Friday, March 2, 2018

Sejarah Kerajaan Singasari


Kerajaan Singasari
 
Kerajaan Singasari adalah sebuah kerajaan Hindu Buddha di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan di daerah Singosari / Malang.
Keberadaan kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi yang banyak ditemukan di Jawa Timur yaitu daerah Singosari sampai Malang, juga melalui kitab sastra peninggalan zaman Majapahit yang berjudul Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca yang menjelaskan tentang raja-raja yang memerintah di Singosari sastra kitab paraten yang juga menceritakan riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban.

A.      Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah Kerajaan Singosari berasal dari :
-          Kitab Paraton, menceritakan tentang raja-raja Singosari.
-          Kitab Negara Kertagama, berisi silsilah raja-raja Majapahit yang memiliki hubungan erat dengan raja-raja Singosari.
-          Prasasti-prasasti sesudah tahun 1248 M.

B.       Raja-Raja di Kerajaan Singosari
1)      Ken Arok
Menurut kitab Paraton, Ken Arok adalah anak seorang petani dari desa Pangkur, sebelah timur Gunung Kawi, Malang. Ibu Ken Arok bernama Ken Endok. Dengan melalui Lohgawe, Ken Arok diabdikan kepada seorang Akuwu (Bupati) Tumapel yang bernama Tunggul Ametung. Setelah mengabdi beberapa lama, Ken Arok mempunyai keinginan untuk memperistri Ken Dedes (istri Tunggul Ametung). Agar dapat memperistri Ken Dedes, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dengan keris Mpu Gandring.
Setelah berhasil, Ken Arok kemudian menggantikan Tunggul Ametung sebagai penguasa di Tumapel dan memperistri Ken Dedes. Ketika diperistri, Ken Dedes sudah mengandung 3 bulan.
Raja pertama setelah kerajaan Singosari berdiri adalah Ken Arok yang bergelar Sri Ranggah Rajasa sang Amur Wabumi. Selama 5 tahun Ken Arok memerintah kerajaan Singasari. Pada tahun 1227 M. Ken Arok dibunuh oleh seorang pengalasan atau pesuruh atas perintah Anusapati (Putra Ken Dedes dengan Tunggul Ametung) setelah itu jenazah Ken Arok dicandikan di kagenengan dalam bangunan perpaduan syiwa Buddha. Ken Arok meninggalkan beberapa putra. Bersama Ken Dedes putra bernama Mahesa Wongateleng, sedangkan bersama Ken Umang, Ken Arok memiliki 4 putra yang bernama Panji Tohjaya, Panji Sudatu, Panji Wregula, dan Dewi Rambi.
2)      Anusapati
Anusapati naik takhta pada tahun 1227 M. Anusapati memerintah selama 21 tahun, tetapi belum banyak berbuat untuk pembangunan kerajaan. Berita mengenai siapa yang membunuh Ken Arok sampai kepada Tohjaya (Putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjaya pun ingin membalas dendam kepada Anusapati, Tohjaya berhasil membunuh Anusapati. Anusapati dicandikan di candi Kedai, dekat kota Malang, sekarang. Anusapati meninggalkan seorang putra yang bernama Ronggowuni.
3)      Tohjaya
Setelah berhasil membunuh Anusapati, Tohjaya naik takhta. Masa pemerintahan Tohjaya hanya singkat. Ronggowuni yang merasa berhak atas takhta menuntut pada Tohjaya. Ronggowuni dibantu oleh Mahesa Cempaka (Putra Mahesa Wongateleng). Untuk menghadapi tuntutan Ronggowuni, Tohjaya mengirim pasukan di bawah Lembu Ampal untuk melawan Ronggowuni.
Terjadinya pertempuran antara pasukan Tohjaya dan pengikut Ronggowuni. Ronggowuni pun berhasil menduduki istana Singasari. Dalam serangan tersebut Tohjaya berhasil meloloskan diri, tetapi akibat luka-lukanya dia meninggal di daerah Katang Lumbang.
4)      Ronggowuni
Pada Tahun 1248 M. Ronggowuni naik takhta kerajaan Singasari dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana. Dalam memerintah, Ronggowuni didampingi Mahesa Cempaka yang berkedudukan sebagai Ratu Anggabaya. Mahesa Cempaka bergelar narasimhamurti. Di bawah pemerintahan Ronggowuni dan Mahesa Cempaka, keadaan Singasari aman dan tentram, rakyat hidup dengan bertani serta berdagang. Pada masa pertahannya, Ronggowuni memerintahkan membangun benteng pertahanan di Canggu Lor.
Ronggowuni meninggal pada tahun 1268 M, dan dicandikan di dua tempat, yaitu sebagai syiwa di Waleri dan sebagai buddha Amughapasa di Jajagu (dikenal dengan candi Jago). Setelah Ronggowuni meninggal, Mahesa Cempaka pun meninggal, kemudian dicandikan di Kumeper dan Wudi Kucir. 
5)      Kertanegara
Kertanegara naik takhta pada tahun 1268 M. Menggantikan Ronggowuni Kartanegara bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kartanegara. Kartanegara merupakan raja yang paling terkenal di kerajaan Singasari. Kartanegara bercita-cita menjadikan Singasari kerajaan yang besar. Setelah Kertanegara meninggal dicandikan di dua tempat, yaitu di candi Jawu di Pandaan dan di candi Singasari di daerah Singasari, Malang. Sebagai seorang raja yang besar, nama Kertanegara diabadikan di berbagai tempat. Di Surabaya ada sebuah arca Kertanegara yang menyerupai bentuk archa Buddha. Arca tersebut dinamakan arca Joko Dolok. Setelah raja Kartanegara meninggal, berakhirlah kerajaan Singasari.
C.      Perluasan Daerah Singasari
Kertanegara menginginkan wilayah Singasari hingga meliputi seluruh Nusantara. Untuk memperkuat politik luar negerinya, Kartanegara menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain yang ada di luar kepulauan Indonesia, seperti dengan raja Jaya Singawarman III dari kerajaan Champa. Bahkan, salah seorang saudara perempuan dan Kartanegara diperistri oleh Raja Jaya Singawarman III.

Peta wilayah kerajaan Singasari

D.      Perkembangan Politik
Raja Kertanegara membentuk badan-badan pelaksana dengan tujuan menciptakan pemerintahan yang kuat dan teratur. Raja mengangkat tim penasihat yang terdiri dari Rakryan I Hino, Rakryan I Sirikan, dan Rakryan I Haw. Adapun untuk membantu raja dalam pelaksanaan pemerintahan, diangkat beberapa pejabat tinggi kerajaan yang terdiri dari Rakryan Mapatih, Rakryan Demung, dan Rakryan Kanaruhan, serta pegawai-pegawai rendahan
Adapun untuk menciptakan stabilitas politik dalam negeri, raja Kertanegara melakukan penataan di lingkungan para pejabat. Orang-orang yang tidak setuju dengan cita-citanya diganti. Seperti Patih Raganata (Kebo Arema) diganti dengan Aragani. Wide dipindahkan ke Madura menjadi Bupati Sumenep dengan nama Arya Wiraja.

E.       Kehidupan Agama
Agama Hindu maupun agama Buddha pada masa pemerintahannya Kertanegara berkembang dengan baik, bahkan terjadi sinkretisme antara agama Hindu dan Buddha menjadi bentuk Syiwa – Buddha. Sebagai contoh, berkembangnya aliran Tantrayana dan Kertanegara sendiri penganut aliran Tantrayana.

F.       Peninggalan-Peninggalan
-          Candi Kidal
-          Candi Jago
-          Candi Singasari
-          Patung Ken Dedes sebagai Dewa Prajna Paramita Lambang Kesempurnaan Ilmu
-          Patung Kertanegara dalam wujud patung Joko Dolog
-          Patung Amoghapara menyatakan bahwa Kartanegara menganut agama Buddha beraliran Tantrayana.



DOWNLOAD MAKALAHNYA DISINI




loading...

Share this

0 Comment to "Sejarah Kerajaan Singasari"

Post a Comment