka keduanya berbeda, di mana masing-masing dari keduanya mempunyai pengertian
sebagaimana yang telah diutarakan dalam dua pendapat sebelumnya, dimana jika
salah satu dari kedunya disebutkan sendirian, maka yang lainnya masuk di dalam
(pengertian)nya.
d. Hubungan antara Qadha’ dan Qadar
Pada
uraian tentang pengertian qadha’ dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha’ dan
qadar selalu berhubungan erat .Qadha’ adalah ketentuan, hukum atau rencana
Allah sejak zaman azali.Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum
Allah.Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan.[4]
B. Fungsi Iman Kepada Qadha’ dan Qadar
Allah SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada
qada dan qadar (takdir), yang tentu mengandung banyak fungsi (hikmah atau
manfaat), yaitu antara lain :[5]
·
Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT,
pencipta alam semesta adalah tuhan Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil dan
maha bijaksana. Keyakinan tersebut dapat mendorong umat manusia (umat islam)
untuk melakukan usaha-usaha yang bijaksana, agar menjadi umat (bangsa) yang
merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan yang di perolehnya
itu akan di manfaatkannya secara adil, demi terwujudnya kemakmuran
kesejahteraan bersama di dunia dan di akherat.
·
Menumbuhkan kesadaran bahwa alam
semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah
SWT (sunatullah) atau hukum alam. Kesadaran yang demikian
dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang
canggih di bidangnya masing-masing, kemudian mengadakan usaha-usaha penelitian
terhadap setiap mahluk Allah seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, udara,
barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil penelitiannya di manfaatkan
untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi. (lihat dan
pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11)
·
Meningkatkan ketaqwaan kepada
Allah SWT. Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada
dan terjadi di alam semesta ini seperti daratan, lautan, angkasa raya, tanah
yang subur, tanah yang tandus, dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi,
gunung meletus, serta banjir semata-mata karena kehendak, kekuasaan dan
keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan keadilan Allah SWT akan di
tampakkan kepada umat manusia, takkala umat manusia sudah meninggal dunia dan
hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa,
tentu akan memperoleh nikmat kubur dan akan di masukan kesurga, sedangkan
manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak berbuat dosa,
tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan kedalam neraka jahanam.
(lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 : 131 – 133).
·
Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji,
serta menghilangkan sikap serta prilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman
kepada takdir (umat islam yang bertakwa ) tentu akan memiliki sikap dan prilaku
terpuji seperti sabar, tawakal, qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan mampu
memelihara diri dari sikap dan prilaku tercela, seperti: sombong, iri hati,
dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa demikian? Coba kamu
renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24)
·
Mendorong umat manusia (umat islam)
untuk berusaha agar kualitas hidupnya meningkat, sehingga hari ini lebih baik
dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Umat manusia (umat
islam) jika betul-betul beriman kepada takdir, tentu dalam hidupnya di dunia
yang sebenar ini tidak akan berpangku tangan. Mereka akan berusaha dan bekerja
dengan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing, sesuai dengan kemampuannya
yang telah di usahakan secara maksimal, sehingga menjadi manusia yang paling
bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “sebaik-baiknya manusia ialah
yang lebih bermanfaat kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).
C. Ciri-ciri orang yang beriman kepada
qada dan qadar
Seorang
muslim yang percaya akan adanya ketentuan Allah swt pastinya memiliki tingkat
ketaatan yang tinggi. Karena ketentuan Allah swt menyangkut hidup di dunia dan
di akherat. Adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan qadarnya Allah
swt adalah :[6]
·
Mentaati
perintah Allah swt dan menjauhi serta meninggalkan segala larangan Allah swt
·
Berusaha
dan bekerja secara maksimal
·
Tawakkal
kepada Allah swt secara menyeluruh dan berdoa
·
Mengisi
kehidupan di dunia dengan hal-hal positif untuk mencapai kebahagiaan hidup di
akhirat
·
Memperhatikan dan merenungkan kekuasaan dan kebesaran Allah
swt
·
bersabar
dalam menghadapi cobaan
D. Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar
Dengan
beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita
dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.
Hikmah tersebut antara lain: [7]
o Melatih diri untuk banyak bersyukur
dan bersabar
Orang
yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia
akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus
disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal
tersebut merupakan ujian
o Menjauhkan diri dari sifat sombong
dan putus asa
Orang
yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia
menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri.
Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh
kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya
adalah ketentuan Allah.
o Memupuk sifat optimis dan giat
bekerja
Manusia
tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu
menginginkan bernasib baik dan beruntung.Keberuntungan itu tidak datang begitu
saja, tetapi harus diusahakan.Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha
dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan
keberhasilan itu.
o Menenangkan jiwa
Orang
yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam
hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah
kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah
atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak mudah putus
asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah
takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang
muslim,sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.Oleh karena
itu,jika kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar,sebab buruk menurut kita
belum tentu buruk menurut Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik
menurut Allah.Karena dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap
sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan
kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
B. SARAN
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari.Oleh
karena itu,saya menyarankan
agar kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT agar
hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah SWT.Juga keyakinan kita
terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi meningkatkan amal ibadah
kita.Serta Kita harus senantiasa bersabar,berikhtiar dan bertawakal dalam
menghadapi takdir Allah
DAFTAR
PUSTAKA
Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok
Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka.
T.Ibrahim,
H.Darsono. 2013. Membangun Aqidah dan Akhlak.Solo: Tiga
Serangakai Pustaka Mandiri
Toto Suryana, Dkk. 2009.Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara.
DOWNLOAD MAKALAHNYA DISINI