Tuesday, April 3, 2018

Makalah Al-Qur'an Hadist : Tujuan Diturunkannya Al-Qur'an


MAKALAH AL-QUR'AN HADIST
TUJUAN DITURUNKANNYA AL-QUR'AN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang berfungsi sebagai mu’jizat bagi Rasulullah Muhammad SAW, sebagai pedoman hidup bagi setiap muslim dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya, dan bernilai abadi, sebagai pembeda (furqan), pemberi peringatan, kabar gembira dan pengobat.

Sebagai mu’jizat, Al-Qur’an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan ( insya Allah) pada masa-masa yang akan datang. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur’an adalah firman-firman Allah SWT, bukan ciptaan Nabi Muhammad SAW apalagi ciptaan manusia.
Bahasa Al-qur’an adalah mu’jizat besar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapihan susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari gaya bahasa Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1.        Apa yang di maksud Al-Qur’an itu?
2.        Apa saja fungsi Al-Qur’an bagi kehidupan umat manusia pada umumnya?
3.        Apa saja tujuan diturunkannya Al-Qur’an oleh Allah SWT untuk umat manusia ini?
4.        Mengapa Al-Qur’an merupakan pedoman hidup manusia?

C. Tujuan Penulisan
1.        Untuk mengetahui pengertian Al-Qur’an baik dari segi terminologi maupun etimologi.
2.        Untuk menguraikan apa saja fungsi atau kegunaan Al-Qur’an.
3.        Untuk mengungkapkan tujuan-tujuan diturunkannya Al-Qur’an.
4.        Untuk mengetahui pebedaan-perbedaan pendapat mengenai Al-Qur’an.

  
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Al-Qur’an
Menurut etimologi: Al-Qur’an berasal dari kata Qa-ra-a (قرأ) artinya membaca, maka perkataan itu berarti “bacaan”. Maksudnya, agar ia menjadi bacaan atau senantiasa dibaca oleh segenap bangsa manusia terutama oleh para pemeluk agama Islam.[1]
Para ulama berbeda pendapat mengenai lafadz Al-Qur’an. Sebagian berpendapat, penulisan lafadz tersebut dibubuhi huruf hamzah (dibaca Al-Qur’an). Pendapat lain mengatakan penulisannya Zdari akar kata apapun) dan bukan pula berhamzah (tanpa tambahan huruf hamzah di tengahnya, jadi dibaca Al-Qur’an). Lafadz tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertiannya kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi menurut Al-Syafi’i, lafadz tersebut bukan berasal dari akar kata Qa-ra-a (membaca), sebab kalau akar katanya Qa-ra-a, maka tentu setiap sesuatu yang dibaca dapat dinamai Al-Qur’an. Lafadz tersebut memang nama khusus bagi Al-Qur’an, sama halnya dengan nama Taurat dan Injil.

B.    Fungsi Al-Qur’an
1.      Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah
2.      Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
3.      Menjelaskan masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat dahulu
4.      Sebagai Obat
Setelah Rasulullah wafat, yang tertinggal adalah Al-Qur’an yang terjaga daripenyimpangan dan pemutarbalikan fakta agar dipakai sebagai petunjuk dan pedomandalam mengarungi dunia fana ini. Firman Allah SWT :
“Katakanlah hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah (yang) diutus kepada kalian semua, bahwa Allahlah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain Dia yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasulNya. Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimatNya (kitab-kitabNya) dan ikutilah Dia agar kalian mendapat petunjuk“ (QS Al-Arof : 158)
Juga disebutkan firmanya-Nya :
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Qur’an) kepada hambaNya, agar menjadi peringatan kepada seluruh alam” (QS Furqon: 1) Petunjuk pada jalan yang lurus, firman-Nya :
Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberi petunjuk pada jalan yang amat lurus.(Al-Isrâ  (17) ayat 9)
1.        Sebagai Petunjuk (Huda) 
Allah Ta'ala telah berfirman,artinya, “Alif laam miim. Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.،¨ (QS. al- Baqarah:1-2) 
Dan di pertengahan surat al- Baqarah Allah juga berfirman,
،”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).،¨ (QS.al- Baqarah:185) 
Di awal surat al-Baqarah tersebut Allah Ta'alamenyebut al-Qur'an sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa sedangkan di pertengahannya disebutkan sebagai petunjuk bagi manusia, dan ini sifatnya umum baik bagi yang bertakwa maupun yang tidak bertakwa. 
Adapun petunjuk bagi orang bertakwa, mempunyai arti bahwa mereka mampu mengambil manfaat dan mengambil faidah dari al-Qur'an itu, serta mereka mampu manjadikan cahaya al-Qur'an sebagai penerang bagi mereka.
Sedangkan petunjuk bagi manusia, artinya al-Qur'an memberi penjelasan bagi mereka mana jalan yang lurus terbimbing, jika mereka menghendaki jalan lurus tersebut bagi diri mereka. 
Jadi al-Qur'an merupakan petunjuk dilalah dan irsyad (penjelasan dan bimbingan) bagi seluruh manusia, dan petunjuk taufiq bagi orang yang bertakwa, khususnya mereka yang memenuhi panggilan al-Qur'an. 
Jadi hidayah itu ada dua macam, yaitu hidayah taufiq wa 'amal (respon dan aksi). Ini khusus bagi orang yang beriman, dan hidayah dilalah wa irsyad (bimbingan dan penjelasan) yang bersifat informatif untuk seluruh umat manusia. Allah Ta'alajuga berfirman menyifati al Qur'an,artinya, ،
Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih.،¨ (QS. Al Israa':9-10) 
Allah Ta'ala menyebutkan al-Qur'an sebagai petunjuk yang paling lurus (aqwam), yaitu kepada jalan yang paling lurus dan adil yang mengantarkan kepada Allah Ta'ala. Jika anda menghendaki untuk sampai kepada Allah Azza wa Jalla dan surga Nya maka anda harus beramal dengan al-Qur'anul Karim. 
2.        Al Qur'an sebagai Ruh. 
Di dalam ayat yang lain Allah menyebut al-Qur'an dengan ruh, dan salah satu makna ruh di sini adalah segala yang menjadikan hati hidup penuh dengan makna. Sebagaimana halnnya tubuh, jika di dalamnya ada ruh maka dia akan hidup dan jika ruh keluar dari badan maka dia akan mati. Allah Æ’nberfirman, artinya,
،”Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (wahyu/al-Qur'an) dengan perintah Kami.Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.،¨ (QS. Asy Syura:52) 
Al-Qur'an adalah ruh bagi hati, dan ruh hati lebih khusus daripada ruh badan. Allah menamainya dengan ruh karena dengan al-Qur'an itu hati menjadi hidup. Maka apabila al-Qur'an telah bertemu dengan hati pasti dia akan hidup dan bercahaya. Dia akan mengenal Rabbnya, menyembah Allah di atas dasar bashirah (ilmu), takut kepada-Nya, bertakwa , mencintai-Nya, meninggikan serta mengagungkan-Nya. Ini dikarenakan al-Qur'an merupakan ruh yang menggerakkkan hati sebagaimana ruh (nyawa) yang menggerakkan badan. 
Jika nyawa masuk ke dalam badan maka dia akan menggerakkan badan itu serta menjadikannya hidup.Demikian pula al-Qur'an, jika masuk ke dalam hati maka akan menghidupkan serta menggerakkan hati untuk takut kepada Allah serta mencintai-Nya. Sebaliknya jika hati tidak dimasuki al-Qur'an maka akan mati, sebagaimana badan yang tidak punya ruh. 
Maka di sini ada dua kehidupan dan dua kematian. Dua kematian adalah matinya jasmani dan matinya hati sedang dua kehiduan adalah hidupnya jasmani dan hidupnya hati. Hidupnya badan berlaku bagi mukmin dan kafir, orang takwa dan orang fasik, bahkan seluruh manusia dan hewan tidak ada bedanya. Yang membedakan adalah hidupnya hati, dan ini tidak didapati kecuali pada hamba Allah yang mukmin dan muttaqin. Adapun orang kafir dan binatang ternak maka mereka kehilangan hidupnya hati, meskipun badan dan jasmani mereka hidup. 
3.        Al Qur'an sebagai Cahaya 
Allah menamai al-Qur'an dengan Nur (cahaya), yaitu sesuatu yang menerangai jalan yang terbentang di hadapan manusia sehingga tampak segala yang ada di hadapannya. Apakah ada lobang, ataukah duri lalu menghindarinya, dan kelihatan pula jalan yang selamat sehingga dia manempuh jalan itu. 
Orang yang tidak mempunyai cahaya maka dia berada di dalam kegelapan, tidak bisa melihat lobang serta duri, tidak mengetahui adanya bahaya karena memang tidak mampu untuk melihat. 
Kita semua tahu adanya cahaya yang mampu kita lihat, seperti cahaya matahari, lampu,lentera dan cahaya yang lain. Dengan adanya cahaya inilah kita tahu bagaimana sebaiknya berjalan di jalanan, di pasar, di rumah dan kita tahu dengan cahaya itu apa yang perlu untuk kita jauhi dan waspadai.
Akan tetapi cahaya al Qur'an adalah cahaya maknawi yang memperlihatkan kepada anda apa yang bermanfaat bagi anda dalam urusan agama maupun dunia, menjelaskan kepada anda yang hak dan yang batil, menunjukkan jalan menuju surga sehingga anda menempuhnya berdasarkan cahaya dan bimbingan Allah Subhannahu wa Ta'ala . 
Al-Qur'an adalah nur maknawi yang dengannya anda dapat membedakan jalan yang terang dari jalan yang gelap, membedakan jalan surga dari jalan neraka. Dengannya engkau akan tahu mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya, engkau tahu kebaikan dan keburukan. Maka al-Qur'an adalah cahaya semesta alam untuk menuju jalan kesuksesan, kebahagiaan dan kemenangan di dunia dan di akhirat. 
4.        Al Qur'an sebagai Pembeda
Allah Ta'ala juga menyifati al Qur'an sebagai Furqaan (pembeda) sebagai mana firman-Nya, artinya, 
“Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.،¨ (QS. Al Furqaan:1) 
Artinya al-Qur'an membedakan antara yang haq dengan yang batil, antara yang lurus dengan yang sesat, yang bermanfaaat dan yang berbahaya. Dia menyuruh kita semua mengerjakan kebaikan dan melarang kita dari perbuatan buruk dan dia memperlihat kan segala apa yang kita perlukan untuk urusan dunia dan akhirat, maka dia adalah furqan dalam arti membedakan antara yang hak dengan yang batil.
5.        Al Qur'an sebagai Obat Penawar 
Allah Subhannahu wa Ta'alaÆ’n juga menyebut al-Qur'an ini sebagai syifa'(obat penawar), Dia berfirman, artinya, 
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.¨ (QS. Yunus:57) 
Dia merupakan obat bagi penyakit yang bersifat hakiki (yang menimpa badan) dan penyakit yang sifatnya maknawi (yang menimpa hati). Merupakan obat bagi penyakit badan, dengan cara membacakannya untuk orang yang sakit atau terkena ain (hipnotis), kesurupan jin dan semisalnya. 
Dengan izin Allah Subhannahu wa Ta'ala orang yang sakit akan menjadi sembuh jika bacaan tersebut berasal dari hati seorang mukmin yang yakin kepada-Nya. Apabila keyakinan yang kuat berkumpul antara orang yang membacakannya dengan yang di bacakan untuknya maka Allah akan memberikan kesembuhan bagi orang yang  sakit tersebut. 
Al-Qur'an juga merupakan obat bagi penyakit maknawi, seperti penyakit ragu-ragu (syak), syubhat (kerancuan), kufur dan nifak. Penyakit-penyakit ini jauh lebih berbahaya daripada penyakit badan. 
Penyakit hati lebih berbahaya daripada penyakit badan karena penyakit badan ujung penghabisannya adalah mati sedangkan mati itu pasti terjadi dan tidak mungkin dapat ditolak. Penyakit hati jika dibiarkan terus menerus maka akan menyebabkan matinya hati , rusak secara total sehingga si empunya hati menjadi seorang kafir, condong kepada kaburukan , fasik. Dan tidak ada obat baginya selain daripada al-Qur'an yang telah diturunkan oleh Allah sebagai obat. 
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya, 
Dan Kami turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.،¨ (QS. Al Israa':82)
Allah Subhannahu wa Ta'ala menjadikan al-Qur'an sebagai obat bagi orang mukmin dan mengkhususkan itu untuk mereka karena hanya orang mukmin saja yang mampu mengambil manfaat dan mengambil petunjuk dengan al-Qur'an itu sehingga hilang dari mereka segala was-was, keraguan dan syubhat dari dalam hati mereka. 
Sedang orang-orang munafik dan orang-orang kafir serta pelaku kemusyrikan maka mereka tidak dapat mengambil faedah dari al Qur،¦an selagi mereka masih terus menerus berada di atas kemusyrikan, kemunafikan dan kekufuran mereka. Kecuali jika mau berhenti dari semua itu dan bertobat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala. 
Semoga Allah Subhannahu wa Ta'ala menjadikan kita semua sebagai ahli al-Qur’an yang senantiasa membaca, memahami dan mengamalkan isinya.

C.     Kedudukan Al Qur’an
1.      Kitabul Naba wal akhbar (Berita dan Kabar), QS. An Naba’ (7) : 1
2.      Kitabul Hukmi wa syariat (Kitab Hukum Syariah), QS. Al Maidah (5) : 49-50
3.      Kitabul Jihad, QS. Al Ankabut (29) : 69
4.      Kitabul Tarbiyah, QS. Ali Imran (3) : 79
5.      Minhajul Hayah (Pedoman Hidup),
6.      Kitabul Ilmi, QS. Al Alaq (96) : 1-5
Konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki moral yang sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat Rasulullah SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :
Bahwa sebuah generasi telah terlahir dari da’wah –yaitu generasi sahabat –yang memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah umat manusia secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinya ke atas dunia ini sebagaimana mereka… Meskipun tidak disangkal adanya beberapa individu yang dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah besar sebagaimana sahabat dalam satu kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang terjadi pada periode awal dari kehidupan da’wah ini…”
Cukuplah kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala beliau mengatakan dalam sebuah haditsnya :
Dari Imran bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: ‘Sebaik-baik kalian adalah generasi yang ada pada masaku (para sahabat) , kemudian generasi yang berikutnya (tabi’in), kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba’ut tabiin). (HR. Bukhari)”
Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan generasi pada masaku’ adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian mencelasahabat-sahabatku.Karena sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka, bahkan menyamai setengahnya pun tidak “(HR. Bukhari).
Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14 – 23) , terdapat tiga hal yang melatarbelakangi para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang tiadaduanya di dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut : pertama, karena mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya. Kedua, ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun mereka membacanya hanya untuk mengimplementasikan apa yang diinginkan oleh Allah dalam kehidupan mereka. Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.
Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah yang pernah terlahir ke dunia ini. Disebabkan karena ‘ketotalitasan’ mereka ketika berinteraksi dengan Al-Qur’an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang sangat mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya Al-Qur’an lah satu-satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.

D.   Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an
Sebagai pedoman hidup yang benar, Al-Qur’an niscaya harus memberikan suatu petunjuk hidup yang benar, mendasar dan pasti. Sehingga dapat dijadikan sebagai pegangan yang kokoh dalam menghadapi hidup. Oleh karena itu tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an tidak lain kecuali untuk memberikan petunjuk kepada umat manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat[27]. Adapun petunjuk yang diberikan oleh Al-Qur’an pada pokoknya ada tiga:
1.      Petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2.      Petunjuk mengenai akhlaq yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual dan kolektif.
3.      Petunjuk mengenai syari’at dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.[28]
  

BAB  III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada baginda Rasulullah SAW sebagai petunjuk, pedoman, pengingat, perintah, kabar baik, peringatan, dan bahkan mukzijat dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk membuktikan kenabian dan kerasulan-Nya. isi Al-Qur’an itu bersifat universal, bahkan semua ilmu pengetahuan secara garis besar terkandung di dalam isi Al-Qur’an tersebut.
Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT, Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan, Menjelaskan masalah- masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu, dan juga sebagai Obat.
        
B. Saran
Kami harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi siswa-siswi lainnya yang membaca makalah ini, sehingga dapat menambah wawasan kita semua tentang kedudukan dan fungsi Al-Qur’an.

  

DAFTAR PUSTAKA


Fahd bin Muhammad Al-Rummi, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta : Titian Ilahi Press, 1997), h.38

Departemen Agama Respublik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya : Toha Putra), h.231

Drs. Atang Abd. Hakim, MA., Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya) h.70


DOWNLOAD MAKALAH LENGKAP DISINI





loading...

Share this

0 Comment to "Makalah Al-Qur'an Hadist : Tujuan Diturunkannya Al-Qur'an"

Post a Comment