MAKALAH
KERAJAAN ISLAM DI
KEPULAUAN RIAU
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan
Agama Islam Di Indonesia sangatlah di pengaruhi oleh para tokoh-tokoh atau para
pemuka agama jaman dahulu,khususunya para wali yang kita kenal sebagai Wali
Songo atau dalam bahasa indonesi artinya sembilan wali.Tapi, bagaimana dengan
perkembangan Islam di Riau?
Untuk menjawab
pertanyaan ini,kita perlu melihat-lihat dan mengobservasi sejarah yang
berkaitan dengan peninggalan – peninggalan sejarah islam di Riau itu sendiri
seperti Masjid dan selain itu sejarah kerajaan-kerajaan islam yang ada di Riau
itupu perlu kita pelajari dan kita kaji,agar nantinya kita bias mengambil
kesimpulan tentang bagaimana perkembangan Islam di Riau.
2. Tujuan Penulisan
Adapun yang
menjadi tujuan kami dalam penyusunan makalah yang berjudul “Perkembangan Islam
Di Riau” adalah :
1.
Untuk
menambah pengetahuan Penulis dan Pembaca tentang perkembangan islam di Riau
pada umumnya.
2.
Untuk
menambah pengetahuan pembaca, tentang beberapa bukti pengembangan ajaran Islam
Di Riau, yang di buktikan dari data-data situs peninggalan sejarah islam di
Riau.
3.
Untuk
menambah wawasan tentang tatanan kehidupan masyrakat Riau yang matoritas
bercorak Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sarana Masuknya Islam (Jalur
pendidikan)
Sejarah
mencatat bahwa pendidikan Islam di Indonesia memiliki karakeristik yang
unik.Pada era kolonial, pendidikan Islam didirikan dengan ‘modal dengkul’ dari
para ulama dan semangat warga.Hal itu sebagai upaya untuk menandingi keberadaan
pendidikan sekuler yang dijalankan oleh pemerintah Belanda. Tak ada uluran
tangan dari pemerintah kolonial dalam bentuk apapun. Sehingga kentara sekali
jika pendidikan Islam menjadi anak tiri bahkan ‘anak haram’ pada saat itu. Hal
ini antara lain direkam oleh Manfred Ziemek (1986) dan Siok Cheng Yeoh (1994).
Dalam konteks itu, pendidikan Islam di Riau memiliki kesamaan sejarah dengan daerah lain dan inilah yang menjadi dasar dari perkembangan agama Islam Di Riau.Ia didirikan dengan semangat dakwah Islam sebagaimana kita temukan di daerah Kabupaten Indragiri Hilir ataupun daerah lainnya.
Dalam konteks itu, pendidikan Islam di Riau memiliki kesamaan sejarah dengan daerah lain dan inilah yang menjadi dasar dari perkembangan agama Islam Di Riau.Ia didirikan dengan semangat dakwah Islam sebagaimana kita temukan di daerah Kabupaten Indragiri Hilir ataupun daerah lainnya.
B. Sejarah kerajaan Islam Riau dan
pengaruhnya bagi penyebaran Islam.
Salah satu
bentuk bukti-bukti penyebaran dan perkembangan agama islam di Riau adalah
dengan mengetahui beberapa sejarah penting tentang kerajaan Islam di Riau.
a) Kesultanan Riau-Lingga
a) Kesultanan Riau-Lingga
Kesultanan
Riau-Lingga adalah kerajaan Islam yang berpusat Kepulauan Lingga yang merupakan
pecahan dari Kesultanan Johor. Kesultanan ini dibentuk berdasarkan perjanjian
antara Britania Raya dan Belanda pada tahun 1824 dengan Sultan Abdul Rahman
Muadzam Syah sebagai sultan pertamanya. Kesultanan ini dihapuskan oleh
pemerintah kolonial Belanda pada 3 Februari 1911.
Wilayah Kesultanan Riau-Lingga mencakup provinsi Kepulauan Riau modern, tapi tidak termasuk provinsi Riau yang didominasi oleh Kesultanan Siak, yang sebelumnya sudah memisahkan diri dari Johor-Riau.
Wilayah Kesultanan Riau-Lingga mencakup provinsi Kepulauan Riau modern, tapi tidak termasuk provinsi Riau yang didominasi oleh Kesultanan Siak, yang sebelumnya sudah memisahkan diri dari Johor-Riau.
Kesultanan ini
memiliki peran penting dalam perkembangan bahasa Melayu hingga menjadi
bentuknya sekarang sebagai bahasa Indonesia. Pada masa kesultanan ini bahasa
Melayu menjadi bahasa standar yang sejajar dengan bahasa-bahasa besar lain di
dunia, yang kaya dengan susastra dan memiliki kamus ekabahasa. Tokoh besar di
belakang perkembangan pesat bahasa Melayu ini adalah Raja Ali Haji, seorang
pujangga dan sejarawan keturunan Melayu-Bugis.
Riau-Lingga
pada awalnya merupakan bagian dari Kesultanan Malaka, dan kemudian Kesultanan
Johor-Riau. Pada 1811 Sultan Mahmud Syah III mangkat. Ketika itu, putra tertua,
Tengku Hussain sedang melangsungkan pernikahan di Pahang. Menurut adat Istana,
seseorang pangeran raja hanya bisa menjadi Sultan sekiranya dia berada di
samping Sultan ketika mangkat. Dalam sengketa yang timbul Britania mendukung
putra tertua, Husain, sedangkan Belanda mendukung adik tirinya, Abdul Rahman.
Traktat London pada 1824 membagi Kesultanan Johor menjadi dua: Johor berada di
bawah pengaruh Britania sedangkan Riau-Lingga berada di dalam pengaruh Belanda.
Abdul Rahman ditabalkan menjadi raja Riau-Lingga dengan gelar Sultan Abdul
Rahman Muadzam Syah, dan berkedudukan di Kepulauan Lingga.
Sultan Hussain
yang didukung Britania pada awalnya beribukota di Singapura, namun kemudian
anaknya Sultan Ali menyerahkan kekuasaan kepada Tumenggung Johor, yang kemudian
mendirikan kesultanan Johor modern.
Pada tanggal 7
Oktober 1857 pemerintah Hindia-Belanda memakzulkan Sultan Mahmud IV dari
tahtanya. Pada saat itu Sultan sedang berada di Singapura. Sebagai penggantinya
diangkat pamannya, yang menjadi raja dengan gelar Sultan Sulaiman II Badarul
Alam Syah. Jabatan raja muda (Yang Dipertuan Muda) yang biasanya dipegang oleh
bangsawan keturunan Bugis disatukan dengan jabatan raja oleh Sultan Abdul
Rahman II Muadzam Syah pada 1899. Karena tidak ingin menandatangani kontrak
yang membatasi kekuasaannya Sultan Abdul Rahman II meninggalkan Pulau Penyengat
dan hijrah ke Singapura. Pemerintah Hindia Belanda memakzulkan Sultan Abdul
Rahman II in absentia 3 Februari 1911, dan resmi memerintah langsung pada tahun
1913.
b) Kesultanan Riau-Lingga
Daik, dahulunya
hampir selama seratus tahun menjadi pusat kerajaan Riau-Lingga, sekarang
menjadi ibu kota Kecamatan Lingga, Kabupaten Kepulauan Riau.
Kota Daik yang terletak di sungai Daik, hanya dapat dilalui perahu atau kapal motor di waktu air pasang. Kalau air surut, sungai Daik mengering dan tak dapat dilalui. Perhubungan lainnya adalah melalui jalan darat ke desa Resun di sungai Resun. Dari sana melalui sungai itu terus ke muara (Pancur) yang terletak di pantai utara pulau Lingga, berseberangan dengan Senayang.
Kota Daik yang terletak di sungai Daik, hanya dapat dilalui perahu atau kapal motor di waktu air pasang. Kalau air surut, sungai Daik mengering dan tak dapat dilalui. Perhubungan lainnya adalah melalui jalan darat ke desa Resun di sungai Resun. Dari sana melalui sungai itu terus ke muara (Pancur) yang terletak di pantai utara pulau Lingga, berseberangan dengan Senayang.
Selama seratus
tahun Daik menjadi pusat kerajaan, tentulah terdapat berbagai peninggalan
sejarah dan sebagainya. Raja-raja kerajaan Riau-Lingga yang memerintah kerajaan
selama periode pusat kerajaan di Daik Lingga yaitu : Sultan Abdurakhman Syah
(1812-1832), Sultan Muhammad Syah (1832-1841), Sultan Mahmud Muzafar Syah
(1841-1857), Sultan Sulalman Badrul Alam Syah II (1857-1883) dan Sultan
Abdurrakhman Muazzam Syah (1883-1911).
Mesjid Jamik
terletak di kampung Darat, Daik Lingga, dibangun pada masa pemerintahan Sultan
Muhammad Riayat Syah (1761-1812) pada masa awal beliau memindahkan pusat
kerajaan dari Bintan ke Lingga. Sumber tempatan menyebutkan bahwa bangunan
mesjid ini dimulai sekitar tahun 1803, dimana bangunan aslinya seluruhnya
terbuat dari kayu. Kemudian setelah Mesjid Penyengat selesai dibangun, maka
bangunan Mesjid Jamik ini dirombak dan dibangun lagi dari beton.
Mesjid ini di
dalam ruang utamanya tidaklah mempergunakan tiang penyangga kubah atau
lotengnya. Pada mimbarnya terdapat tulisan yang terpahat dalam aksara
Arab-Melayu (Jawi), berisi : “Muhammad SAW. Pada 1212 H hari bulan Rabiul Awal
kepada hari Isnen membuat mimbar di dalam negeri Semarang Tammatulkalam.”
Tulisan ini memberi petunjuk, bahwa mimbar yang indah ini dibuat di Semarang,
Jawa Tengah dengan memasukan motif-motif ukiran tradisional Melayu.
c) Kerajaan Indragiri
c) Kerajaan Indragiri
Indragiri
berasal dari bahasa sansekerta yaitu “Indra” yang berarti mahligai dan “Giri”
yang berarti kedudukan yang tinggi atau negeri, sehingga kata indragiri
diartikan sebagai Kerajaan Negeri Mahligai Kerajaan Indragiri diperintah
langsung dari Kerajaan Malaka pada masa Raja Iskandar yang bergelar Narasinga
I. Pada generasi Raja yang ke 4 (empat) barulah istana Kesultanan Indragiri
didirikan oleh Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah
Fil Alamin bergelar Nara Singa II beristerikan Putri Dang Purnama, bersamaan
didirikannya Rumah Tinggi di Kampung Dagang.
Raja-Raja Kerajaan Indragiri
Adapun Silsilah
dari Kerajaan ini sebagai berikut :
1. Raja Kecik Mambang alias Raja
Merlang I. Memerintah pada tahun 1298 - 1337, beliau adalah Sultan Indragiri
pertama yang merupakan Putra Mahkota dari Kerajaan Melaka
2. Raja Iskandar alias Nara Singa I.
Memerintah pada tahun 1337 - 1400 M dan merupakan Sultan Indragiri ke dua
3. Raja Merlang II bergelar Sultan
Jamalluddin Inayatsya. Memerintah pada tahun 1400 - 1473 M dan merupakan Sultan
Indragiri ke tiga.
4. Paduka Maulana Sri Sultan
Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alamin bergelar Nara Singa II.
Memerintah pada tahun 1473 - 1452 M dan merupakan Sultan Indragiri ke empat,
dimakamkan di Pekan Tua / Kota Lama.
5. Sultan Usulluddin Hasansyah.
Memerintah pada tahun 1532 - 1557 M dan merupakan Sultan Indragiri ke lima.
6. Raja Ahmad bergelar Sultan
Mohamadsyah. Memerintah pada tahun 1557 - 1599 M dan merupakan Sultan Indragiri
ke enam.
7. Raja Jamalluddin bergelar Sultan
Jammalludin Keramatsyah. Memerintah pada tahun 1559 - 1658 M dan merupakan
Sultan Indragiri ke tujuh.
8. Sultan Jamalluddin Suleimansyah.
Memerintah pada tahun 1658 - 1669 M dan merupakan Sultan Indragiri ke delapan.
9. Sultan Jamalluddin Mudoyatsyah.
Memerintah pada tahun 1669 - 1676 M dan merupakan Sultan Indragiri ke Sembilan.
10. Sultan Usulluddin Ahmadsyah.
Memerintah pada tahun 1676 - 1687 M dan merupakan Sultan Indragiri ke sepuluh.
11. Sultan Abdul Jalilsyah.
Memerintah pada tahun 1687 - 1700 M dan merupakan Sultan Indragiri ke sebelas.
12. Sultan Mansyursyah. Memerintah
pada tahun 1700 - 1704 M dan merupakan Sultan Indragiri ke dua belas.
13. Sultan Modamadsyah. Memerintah
pada tahun 1704 - 1707 M dan merupakan Sultan Indragiri ke tiga belas.
14. Sultan Musafarsyah. Memerintah
pada tahun 1707 - 1715 M dan merupakan Sultan Indragiri ke empat belas.
15. Raja Ali bergelar Sultan Zainal
Abidin Indragiri. Pada awalnya beliau merupakan Mangkubumi Indragiri kemudian
menjadi Sultan Indragiri ke lima belas yang memerintah pada tahun 1715 - 1735 M
dan dimakamkan di Kota Lama.
16. Raja Hasan bergelar Sultan
Salehuddin Keramatsyah. Memerintah pada tahun 1735 - 1765 M dan merupakan
Sultan Indragiri enam belas. Dimakamkan di Kampung Tambak sebelah hilir Kota
Rengat.
17. Raja Kecik Besar bergelar Sultan
Sunan. Memerintah pada tahun 1765 - 1784 M dan merupakan Sultan Indragiri ke
tujuh belas. Dimakamkan di Mesjid Daik Riau
18. Sultan Ibrahim. Memerintah pada
tahun 1784 - 1815 M dan merupakan Sultan Indragiri ke delapan belas. Ia adalah
yang mendirikan kota Rengat dan pernah ikut dalam perang Teluk Ketapang untuk
merebut kota melaka dari tangan Belanda pada tanggal 18 Juni 1784. Dimakamkan
di Mesjid Raya Rengat
19. Raja Mun bergelar Sultan Mun
Bungsu. Memerintah pada tahun 1815 - 1827 M dan merupakan Sultan Indragiri ke
sembilan belas, beliau pernah bertapa di puncak Gunung Daik.
20. Raja Umar bergelar Sultan
Berjanggut Keramat Gangsal. Memerintah pada tahun 1827 - 1838 M dan merupakan
Sultan Indragiri ke dua puluh.
21. Raja Said bergelar Sultan Said
Modoyatsyah. Memerintah pada tahun 1838 - 1876 M dan merupakan Sultan Indragiri
ke dua puluh satu.
22. Raja Ismail bergelar Sultan
Ismailsyah. Memerintah pada tahun 1876 M - hanya seminggu naik tahta kerajaan
kemudian meninggal dunia karena sakit dan merupakan Sultan Indragiri ke dua
puluh dua.
23. Tengku Husin alias Tengku Bujang
bergelar Sultan Husinsyah. Memerintah pada tahun 1877 - 1883M dan merupakan
Sultan Indragiri ke dua tiga. Dimakamkan di Raja Pura ( Japura)
24. Tengku Isa bergelar Sultan Isa
Mudoyatsyah. Memerintah pada tahun 1887 - 1902 M dan merupakan Sultan Indragiri
ke dua puluh empat. Dimakamkan di Mesjid Raya Rengat
25. Raja Uwok. Sebagai Raja Muda
Indragiri, memangku pada tahun 1902 - 1912 M.
26. Tengku Mahmud bergelar Sultan
Mahmudsyah. Memerintah pada tahun 1912 - 1963 M dan merupakan Sultan Indragiri
ke dua puluh lima. Oleh T.N.I diberikan pangkat Mayor Honorair TNI dengan surat
penetapan Panglima T.N.I No. 228/PLM/Pers/1947 tanggal 11 Desember 1947
DOWNLOAD MAKALAH LENGKAPNYA DISINI
loading...
0 Comment to "Makalah Sejarah Kerajaan Islam di Kepulauan Riau"
Post a Comment