MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM
MASA DISINTEGRASI
( 1000 – 1250 M )
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bani Abbas mencapai masa keemasannya hanya pada
periode pertama. Setelah itu dinasti ini mulai menurun terutama di bidang
politik. Ini disebabkan karena para penguasa cenderung memilih untuk hidup
mewah. Setiap khalifah cenderung ingin lebih mewah dari pendahulunya.
Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya
sudah mulai terjadi di akhir zaman Bani Ummayah. Dengan adanya kebijaksanaan
yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari persoalan
politik, propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman
penguasa Abass.
Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani
Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan Bani Abbasiyah
juga mengalami kemunduran di bidang politik. Kondisi ekonomi yang buruk
memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah.
Dalam
makalah ini permaslahan yang akan dibahas yaitu masa disintegrasi (1000-1250 M)
diantaranya membahas tentang dinasti-dinasti yang memerdekakan diri dari
Baghdad, perebutan dari kekuasaan di pusat pemerintahan Abbasiyah dan kondisi
perkembangan intelektual dalam Islam.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas
maka rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa
penyebab terjadinya masa disintegrasi?
2. Apa
penyebab Terjadinya Disintegrasi?
3. Apa Penyebab Perkembangan Intelektual dalam
Masa Disintegrasi ?
C. Tujuan
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas
maka tujuan yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan penyebab terjadinya masa disintegrasi.
2. Tujuan
penyebab Terjadinya Disintegrasi.
3. Tujuan Penyebab Perkembangan Intelektual
dalam Masa Disintegrasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Disintegrasi
Disintegrasi merupakan suatu keadaan yang
terpecah belah dari kesatuan yang utuh menjadi terpisah-pisah. Semenjak
pemerintahan Harun ar-Rasyid (786-809 M./ 170-194H). Dikatakan pada saat itu
terjadinya masa keemasan bani Abbasiyah. Tetapi pada waktu inilah terjadi
benih-benih disintegrasi tepatnya pada saat penurunan tahta. Harun Ar-rasyid
telah mewariskan tahta kekhalifaan pada putra tertuanya yaitu Al-Amin (809-812
M./ 194-198 H) dan kepada puteranya yang lebih muda yaitu al-Ma’mun yang pada
saat itu menjabat sebagai gubernur Khurasan. Setelah wafatnya Harun ar-Rasyid,
al-Amin berusaha mengkhianati hak adiknya dan menunjuk anak laki-lakinya
sebagai penggantinya kelak. Akhirnya pecah perang sipil. Al-amin didukung oleh
militer Abbasiyah di Baghdad, sementara al-Ma’mun harus berusaha memerdekakan
Khurasan dalam rangka untuk mendapatkan dukungan dari pasukan perang Khurasan.
Al-Ma’mun akhirnya dapat mengalahkan saudara tertuanya al-Amin dan mengklaim
khalifah pada tahun 813 H. Namun peperangan sengit tersebut tidak hanya
melemahkan kekuatan militer Abbasiyah melainkan melemahkan warga Irak dan
propinsi lainnya.
Pada
masa kekhalifaan al-Ma’mun (198-218 H./813-833 M) juga terjadi disintegrasi
yang menyebabkan munculnya dinasti Thahiriyah, yang didirakan oleh Thahir, dia
adalah mantan guberner Khurasan dan menjadi jendral militer Abbasiyah, yang
diangkat karena membantu merebut
kekuasaan al-Amin. Al-Ma’mun telah memberikan
jabatan kepada Thahir dan berjanji jabatan-jabatan tersebut dapat diwariskan
kepada keturunannya. Upaya untuk menyatukan kalangan elit di bawah arahan
khalifah tidak dapat terwujud dan sebagai gantinya pemerintahan dikuasai oleh
sebuah persekutuan khalifah dengan penguasa gubernur besar.[1][1]
B. Penyebab
Terjadinya Disintegrasi
a. Dinasti-Dinasti yang Memerdekakan Diri Dari
Baghdad
Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya
sudah mulai terjadi di akhir zaman bani Umayyah. Akan terlihat perbedaan antara
pemerintahan bani Umayyah dengan pemerinatahan bani Abbas.
Menurut Watt, sebenarnya keruntuhan kekuasaan
bani Abbas mulai terlihat sejak awal abad kesembilan. Fenomena ini mungkin
bersamaan dengan datangnya pemimpin-pimimpin yang memiliki kekuasaan militer di
provinsi-provinsi tertentu yang membuat mereka benar-benar independen.
Kekuatan militer Abbasiyah waktu itu mulai
mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah mengerjakan
orang-orang profesional di bidang kemiliteran, khususnya tentara Turki dengan
sistem perbudakan baru. Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam
perkembangan selanjutnya ternyata menjadi ancaman besar terhadap kekuasaan
khalifah. Apalagi pada periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah sudah
muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu’ubiyyah (kebangsaan /anti
Arab). Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik,
di samping persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya para khalifah tidak sadar
akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu,
sehingga meskipun dirasakan dalam hampir semua segi kehidupan, seperti dalam
kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh
menghapuskan fanatisme tersebut, bahkan ada diantara mereka yang justru
melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.[2][2]
Dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskan diri
dari kekuasaan Baghdad pada masa khalifah Abbasyiah, diantaranya adalah:
1. Yang berbangsa Persia:
a.
Thahiriyah di Khurasan (205-259 H/820-872 M)
b.
Shafariyah di Fars (254-290 H/868-901 M)
c.
Samaniyah di Transoxania (261-289 H/873-998 M)
d.
Sajiyyah di Azerbeijan (266-318 H/878-930 M)
e.
Buwaihiyah bahkan menguasai Baghdad (320-447 H / 932-1055 M)
2. Yang berbangsa Turki
a.
Thuluniyah di Mesir (254-292 H/837-903 M)
b.
Ikhsyidiyah di Turkistan (320-560 H/932-1163 M)
c. Ghazanawiyah
di Afganistan (351-585 H/962-1189 M)
d.
Dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya
3. Yang berbangsa Kurdi
a. Al
Barzuqani (348-406 H/959-1015 M)
b. Abu
Ali ((380-489 H/990-1095 M)
c.
Ayubiyah (564- 648 H/1167-1250 M)
4. Yang berbangsa Arab
a.
Idrisiyah di maroko (172-375 H/788-985 M)
b.
Aghlabiyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M)
c.
Dulafiyah di Kurdistan (210-285 H/825-898 M)
5. Yang mengaku dirinya sebagai khalifah
a.
Umawiyah di spanyol
Faktor–faktor
yang menyebabkan kemunduran bani Abbas, sehingga daerah banyak yang
memerdekakan diri;
1.
Luasnya
wilayah kekuasan Bani Abbasiyah
2.
Dengan
profesionalisasi angkatan senjata, ketergantungan khalifah sangat tinggi
[3][3] Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah
Ilslamiyah II, (Jakarta: LSIK, 2003), hlm. 63-66.
[4][4] Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah
Ilslamiyah II, (Jakarta: LSIK, 2003), hal. 66-67.
DOWNLOAD MAKALAH LENGKAPNYA
loading...
0 Comment to "Makalah Sejarah Peradaban Islam Masa Disintegrasi"
Post a Comment