Tuesday, March 17, 2020

Makalah Sejarah Peradaban Islam Masa Disintegrasi

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM
MASA DISINTEGRASI

( 1000 – 1250 M )



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bani Abbas mencapai masa keemasannya hanya pada periode pertama. Setelah itu dinasti ini mulai menurun terutama di bidang politik. Ini disebabkan karena para penguasa cenderung memilih untuk hidup mewah. Setiap khalifah cenderung ingin lebih mewah dari pendahulunya.
Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di akhir zaman Bani Ummayah. Dengan adanya kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari persoalan politik, propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Abass.
Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan Bani Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang politik. Kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah.
Dalam makalah ini permaslahan yang akan dibahas yaitu masa disintegrasi (1000-1250 M) diantaranya membahas tentang dinasti-dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad, perebutan dari kekuasaan di pusat pemerintahan Abbasiyah dan kondisi perkembangan intelektual dalam Islam.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.  Apa penyebab terjadinya masa disintegrasi?
2.  Apa penyebab Terjadinya Disintegrasi?
3.  Apa Penyebab Perkembangan Intelektual dalam Masa Disintegrasi ?




C. Tujuan
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka tujuan yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.  Tujuan penyebab terjadinya masa disintegrasi.
2.  Tujuan penyebab Terjadinya Disintegrasi.
3.  Tujuan Penyebab Perkembangan Intelektual dalam Masa Disintegrasi.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Masa Disintegrasi
Disintegrasi merupakan suatu keadaan yang terpecah belah dari kesatuan yang utuh menjadi terpisah-pisah. Semenjak pemerintahan Harun ar-Rasyid (786-809 M./ 170-194H). Dikatakan pada saat itu terjadinya masa keemasan bani Abbasiyah. Tetapi pada waktu inilah terjadi benih-benih disintegrasi tepatnya pada saat penurunan tahta. Harun Ar-rasyid telah mewariskan tahta kekhalifaan pada putra tertuanya yaitu Al-Amin (809-812 M./ 194-198 H) dan kepada puteranya yang lebih muda yaitu al-Ma’mun yang pada saat itu menjabat sebagai gubernur Khurasan. Setelah wafatnya Harun ar-Rasyid, al-Amin berusaha mengkhianati hak adiknya dan menunjuk anak laki-lakinya sebagai penggantinya kelak. Akhirnya pecah perang sipil. Al-amin didukung oleh militer Abbasiyah di Baghdad, sementara al-Ma’mun harus berusaha memerdekakan Khurasan dalam rangka untuk mendapatkan dukungan dari pasukan perang Khurasan. Al-Ma’mun akhirnya dapat mengalahkan saudara tertuanya al-Amin dan mengklaim khalifah pada tahun 813 H. Namun peperangan sengit tersebut tidak hanya melemahkan kekuatan militer Abbasiyah melainkan melemahkan warga Irak dan propinsi lainnya.
Pada masa kekhalifaan al-Ma’mun (198-218 H./813-833 M) juga terjadi disintegrasi yang menyebabkan munculnya dinasti Thahiriyah, yang didirakan oleh Thahir, dia adalah mantan guberner Khurasan dan menjadi jendral militer Abbasiyah, yang diangkat karena membantu merebut  kekuasaan al-Amin. Al-Ma’mun telah memberikan jabatan kepada Thahir dan berjanji jabatan-jabatan tersebut dapat diwariskan kepada keturunannya. Upaya untuk menyatukan kalangan elit di bawah arahan khalifah tidak dapat terwujud dan sebagai gantinya pemerintahan dikuasai oleh sebuah persekutuan khalifah dengan penguasa gubernur besar.[1][1]


B.  Penyebab Terjadinya Disintegrasi
a.    Dinasti-Dinasti yang Memerdekakan Diri Dari Baghdad
Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di akhir zaman bani Umayyah. Akan terlihat perbedaan antara pemerintahan bani Umayyah dengan pemerinatahan bani Abbas.
Menurut Watt, sebenarnya keruntuhan kekuasaan bani Abbas mulai terlihat sejak awal abad kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pimimpin yang memiliki kekuasaan militer di provinsi-provinsi tertentu yang membuat mereka benar-benar independen.
Kekuatan militer Abbasiyah waktu itu mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah mengerjakan orang-orang profesional di bidang kemiliteran, khususnya tentara Turki dengan sistem perbudakan baru. Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya ternyata menjadi ancaman besar terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu’ubiyyah (kebangsaan /anti Arab). Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, di samping persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam hampir semua segi kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tersebut, bahkan ada diantara mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.[2][2]
Dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khalifah Abbasyiah, diantaranya adalah:
1.      Yang berbangsa Persia:
a.       Thahiriyah di Khurasan (205-259 H/820-872 M)
b.      Shafariyah di Fars (254-290 H/868-901 M)
c.       Samaniyah di Transoxania (261-289 H/873-998 M)
d.      Sajiyyah di Azerbeijan (266-318 H/878-930 M)
e.       Buwaihiyah bahkan menguasai Baghdad (320-447 H / 932-1055 M)
2.      Yang berbangsa Turki
a.       Thuluniyah di Mesir (254-292 H/837-903 M)
b.      Ikhsyidiyah di Turkistan (320-560 H/932-1163 M)
c.       Ghazanawiyah di Afganistan (351-585 H/962-1189 M)
d.      Dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya
3.       Yang berbangsa Kurdi
a.       Al Barzuqani (348-406 H/959-1015 M)
b.      Abu Ali ((380-489 H/990-1095 M)
c.       Ayubiyah (564- 648 H/1167-1250 M)
4.      Yang berbangsa Arab
a.       Idrisiyah di maroko (172-375 H/788-985 M)
b.      Aghlabiyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M)
c.       Dulafiyah di Kurdistan (210-285 H/825-898 M)
5.      Yang mengaku dirinya sebagai khalifah
a.       Umawiyah di spanyol
b.      Fathimiyah di mesir (909-1171 M)[3][3]
Faktor–faktor yang menyebabkan kemunduran bani Abbas, sehingga daerah banyak yang memerdekakan diri;
1.           Luasnya wilayah kekuasan Bani Abbasiyah
2.           Dengan profesionalisasi angkatan senjata, ketergantungan khalifah sangat tinggi
3.           Keuangan negara sangat sulit karena untuk biaya tentara sangat besar.[4][4]


[1][1] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang : Pustaka Rizki Putra 2011), hal. 112.
[2][2] History of the Arabs Philip K. Hitti, hlm. 585 atau estanuwijaya.blogsport.com
[3][3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Ilslamiyah II, (Jakarta: LSIK, 2003), hlm. 63-66.
[4][4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Ilslamiyah II, (Jakarta: LSIK, 2003), hal. 66-67.



DOWNLOAD MAKALAH LENGKAPNYA




loading...

Share this

0 Comment to "Makalah Sejarah Peradaban Islam Masa Disintegrasi"

Post a Comment