Wednesday, March 7, 2018

Makalah Sejarah Peradaban Lembah Sungai Indus


MAKALAH SEJARAH
PERADABAN LEMBAH SUNGAI INDUS


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sekarang generasi penerus sudah banyak sekali yang tidak mengenal sejarah-sejarah tentang peradaban-peradaban dunia. Padahal itu sangat penting bagi kita terutama sebagai ilmu pengetahuan. Tanpa kita mengenal sejarah kita akan kacau-balau karena disitu adalah sumber ilmu kebudayaan yang berguna dan patut dipelajari. Oleh karena itu, penulis bertujuan membuat makalah ini untuk menjelaskan salah satu peradaban dunia yang menceritakan bagaimana keadaan masyarakat pada masa peradaban sungai Indus.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan yang dapat kita permasalahkan antara lain :
a.    Bagaimana keadaan Sosial Budaya di Lembah Sungai Indus?
b.    Bagaimana perkembangan kepercayaan di lembah Sungai Indus?
c.    Bagaimana keadaan politik dan pemerintahan Lembah Sungai Indus?
d.    Apa penyebab kemunduran Lembah Sungai Indus

C.     Tujuan Penulisan 
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut :
a.    Untuk mengetahui keadaan social budaya di lembah Sungai Indus
b.    Untuk mengetahui perkembangan kepercayaan di Lembah Sungai Indus
c.    Untuk mengetahui keadaan politik dan pemerintahan Lembah Sungai Indus
d.    Untuk mengetahui penyebab kemunduran Lembah Sungai Indus

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
a.    Sebagai media untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi para pembaca 
b.    Sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya agar dapat melengkapi kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. 

BAB II
PEMBAHASAN

A. Terbentuknya Kebudayaan Lembah Sungai Indus
Penemuan kebudayaan di sungai India kuno, berawal pada abad ke-19 (tahun 1870), dan mulai dieksplorasi oleh bangsa Inggris. Hingga sekarang, penggalian kebudayaan sungai India kuno tidak pernah berhenti. Di abad 20, awal tahun 1980-an, Amerika dan Pakistan membentuk Lembaga Arkeologi Amerika-Pakistan, dan dengan demikian pekerjaan arkeologi semakin maju. Peradaban Sungai Indus, 2800 SM–1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno yang hidup sepanjang Sungai Indus yang sekarang Pakistan dan India barat.
Lembah ini mewakili dua kota peninggalan kuno yang paling penting dan paling awal dalam peradaban sungai India, yakni Kota Mohenjodaro yang sekarang letaknya di Provinsi Sind, Pakistan, dan Kota Harappa di Provinsi Punjab, timur laut Pakistan. Ketika itu, kawasan ini dihuni oleh bangsa Dravida.
Beberapa sumber mengatakan bahwa Mohenjo-daro dan Harappa terletak di India, tetapi pada tahun 1947, berada dibawah naungan Department of Archaeology and Museums, Government of Pakistan.

Letak Geografis anak benua India

Sejak 4.500 tahun yang lalu masyarakat yang hidup di lembah Sungai Indus telah memiliki organisasi kemasyarakatan yang sangat tinggi. Cikal bakal peradaban India ini dikenal dengan sebutan peradaban lembah Sungai Indus. Secara geografis, kawasan ini meliputi negara Pakistan dan India bagian barat, rangkaian pegunungan Himalaya dan pegunungan Hindu Kush yang melindungi penduduk lembah Sungai Indus dari serangan bangsa asing. Satu-satunya jalan bagi para pendatang untuk memasuki kawasan lembah Sungai Indus adalah melalui celah Khyber. Adapun bagi masyarakat lembah Sungai Indus untuk berhubungan dengan negara-negara asia barat daya dan Cina adalah melalui jalan laut, karena kawasan ini berhadapan langsung dengan Laut Arab dan Samudra Hindia.
             Penelitian tentang peradaban India kuno dilakukan oleh para arkeolog dari Inggris. Pada tahun 1921, arkeolog Inggris bernama Sir John Marshall menemukan reruntuhan dua kota kuno yang sangat indah dan rapi. Dua kota ini dikenal dengan nama Mohenjo Daro dan Harappa. Dari reruntuhan dua kota ini, para ahli sejarah dapat menggambarkan berbagai segi kehidupan masyarakat lembah sungai Indus.

Mohenjo Daro
Mohenjo Daro merupakan salah satu kota terbesar yang berada di lembah sungai Indus, terletak di provinsi Sindh, Pakistan. Diperkirakan Mohenjo Daro dibangun sekitar 2600 tahun sebelum masehi. Untuk dapat meneliti peradaban di kota Mohenjo Daro ini dilakukan penggalian dalam skala besar yang dimulai pada tahun 1922 sampai 1927 yang dilakukan oleh R. D. Banarjee beserta timnya dan dilanjutkan oleh M. S. Vats dan K. N. Dikshit dibawah pengarahan Sir John Marshall, seorang ahli survey arkeologi. Pada tahun 1927-1931, E. J. H. MacKay melanjutkan penggalian sebelumnya dan pada tahun 1950, Sir Mortimer Wheeler juga melakukan penggalian, tetapi dalam skala kecil.
Keseluruhan penggalian yang dilakukan itu mencapai satu per tiga dari seluruh lokasi kota Mohenjo Daro. Hasil yang didapat dari penggalian tersebut mengungkapkan bagaimana bentuk dari kota Mohenjo Daro. Tata kotanya dan bangunan-bangunannya dapat mencerminkan masyarakat Mohenjo Darotelah memiliki peradaban yang cukup tinggi.
Mohenjo Daro pada saat itu dibangun lebih merupakan suatu pusat administrative. Hal ini terlihat dari bangunan-bangunan yang ada, salah satunya assembly halls. Akan tetapi fungsi sebenarnya dari kota ini belum bisa dipastikan karena dari bukti-bukti peninggalannya belum bisa menyimpulkan fungsi dari kota Mohenjo Daro.
  
B.    Sosial Budaya Lembah Sungai Indus 
Penggalian-penggalian di situs Mohenjodaro-Harappa, mengungkapkan bahwa pendukung peradaban ini telah memiliki tingkat peradaban yang tinggi. Dari bukti-bukti peninggalan yang didapat, kita memperoleh gambaran bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa telah mengenal adat istiadat dan telah mempunyai kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya. Misalnya, banyak ditemukan amulet-amulet atau benda-benda kecil sebagai azimat yang berlubang-lubang, diasumsikan digunakan sebagai kalung. Lalu, ditemukan juga materai yang terbuat dari tanah liat, yang kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalam huruf piktograf, yaitu tulisan yang bentuknya seperti gambar. Sayangnya, huruf-huruf ini sampai sekarang belum bisa dibaca, sehingga misteri yang ada di balik itu semua belum terungkap.
Benda-benda lain yang ditemukan di kawasan Mohenjodaro-Harappa adalah bermacam-macam periuk belanga yang sudah dibuat dengan teknik tuang yang tinggi. Selain itu ditemukan juga benda-benda yang terbuat dari porselin Tiongkok yang diduga digunakan sebagai gelang, patung-patung kecil, dan lain-lain. Dari hasil penggalian benda, dapat diasumsikan bahwa teknik menuang logam yang telah mereka lakukan sudah tinggi. Mereka dapat membuat piala-piala emas. Mereka dapat membuat piala-piala emas, perak, timah hitam, tembaga, maupun perunggu. Penduduk Mohenjodaro-Harappa sudah mampu membuat perkakas hidup berupa benda tajam yang dibuat dengan baik. Namun, senjata seperti tombak, ujung anak panah, ataupun pedang, sangat rendah mutu buatannya. Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa merupakan orang-orang yang cinta damai, atau dengan kata lain tidak suka berperang. Pada masa ini pula, diduga masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mengenal hiburan berupa tari-tarian yang diiringi genderang. Di tempat penggalian ini juga ditemukan alat-alat permainan berupa papan bertanda serta kepingan-kepingan lain. Masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mempunyai tata kota yang sangat baik. Masyarakat pendukung kebudayaan ini juga dikenal mempunyai sistem sanitasi yang amat baik. Mereka mempunyai tempat pemandian umum, yang dilengkapi dengan saluran air dan tangki air di atas perbentengan jalan-jalan utama.

C. Perkembangan kepercayaan Lembah Sungai Indus
Masyarakat Lembah Sungai Indus telah mengenal cara penguburan jenazah, tetapi, hal ini disesuaikan dengan tradisi suku bangsanya. Di Mohenjodaro contohnya, masyarakatnya melakukan pembakaran jenazah. Asumsi ini didapat karena pada letak penggalian Kota Mohenjodaro tidak terdapat kuburan. Jenazah yang sudah dibakar, lalu abu jenazahnya dimasukkan ke dalam tempayan khusus. Namun ada kalanya, tulang-tulang yang tidak dibakar, disimpan di tempayan pula. Objek yang paling umum dipuja pada masa ini adalah tokoh “Mother Goddess”, yaitu tokoh semacam Ibu Pertiwi yang banyak dipuja orang di daerah Asia Kecil. Mother Goddess digambarkan pada banyak lukisan kecil pada periuk belanga, materai, dan jimat-jimat. Dewi-dewi yang lain nampaknya juga digambarkan dengan tokoh bertanduk, yang terpadu dengan pohon suci pipala. Ada juga seorang dewa yang bermuka 3 dan bertanduk. Lukisannya terdapat pada salah satu materai batu dengan sikap duduk dikelilingi binatang. Dugaan ini diperkuat dengan ditemukannya gambar lingga yang merupakan lambang Dewa Siwa. Namun, kita juga tidak dapat memastikan, apakah wujud pada materai tersebut menjadi objek pemujaan atau tidak. Meskipun demikian, dengan adanya bentuk hewan lembu jantan tersebut, pada masa kemudian, bentuk hewan seperti ini dikenal sebagai Nandi, yaitu hewan tunggangan Dewa Siwa.
  
D. Politik dan pemerintahan Lembah Sungai Indus
Kondisi kehidupan perpolitikan pada masa transisi (pasca Harappa hingga masa Arya), tampaknya mulai terganggu dengan menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan Lembah Indus selama paruh kedua millenium II SM. Mungkin saja terjadi karena pendukung kebudayaan Indus itu musnah atau melarikan diri agar selamat ke tempat lain, sementara para penyerang tidak bermaksud untuk meneruskan tata pemerintahan yang lama. Hal ini bisa terjadi karena diasumsikan tingkat peradaban bangsa Arya yang masih dalam tahap mengembara, belum mampu melanjutkan kepemimpinan masyarakat Indus yang relatif lebih maju, dilihat dari dasar kualitas peninggalan kebudayaan yang mereka tinggalkan.

E.  Faktor penyebab kemunduran Lembah Sungai Indus
Beberapa teori menyatakan bahwa jatuhnya peradaban Mohenjodaro- Harappa disebabkan karena adanya kekeringan yang diakibatkan oleh musim kering yang amat hebat serta lama. Atau mungkin juga disebabkan karena bencana alam berupa gempa bumi ataupun gunung meletus, mengingat letaknya yang berada di bawah kaki gunung. Wabah penyakit juga bisa dijadikan salah satu alasan punahnya peradaban Mohenjodaro-Harappa. Tetapi, satu hal yang amat memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa ialah adanya serangan dari luar. Diduga, serangan ini berasal dari bangsa Arya. Mereka menyerbu, lalu memusnahkan seluruh kebudayaan bangsa yang berbicara bahasa Dravida ini. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada kitab Weda. Di dalam kitab itu, disebutkan bahwa bangsa yang dikalahkan itu ialah Dasyu atau yang tidak berhidung. Dugaan tersebut didasarkan atas anggapan bahwa orang-orang yang mereka taklukkan adalah orang-orang yang tidak suka berperang. Hal ini bisa dilihat dari teknologi persenjataan yang kurang baik, misalnya dari kualitas ujung tombak maupun pedang mereka. Bukti-bukti yang lain adalah adanya kumpulan tulang belulang manusia yang terdiri atas anak-anak dan wanita yang berserakan di sebuah ruangan besar dan di tangga-tangga yang menuju tempat pemandian umum ataupun jalanan umum. Bentuk dan sikap fisik yang menggeliat, mengindikasikan adanya serangan, apalagi jika melihat adanya bagian tulang leher yang terbawa ke bagian kepala, ketika kepala itu terlepas dari tubuh. Sejak 1500 SM, peradaban Mohenjodaro-Harappa runtuh, tidak lama setelah bangsa Arya itu memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak saat itu, dimulailah masa baru dalam perkembangan kebudayaan India di bagian utara.
F. Peninggalan Kebudayaan
Dari hasil penggalian di kota Harrapa ditemukan beberapa arca yang masih sempurna bentuknya dan dua buah torso yang salah satunya berbentuk manusia bertangan empat, berkepala tiga dan berdiri di ataskaki kanan dengan kaki kiri terangkat, patung ini mirip dengan patung Siva Nataraya dari zaman kesenian Cola, India Selatan. Di kota Mohenjo Daro ditemukan arca seorang pendeta berjanggut yang memakai pita dan berpakaia dengan kain yang berhiaskan gambar-gambar yang menyerupai daun semanggi. Hiasan ini juga lazim digunakan di daerah Mesopotamia, Mesir, dan Kreta. Arca lain yang juga ditemukan berbentuk gadis penari yang terbuat dari perunggu yang disebut the dancing girl.
  
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
  Dari teori yang telah kami sajikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a.         penduduk Mohenjodaro-Harappa Lembah Sungai Indus merupakan orang-orang yang cinta damai, atau dengan kata lain tidak suka berperang serta telah mengenal hiburan berupa tari-tarian.
b.        Masyarakat Lembah Sungai Indus telah mengenal cara penguburan jenazah, tetapi, hal ini disesuaikan dengan tradisi suku bangsanya .Di peradaban ini belum munculnya agama Hindu, tetapi mereka menganut agama Polytheisme.
c.         Kondisi kehidupan perpolitikan pada masa transisi (pasca Harappa hingga masa Arya), tampaknya mulai terganggu dengan menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan Lembah Indus Pada peradaban ini sudah sangat maju terutama ilmu pengetahuan, kesustraan dan lain-lain.
d.        Satu hal yang amat memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa ialah adanya serangan dari luar berasal dari bangsa Arya.

B.    Saran
Saran yang kami usulkan dari teori yang kami sajikan adalah sebagai berikut :
a.    Saran untuk peneliti selanjutnya :
Disarankan kepada peniliti selanjutnya untuk lebih memperluas materi yang disajikan seperti hal-hal yag terjadi pada Masa Arya serta pengaruh peradaban pada masyarakat Indonesia.
b.    Saran untuk pembaca :
Dalam penulisan makalah ini tentu masih banyak kekurangan yang didapat mengingat penulis hanya manusia biasa, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat menjadi motivasi bagi penulis.
  
Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Peradaban_Lembah_Sungai_Indus
Supriatna Nana.2006. Sejarah, Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Achmad Jamil, Yulia Darmawaty, dan Sri Wachyuni, 2003. Atlas Sejarah. Jakarta: Mastara
Tim Penyusun. 1990. Negara dan Bangsa: Asia. Jakarta: Grolier international-Widyadara.
Chalid Latief dan Irwin Lay. 1997. Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia. Jakarta: Pembina Peraga.


DOWNLOAD MAKALAHNYA DISINI





loading...

Share this

0 Comment to "Makalah Sejarah Peradaban Lembah Sungai Indus"

Post a Comment