MAKALAH
KEBUTUHAN MANUSIA DAN SUMBER KEJIWAAN AGAMA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk paling sempurna di antara
makhluk-makhluk lain mampu mewujudkan segala keinginan dan kebutuhannya dengan
kekuatan akal yang dimilikinya. Di samping itu manusia juga mempunyai
kecenderungan untuk mencari sesuatu yang mampu menjawab segala pertanyaan yang
ada dalam benaknya. Segala keingintahuan itu akan menjadikan manusia gelisah
dan kemudian mencari pelampiasan dengan timbulnya tindakan irrasionalitas.
Munculnya pemujaan terhadap benda-benda merupakan bukti adanya keingintahuan
manusia yang diliputi oleh rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya.
Kepercayaan manusia akan kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup di dunia dan akhirat yang tergantung pada hubungan manusia dengan
kekuatan gaib yang dimaksud. Ketakutan manusia apabila hubungan baik manusia
dengan kekuatan gaib tersebut hilang, maka hilang pulalah kesejahteraan dan
kebahagiaan yang dicari.
Kemudian menurut sebagian para ahli rasa ingin tahu
dan rasa takut itu menjadi pendorong utama tumbuh suburnya rasa keagamaan dalam
diri manusia. Manusia merasa berhak untuk mengetahui dari mana dirinya
berasal, untuk apa dia berada di dunia, apa yang mesti manusia lakukan demi
kebahagiannya di dunia dan alam akhirat nanti, yang merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah agama. Karenanya, sangatlah logis apabila
agama selalu mewarnai sejarah manusia dari dahulukala hingga kini, bahkan
sampai akhir nanti.[1]
Lantas benarkah hanya rasa takut dan ingin tahu tersebut yang menjadikan
manusia membutuhkan agama dalam kehidupan mereka?. Dalam makalah yang sederhana
ini akan diulas bagaimana agama dapat menjadi kebutuhan bagi manusia.
B. RUMUSAN MASALAH
Beranjak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah makalah adalah
1.
Bagaimana kebutuhan umat manusia terhadap agama ?
2.
Bagaimana rasa ingin tahu manusia terhadap agama ?
3.
Apa latar belakang perlunya manusia terhadap agama?
4.
Pandangan para ahli terhadap agama
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan pembahasan makalah
adalah:
1.
Untuk
mengetahui kebutuhan umat manusia terhadap agama
2.
Untuk
mengetahui rasa ingin tahu manusia terhadap agama yang diyakininya
3.
Untukmengetahui
latar belakang perlunya manusia terhadap agama
4.
Pandangan
para ahli terhadap agama
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Secara naluri, manusia mengakui
kekuatan dalam kehidupan di luar dirinya. Dapat dilihat ketika manusia
mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana. Manusia mengeluh dan
meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya
dari keadaan tersebut. Naluriah membuktikan manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang
Khaliknya.[4]
Beberapa
ahli pakar ada yang berpendapat bahwa benih agama adalah rasa takut yang
kemudian melahirkan pemberian sesajen kepada yang diyakini yang memiliki kekuatan menakutkan.
Seperti yang ditulis oleh Yatimin bahwa pada masa primitif, kekuatan itu
menimbulkan kepercayaan animisme dan dinamisme. Ia memerinci bentuk
penghormatan itu berupa:
1. Sesajian pada pohon-pohon besar, batu, gunung, sungai-sungai, laut, dan
benda alam lainnya.
2. Pantangan (hal yang tabu), yaitu perbuatan-perbuatan ucapan-ucapan yang
dianggap dapat mengundang murka (kemarahan) kepada kekuatan itu.
3. Menjaga dan menghormati kemurkaan yang ditimbulkan akibat ulah manusia,
misalnya upacara persembahan, ruatan, dan mengorbankan sesuatu yang dianggap
berharga.
Rasa takut
memang salah satu pendorong utama tumbuh suburnya rasa keberagaman. Tetapi itu
merupakan benih - benih yang ditolak oleh sebagian pakar lain. Seperti yang
dikatakan oleh Quraish Shihab bahwa terdapat hal lain yang membuat manusia
merasa harus beragama.[5]
Freud ahli jiwa berpendapat benih agama dari kompleks oedipus. Mula-mula
seorang anak merasakan dorongan seksual terhadap ibunya kemudian membunuh
ayahnya sendiri. Namun pembunuhan ini menghasilkan penyesalan diri dalam jiwa
sang anak sehingga lahirlah penyembahan terhadap ruh sang ayah. Di sinilah
bermula rasa agama dalam jiwa manusia.
Agama muncul
dari rasa penyesalan seseorang. Namun bukan berarti benih agama kemudian
menjadi satu-satunya alasan bahwa manusia membutuhkan agama. Karena kebutuhan
manusia terhadap agama dapat disebabkan karena masalah prinsip dasar kebutuhan
manusia. Untuk menjelaskan perlunya manusia terhadap agama sebagai kebutuhan.
a) Faktor Kondisi Manusia
Kondisi manusia terdiri dari
beberapa unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Untuk menumbuhkan dan
mengembangkan kedua unsur tersebut harus mendapat perhatian khusus yang
seimbang. Unsur jasmani membutuhkan pemenuhan yang bersifat fisik jasmaniah.
Kebutuhan tersebut adalah makan-minum, bekerja, istirahat yang seimbang,
berolahraga, dan segala aktivitas jasmani yang dibutuhkan. Unsur rohani
membutuhkan pemenuhan yang bersifat psikis (mental) rohaniah. Kebutuhan
tersebut adalah pendidikan agama, budi pekerti, kepuasan, kasih sayang, dan
segala aktivitas rohani yang seimbang.
b) Faktor Status Manusia
Status manusia adalah sebagai
makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Apabila dibanding dengan makhluk
lain, Allah menciptakan manusia lengkap dengan berbagai kesempurnaan, yaitu
kesempurnaan akal dan pikiran, kemuliaan, dan berbagai kelebihan lainnya. Dalam
segi rohaniah manusia memiliki aspek rohaniah yang kompleks. Manusia adalah
satu-satunya yang mempunyai akal dan manusia pulalah yang mempunyai kata hati.
Sehingga dengan kelengkapan itu Allah menempatkan mereka pada permukaan yang
paling atas dalam garis horizontal sesama makhluk. Dengan akalnya manusia
mengakui adanya Allah. Dengan hati nuraninya manusia menyadari dirinya tidak
terlepas dari pengawasan dan ketentuan Allah. Dan dengan agamalah manusia
belajar mengenal Tuhan dan agama juga mengajarkan cara berkomunikasi dengan
sesamanya, dengan kehidupannya, dan lingkungannya.
c) Faktor Struktur Dasar
Kepribadian
Dalam teori psikoanalisis Sigmun
Freud membagi struktur kepribadian manusia dengan tiga bagian. Yaitu:
1) Aspek Das es yaitu aspek
biologis, merupakan sistem yang orisinal dalam kepribadian manusia yang
berkembang secara alami dan menjadi bagian yang subjektif yang tidak mempunyai
hubungan langsung dengan dunia objektif.
2) Aspek das ich, yaitu aspek
psikis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk hubungan baik dengan dunia
nyata.
3) Aspek das uber ich, aspek
sosiologis yang mewakili nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat.
B. Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama
Sekurang-kurangnya
ada tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Ketiga
alasan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Fitrah Manusia
Kenyataan bahwa
manusia memiliki fitrah keagamaan pertama kali dijelaskan dalam ajaran Islam,
yakni agama adalah kebutuhan fitrah manusia. Sebelumnya, manusia belum mengenal
kenyataan ini. Baru di masa akhir-akhir ini, muncul beberapa orang yang
menyerukan dan mempopulerkannya. Fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia
inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia pada agama.[7]
Oleh karenanya, ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama,
maka seruan tersebut memang sejalan dengan fitrahnya itu.
Firman Allah Swt
dalam QS.Ar-Rum:30,
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ
لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا
تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ
لَا يَعۡلَمُونَ ٣٠
Artinya: Maka hadapkanlah
wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia
Faktor lainnya yang
melatarbelakangi manusia memerlukan agama adalah karena disamping manusia
memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan.[8]
Dengan kekurangan dan kelemahan yang terdapat di dalam dirinya sehingga manusia
dengan fitrahnya merasakan kelemahan dirinya dan kebutuhan kepada Tuhan
agar menolongnya, menjaga dan memeliharanya dan memberinya taufik.
Allah menciptakan
manusia dan berfirman “bahwa manusia telah diciptakan-Nya dengan batas-batas
tertentu dan dalam keadaan lemah. Firman ALLAH SWT, dalam QS.Al-Qomar:49,
إِنَّا كُلَّ شَيۡءٍ خَلَقۡنَٰهُ بِقَدَرٖ ٤٩
Artinya:
“Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu telah kami ciptakan dengan ukuran batas
tertentu”.
Untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan dirinya dan keluar dari kegagalan-kegagalan tersebut tidak
ada jalan lain kecuali dengan jalan wahyu akan agama.[9]
3. Tantangan
Manusia
Faktor lain yang
menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupannya
senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam maupun
dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan
setan.
Sedangkan tantangan
dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang
secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan.
Sebagaimana firman
Allah Swt Dalam surat Al-Anfal ayat 36 yang berbunyi:
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ
يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ لِيَصُدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ فَسَيُنفِقُونَهَا
ثُمَّ تَكُونُ عَلَيۡهِمۡ حَسۡرَةٗ ثُمَّ يُغۡلَبُونَۗ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ
إِلَىٰ جَهَنَّمَ يُحۡشَرُونَ ٣٦
Artinya:”Sesungguhnya
orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari
jalan Allah. mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi
mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang
kafir itu dikumpulkan”.
Mereka dengan rela
mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai
bentuk kebudayaan yanag didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari
Tuhan. Orang-orang kafir dengan sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit
untuk mereka gunakan agar orang mengikuti keinginannya. Berbagai bentuk budaya,
hiburan, obat-obat terlarang dan lain sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk
itu, upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar
taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup yang demikian saat ini
semakin meningkat, sehingga upaya mengagamakan masyarakat menjadi penting.
C. Teori Tentang Sumber Kejiwaan Agama
Tidak
bisa di pungkiri bahwa kata kunci pada pembahasan psikologi adalah tentang
jiwa. Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya apa yang
menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada kebutuhan
makan, minum, pakaian, ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya. Berdasarkan hasil
riset dan observasi, bahwa pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan
kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi kebutuhan-kebutuhan
lainnya, bahkan mengatasi kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan
tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mencinta dan
dicintai Tuhan.[[1][1]]
Berdasarkan
pengertian diatas, dapat di ketahui manusia ingin mengabdikan dirinya kepada
Tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai zat yang mempunyai kekuasaan tinggi
sebagaimana fitrahnya. Keinginan itu terdapat pada setiap kelompok, golongan
atau masyarakat manusia dari yang paling primitif hingga yang paling modern.
Dalam pembahasan Sumber jiwa agama menurut para ahli dapat
digolongkan menjadi 2 golongan yaitu yang berpandangan monistik dan yang
berpandangan fakulty.
a. Menurut Teori Monistik
Menurut teori monistik, yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah
berasal dari satu sumber kejiwaan. Sumber tunggal manakah yang paling dominan
sebagai sumber jiwa kejiwaan itu? Terhadap sumber kejiwaan yang dominan itu,
dikalangan ahli terjadi perbedaan pendapat:
a)
Menurut Thomas van
Aquiono
Yang menjadi dasar
kejiwaan agama ialah: Berfikir. Manusia bertuhan karena manusia
menggunakan kemampuan berfikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi dari
kehidupan berfikir manusia itu sendiri.
b)
Menurut Frederick Hegel
Agama adalah suatu pengalaman yang sungguh-sungguh benar dan tepat
kebenaran abadi. Berdasarkan konsep itu maka agama semata-mata merupakan
hal-hal atau persoalan yang berhubungan dengan pikiran.
c)
Menurut Rudolf Otto
Sumber jiwa agama adalah rasa kagum yang berasal dari The Whaly Other (yang
sama sekali lain), jika seseorang dipengaruhi oleh rasa kagum terhadap sesuatu
yang dianggapnya lain dari yang lain, maka keadaan mental seperti itu oleh Otto
disebut “Numinous”. Perasaan itulah menurut R. Otto sebagai
sumber dari kejiwaan agama manusia.
d)
Menurut Sigmund Freud
Unsur kejiwaan yang menjadi sumber keiwaan agama adalah lidido sexual
(naluri seksual). Berdasarkan lidibo ini timbulah ide tentang Tuhan dan upacara
keagamaan, melalui proses:
1.
Oedipus Complex, yaitu mitos Yunani
kuno yang menceritakan bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya, maka Oedipus
membunuh ayahnya. Setelah ayahnya mati timbullah rasa bersalah pada diri
sendiri.
2.
Father Image (cinta bapak):
setelah membunuh bapaknya Oedipus dihantui rasa bersalah, lalu timbul rasa
penyesalan. Perasaan itu menerbitkan ide untuk membuat suatu cara sebagai
penebus kesalahan manusia yang mereka lakukan, mereka memuja alasannya karena
dari pemujaan itulah menurut Freud sebagai asal dari upacara keagamaan. Jadi
agama muncul dari ilusi manusia.
b. Menurut Teori Fakulti / Faculty
Theori
Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu
tidak bersumber pada suatu faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa
unsur, antara lain yang dianggap memegang peran penting adalah: fungsi cipta (reason), rasa (emotion), dan karsa (will).[2][2][2]
a. Fungsi Cipta, yaitu fungsi intelektual
manusia. Melalui cipta orang dapat menilai dan membandingkan serta selanjutnya
memutuskan sesuatu tindakan terhadap stimulus tertentu, termasuk dalam aspek
agama.
b. Fungsi Rasa, yaitu suatu tenaga dalam jiwa
manusia yang banyak berperan dalam membentuk motivasi dalam corak tingkah laku
seseorang.melalui fungsi rasa dapat menimbulkan penghayatan dalam kehidupan
beragama yang selanjutnya akan memberi makna pada kehidupan beragama.
c. Karsa itu merupakan
fungsi ekslusif dalam jiwa manusia. Karsa berfungsi mendorong timbulnya
pelaksanaan doktrin serta ajaran agama berdasarkan fungsi kejiwaan.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat
disimpulkan dan dipahami dengan lebih sederhana yaitu :
a.
Cipta, berperan untuk menentukan benar atau tidaknya ajaran suatu agama
berdasarkan pertimbangan intelektual seseorang.
b.
Rasa, menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati
kebenaran ajaran agama.
c.
Karsa, menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan
logis.
Diantara ahli yang tergolong kepada
teori Fakulti:
1. G.M. Straton
G.M. Straton
mengemukakan teori “konflik”. Ia mengatakan, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan
agama adalah adanya konflik bdalam kejiwaan manusia. Keadaan yang berlawanan
seperti: baik-buruk, moral-im moral, kepasifan-keaktifan, rasa rendah diri dan
rasa harga diri menimbulkan pertentangan (konflik) dalam diri manusia.[3][3] [3]
Jika konflik itu sudah demikian
mencekam manusia dan mempengaruhi kehidupan kejiwaannya, makas manusia itu
mencari pertolongan kepada suatu kekuasaan yang tertinggi (Tuhan). Seperti
Sigmund Freud berpendapat, bahwa dalam setiap organis terdapat dua konflik
kejiwaan seseorang yang mendasar, yaitu:
1) Life-urge: ialah ke inginan mempertahankan ke langsungan hidup
dari ke adaan yang terdahulu agar terus berlanjut.
2) Death-urge: ialah keinginan untuk kembali ke dalam keadaan semula
sebagai benda mati ( anorganis).
Selanjutnya, G.M. Straton
berpendapat, konflik yang positif yang tergantung atas adanya dorongan pokok
yang merupakan dorongan dasar (basic-urge)
sebagai keadaan yang menyababkan timbulnya konflik tersebut.
Dalam pernerapannya W.H. Clark
berpendapat berdasarkan keinginaan dasar yang di kemukakan oleh Sigmund Freud,
bahwa expresi dari pertentengan antara Death-urge
dan Life-urge merupakan sumber
kejiwaan agama dalam diri manusia. Dalam kenyataan kehidupan keagamaan kita
dapat melihat adanya dorongan Life-urge secara
positif hingga para pemeluk agama mengamalkan agamanya dengan penuh keikhlasan
dalam hidupnya di dorong oleh ketakutannya Death-urge
(hari kiamat).[4][4][4]
2. Zakiah Daradjat
Dr. Zakiah Dradjat brpendapat,
pada diri manusia itu terdapat kebutuhan pokok. Beliau mengemukakan, selain
dari kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani manusia mempunyai suatu kebutuhan
akan adanya kebutuhan akan keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak
3. W.H Thomas
Melalui teori The Four Wishes-nya mengemukakan, bahwa
yang menjaddi sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan dasar yang ada
dalam jiwa manusia, yaitu:
1)
Keinginan untu keselamatan (security)
2)
Keinginan untuk mendapatkan penghargaan (recognations)
3)
Keinginan untuk di tanggapi (response)
4)
Keinginan akan pengetahuan atau pengalaman baru ( new experiennce)
Di dasarkan atas keempat
keinginan dasar itulah pada umumnya manusia menganut agama menurut W.H. Thomas.
Dengan mengabdi dan menyembah diri kepada Tuhan, keinginan untuk keselamatan
terpenuhi. Demikian pula keinginan untuk mendapatkan penghargaan maka ajaran
agama mengindoktrinasikan konsep akan adanya balasan baik setiap amal baik dan
buruk. Agama memberi penghargaan kepada umatnya yang setia dan ikhlas melebihi
kaum awam lainnya.[5][5][5]
D. Sumber Kejiwaan Agama Menurut
Islam
Di dalam Al-qur’an sumber jiwa agama dapat ditemukan dalam surat Ar-Rum
ayat 30 yang berarti: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Itulah agama yang lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS.
Ar-Rum:30).
Ayat tersebut menyatakan bahwa secara fitrah, manusia adalah makhluk
beragama. Secara naluri manusia pada hakikatnya selalu meyakini adanya Tuhan
Yang Maha Kuasa. Walaupun secara dhohir ada beberapa golongan yang tidak
mengakui adanya Tuhan (atheis), tetapi itu hanya pernyataan lisan. Secara
hakiki ia tetap meyakini adanya kekuatan di luar kekuatannya yang tidak mungkin
dilampaui dan memiliki kekuatan Yang Maha.
Menurut Nurcholis Majid, agama merupakan fitrah munazal yang diturunkan
Allah untuk menguatkan fitrah yang telah ada secara alami. Dengan fitrah ini
manusia tergerak untuk melakukan kegiatan atau ritual yang diperintahkan oleh
Yang Maha Kuasa, yang berbentuk upacara ritual, kegiatan kemanusiaan, kegiatan
berfikir dan lain – lain.
Dalam manusia juga terdapat naluri untuk mencintai dan dicintai Tuhan.
Keinginan ini tidak mungkin dapat terpenuhi kecuali melalui kegiatan beragama.
Bahkan naluri ini memiliki porsi yang cukup besar dalam jajaran naluri yang
dimiliki manusia.
Menurut Quraish Shihab , sumber jiwa agama seseorang bersumber dari
penemuan rasa kebenaran, keindahan d kebaikan. Hal ini dapat dijabarkan sebagai
berikut. Ketika manusia memperhatikan keindahan alam, maka akan timbul
kekaguman. Kemudian menemukan kebaikan pada alam semesta yang diciptakan untuk
manusia. Kemudian manusia mencari apa yang paling indah, paling benar dan paling baik yang pada akhirnya
jawaban dari pertanyaan tersebut adalah Tuhan.
E. Fitrah Dalam Islam
Pada manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Fitrah
adalah potensi dasar manusia yang bersifat suci, namun kesuciannya tersebut
perlu dijaga dan dikembangkan melalui pola pengasuhan, pembinaan, pendidikan
dan pergaulan yang baik.
Para ahli memiliki beberapa
pengertian fitrah, antara lain:
1.
Fitrah berarti suci
Artinya, ketika
seorang bayi lahir ke dunia, ia dalam keadaan suci, tanpa dosa. Tidak ada dosa
warisan dari orang tuanya. Baru kemudian dalam mengarungi kehidupan orang
tersebut terkena kotoran noda dosa.
2.
Fitrah berarti bertauhid
Artinya, sejak lahir
manusia telah membawa sifat-sifat percaya kepada Tuhan. Jadi sudah naluri bila
manusia menolak adanya atheism atau politheisme.
3.
Fitrah dalam arti ikhlas
Ketika lahir, manusia
dibekali sifat-sifat oleh Tuhan. Salah satu sifat tersebut adalah ikhlas. Jadi
ikhlas tersebut merupakan fitrah manusia.
4.
Fitrah dalam arti insting
Ibn Taimiyah membagi
fitrah dalam dua bagian:
a.
Fitrah al-Munazalah
Yaitu fitrah luar yang masuk ke
dalam manusia. Fitrah ini berupa al-qur’an dan sunah.
b.
Fitrah al-Gharizah
Yaitu fitrah dari dalam diri
manusia untuk mengembangkan potensi manusia.
5.
Fitrah dalam arti tabiat
Menurut al-Ghazaly fitrah sebagai
sifat dasar yang diperoleh manusia sejak lahir yang terdiri dari:
a. Beriman pada Allah
b. Menerima pendidikan dan pengajaran
c. Mencari kebenaran
d. Dorongan syahwat, ghodob dan insting
Banyak
pengertian tentang fitrah, dilihat dari bernagai sudut dan pandangan akan
mempunyai makna dan pengeritan yang berbeda, tap pada dasarnya dapat kita
simpulkan tentag makna fitrah adalah potensi dasar manusia yang bersifat suci,
namun kesuciannya tersebut perlu dijaga dan dikembangkan melalui pola
pengasuhan, pembinaan, pendidikan dan pergaulan yang baik.[6][6][6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan
hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna. Agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang
menurunkan wahyu kepada para nabi-Nya untuk umat manusia demi kebahagiaannya di
dunia dan akhirat.
Namun, secara naluri
manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya. Dapat dilihat
ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana.
Manusia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang
dapat membebaskannya dari keadaannya. Naluriah membuktikan bahwa manusia perlu
beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya.
Terdapat tiga
alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama yaitu,
fitrah manusia, kelemahan dan kekurangan manusia, dan tantangan manusia.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka kebutuhan manusia akan agama Tuhan
yang benar lebih besar daripada kebutuhannya akan unsur-unsur pertama untuk
menjaga hidupnya seperti air, makanan dan udara. Dan tidak ada yang mengingkari
atau memperdebatkan kebenaran ini kecuali pembangkang yang sombong, tidak
berguna kesombongannya dan tidak perlu didengar alasan-alasannya. Manusia
beragama karena memerlukan sesuatu dari agama yaitu memerlukan
petunjuk-petunjuk untuk kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat.
B. Saran
Dalam
makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat didalamnya,
baik dari segi penulisan, susunan kata, bahan referensi, dan lainnya. Oleh
karena itu penulis mengharapkan masukan dari pihak pembaca sebagai pengetahuan
untuk mewujudkan perubahan yang lebih baik di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin, Psikologi Agama,Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada,2004
Robert W.Crapps, An
Introduction to Psycologi of Religion, bagian iii, alih bahasa Agus
M.Harjana, Perkembangan kepribadian dan Keagamaan,Yogyakarta:Kanisius,
cet.I,1994
Nurcholish Majid, Islam,
Dokrin, Peradaban, Jakarta: Yayasan Paramadina, cet II, 1992
Abu Bakar A-l Jazairi, op.cit Abu Bakar
Jabir Al-Jazairi, Aqidah Mukmin, (Madinah: Maktabah Al-Ulum
wal Hikam, 1995), cet. I
H. Jalaludin, Prof. Dr, Psikologi Agama Edisi
Refisi 2002, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:
PT Raja Grfindo Persada, 2004), cet. X.
Syihab, Quraisy. 2007. Membumikan Alquran Fungsi
dan peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung. PT Mizan Pustaka.
Syukur,M.Amin, Prof.Dr.MA. 2003 Pengantar Studi
Islam,Semarang: CV. Bima Sakti
Ubaidillah, Pendidikan
kewargaan Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani, (Jakarta: IAIN
Jakarta Press, 2000), cet.1
Yatimin, Drs. M. M.A. 2006. Studi Islam Kontemporer.
Jakarta: AMZAH.
Anwar
Yusuf Ali, Studi Agama Islam, ( Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003)
Referensi online :
http://dinulislami.blogspot.com/kebutuhan-manusia-terhadap-agama..
tgl akses: 26/10/2014
http://stit-uw.blogspot.com/2013/12/abuddin-nata-tentang-metodologi-study.html. tgl akses: 26/10/2014
http://www.academia.edu/7385205/MENGAPA_MANUSIA_BERAGAMA. tgl akses: 26/10/2014
[5] Quraisy syihab, Membumikan Alquran Fungsi dan peran
Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007), Hlm.
210
[7] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet. X, hlm. 16.
[10] http://googlepenelusuran.blogspot.com/2011/10/manusia-kebutuhan-dan-doktrin-agama.html-06-11-2014
[11] Abu
Bakar A-l Jazairi, op.cit Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Aqidah
Mukmin, (Madinah: Maktabah Al-Ulum wal Hikam, 1995), cet. I, hlm., hlm.
24-25.
[12] A. Ubaidillah, Pendidikan kewargaan
Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani, (Jakarta: IAIN Jakarta Press,
2000), cet.1. hlm. 122
[6][6] [6] Baharudin, Dr, M.Pd.I, Mulyono, PSIKOLOGI
AGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM (UIN-Malang:2008)hal:98-102
DOWNLOAD MAKALAH LENGKAPNYA
loading...
0 Comment to "Makalah Kebutuhan Manusia dan Sumber Kejiwaan Agama"
Post a Comment