MAKALAH SOSIOLOGI
PERKEMBANGAN ADAT DAN BUDAYA DI TANAH TORAJA
1. Adat Pernikahan
Pernikahan adat Toraja bisa dibilang merupakan pernikahan yang memiliki tradisi berbeda dengan suku-suku lainnya. Selain disahkan secara agama, maka keduanya juga harus disahkan secara adat oleh pemangku adat yang sangat dihormati disana dengan menggunakan adat Aluk Todolo yang disebut Aluk Rampanan Kapa’.
Tradisi Rampanan Kapa’ Pernikahan adat Toraja warisan budaya leluhur
Rampanan Kapa’ atau biasa disebut juga dengan istilah Rambu Tuka merupakan pesta pernikahan adat Toraja. Dengan menggunakan pakaian adat khas adat Toraja kedua mempelai menjalani tahapan demi tahapan yang ada. Setelah disahkan secara agama, kemudian kedua mempelai akan disahkan secara adat dengan suatu perjanjian dihadapan pemerintah adat dan seluruh keluarga yang hadir.
Setelah melakukan ucap janji dengan ketua adat yang disebut Ada’ , maka keduanya akan menggelar pesta pernikahan untuk seluruh keluarga dan juga tamu yang hadir. Di Toraja sendiri masyarakatnya masih mengenal sistem kasta. Dimana sistem kasta tersebut juga berlaku dalam pesta pernikahan adat toraja yang akan digelar. Namun disinilah uniknya pernikahan adat Toraja, dimana acara pesta pernikahan tersebut dibagi menjadi 3, diantaranya :
sumber: instagram / @mohammad.iskandar
Bo’bo’ Bannang
Pesta pernikahan yang satu ini bisa dibilang untuk kasta yang terendah. Maka pelaksanaannya pun hanya dilakukan secara sederhana, dimana hanya dihadiri oleh beberapa undangan saja. Biasanya pesta pernikahan Bo’ bo’ bannang ini dilakukan pada malam hari dengan hidangan makanan yang sederhana juga, seperti : ikan dan juga satu atau dua ekor ayam.
Rampo Karoen
Pernikahan Rampo Karoen disebut juga sebagai pernikahan dengan kasta menengah. Rampo Karoen ini sendiri digelar pada sore hari di rumah mempelai wanita. Berbeda dengan Bo’ bo’ bannang yang hanya dilakukan sangat sederhana, rampo karoen diisi dengan acara pantun-pantun pernikahan yang mengundang kemeriahan acara itu sendiri.
Saat malam tiba, maka masing-masing perwakilan dari kedua mempelai akan mendengarkan keputusan hukum dan ketentuan pernikahan hukum Tana dihadapan para saksi-saksi adat . Baru setelah itu acara makan malam dimulai dengan sebuah hidangan seekor babi dan juga ayam sesuai kemampuan sang keluarga.
Rampo Allo
Rampo Allo bisa dibilang menjadi pesta pernikahan adat toraja dengan kasta tertinggi. Dimana yang menggelar acara tersebut adalah para keturunan bangsawan. Dengan menggunakan biaya yang cukup besar dan juga waktu yang dibutuhkan juga lebih panjang hingga berhari-hari.
sumber: instagram / @mohammad.iskandar
Dimulai dengan acara lamaran yang dilakukan dengan aturan adat yang ada. Seperti tahapan penyelidikan atau biasa disebut Palingka kada, dimana keluarga mempelai pria datang kerumah sang mempelai wanita untuk memastikan bahwa sang calon manten benar-benar lajang dan tidak terikat hubungan dengan siapapun. Jika acara penyelidikan ini berhasil, maka selanjutnya acara lamaran akan digelar dengan sebuah utusan dari pihak pria membawa sirih pinangan atau disebut dengan Umbaa Pangngan.
Jika saat ini kita mengenal istilah perjanjian pra nikah. Nah ternyata masyarakat Toraja sudah mengenalnya sejak dulu oleh para leluhurnya. Prosesi yang mirip dengan perjanjian pra nikah ini adalah Urrampan Kapa’ yang artinya kedua keluarga mempelai saling membicarakan hukuman yang akan dijatuhkan kepada kedua calon pengantin apabila dikemudian hari kedua pengantin melakukan perbuatan yang melanggar komitmen rumah tangga.
Setelah tahapan-tahapan diatas telah dilalui, barulah kedua mempelai akan melakukan pengesahan pernikahan secara agama yang diantar oleh para keluarga dan kerabat. Usai pengesahan secara agama maka kedua pengantin dianggap telah sah secara agama dan juga adat. Selanjutnya diiringi dengan musik dan tarian pernikahan rampanan kapa’ khas adat Toraja kedua pengantin berjalan menuju pelaminan untuk mendapatkan ucapan selamat dari seluruh keluarga dan tamu yang hadir.
2. Pakaian Adat Toraja
Baju Adat Toraja. Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian unsur utara Sulawesi Selatan. Mayoritas penduduknya beragama kristen, sejumlah diantaranya menganut agama islam dan terdapat pula yang menganut keyakinan animisme. Kata toraja berasal dari bahasa bugis to riaja berarti orang yang berdiam di negeri atas.
Toraja tidak jauh bertolak belakang dengan wilayah lain di Indonesia. Ia memiliki sekian banyak adat istiadat serta kebudayaan yang berbagai ragam. Salah satu keunikan kebiasaan di tana Toraja tergambar jelas pada pakaian adat.
Yang sekaligus menjadi simbol serta karakter masyarakat di dalamnya. Berikut ini tiga pakaian adat Toraja, dimana salah satunya pernah menjadi perhatian dunia dalam acara di Korea Selatan:
Sepa Tallung Buku
Baju adat Toraja adalahpakaian dengan panjang hingga lutut. Untuk masyarakat, Seppa Tallung Buku melulu dikenakan oleh kaum lelaki saja. Busana ini pun dilengkapi sejumlah aksesoris ekstra seperti:
Kandure; busana dengan dekorasi berupa manik-manik pada unsur dada, ikat kepala pun pada ikat pinggang.
Gayang; sejenis senjata khas berupa parang, dipakai sebagai aksesoris dengan teknik diselipkan pada bawahan sarung.
Lipa’; sejenis sarung sutra dengan motif bermacam-macam.
Seppa Tallung Buku pernah menorehkan sejarah sebagai pakaian adat Toraja kesatu yang pernah menjadi perhatian dunia dalam ajang Manhut International pada tahun 2011 di Korea Selatan.
Baik situs maupun media menyebutkan banyaknya pujian diserahkan kepada baju tradisional tersebut. Pada ketika ajang itu Seppa Tallung Buku dikenakan dengan sepasang sayap serta tanduk. Hal tersebut mencerminkan betapa besar dan agungnya kebudayaan Indonesia.
Pemilihan busana yang terinspirasi dari kebiasaan diharapkan dapat menarik perhatian dunia mengenai keaneragamanan kebiasaan Indonesiasampai-sampai mereka tertarik guna datang dan melancong ke Tanah Air.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata pun menyokong upaya positif promosi pariwisata melewati ajang Manhunt International. Sehinggadiinginkan dapat memajukan minat wisatawan asing terhadap pariwisata Indonesia.
Pakaian Adat Toraja – Pokko
Baju adat Toraja kedua yakni Baju Pokko. Busana ini eksklusif dikenakan oleh kaum perempuan tana Toraja. Berbeda dengan Seppa Tallung Buku dengankarakteristik pakaian panjang. Pokko mempunyai lengan pendek dengansejumlah dominasi warna, laksana merah, putih serta kuning.
Sampai ketika ini Baju Pokko masih dilestarikan pemakaianya. Yaitu dengan teknik mewajibkan semua PNS perempuan di Kabupaten Tana Torajaguna mengenakan busana pokko masing-masing hari Sabtu. Sementara guna pria diharuskan utuk mengenakan Seppa Tallung Buku.
Pakaian Adat Toraja – Kandore
Di samping dua busana di atas, Kandore pun adalahpakaian adat Toraja yang diperuntukkan guna kaum wanita. Busana ini berhiaskan manik-manikguna menghiasi dada, ikat pinggang, ikat kepala serta gelang.
Kain Tenun Toraja
Kain tenun pun termasuk unsur dari baju adat Toraja yang sampai ketika ini masih dipakai oleh masyarakat selama serta menjadi kain incaransemua wisatawan. Untuk masyarakat, kain tenun adalahtanda kasih sayang dari saudara mereka yang telah meninggal.
Di samping itu, kain ini juga mempunyai peran urgen dalam upacara pemakaman keluarga. Kain tersebut diandalkan sebagai pertalian kasih dengan sanak family yang sudah meninggal di wilayah Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan.
Sarung Kain Tenun Toraja
Baju adat Toraja selanjutnya yakni berupa sarung berbahan dasar kain tenun. Sarung tersebut seringkali digunakan oleh semua tetua adat guna memimpin upacara Rambu Solo’ atau upacara kematian di Kecamatan Rantepao.
Umumnya kain tenun yang dipakai sebagai sarung berwarna putih. Hal ini dimaksudkan untuk mengindikasikan status kebangsawanan seseorang. Sayangnya, kain tenun itu sudah paling langka. Sehingga banyak sekali tetua melulu mempunyai paling tidak satu saja sarung kain tenun.
Itulah sejumlah pakaian adat Toraja beserta keterangannya. Di antara banyaknya baju adat Toraja, kain tenun telah mulai jarang di dapatkan. Sudah seharusnya kita mengawali melestarikannya kembali supaya keanekaragaman adat istiadat serta kebiasaan Tana Toraja terus ada.
3. Upacara-Upacara Adat
Setiap daerah tentu memiliki beragam tradisi yang unik dan menarik,tak terkecuali Suku Toraja. Selain menghadirkan beberapa destinasi wisata yang instagramable, wisatawan juga dapat menyaksikan berbagai tradisi unik dan tak biasa ala Toraja namun gaungnya sudah mendunia.
Beragam tradisi warisan leluhur yang masih dilakukan oleh Suku Toraja di bawah ini masih terjaga. Namun hanya bisa disaksikan di waktu tertentu saja. Penasaran?
1. Rambu Solo'
Rambu Solo' merupakan tradisi pemakaman ala Suku Toraja yang dilakukan untuk menghormati sekaligus menghantarkan arwah menuju alam akhirat melalui serangkaian ritual dan doa. Ritual yang dilakukan berupa pertunjukan seni, adu kerbau, hingga mengantarkan jenazah.
Tradisi ini bisa berlangsung selama beberapa hari sesuai dengan status sosial keluarga penyelenggara Rambu Solo' dan menelan biaya yang tidak sedikit. Kemeriahan dan banyaknya ritual adat yang tampilkan dalam tradisi ini merupakan daya tarik utama setiap wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Toraja.
2. Tinggoro Tedong
Tradisi ini merupakan salah satu rangkaian dalam upacara kematian khas Orang Toraja (Rambu Solo'), yaitu mempertontonkan prosesi penyembelihan kerbau yang dilakukan dengan cara menebas leher kerbau dengan satu kali tebas saja.
Menurut kepercayaan leluhur orang Toraja atau yang disebut dengan Aluk Todolo, kerbau merupakan hewan tunggangan bagi arwah jenazah untuk menempuh perjalanannya menuju puya atau alam akhirat. Meski tergolong sadis, Tradisi Ma'tinggoro Tedong ini mampu menarik minat para wisatawan lokal hingga mancanegara.
3. Silaga Tedong
Seperti Tinggoro Tedong, Silaga Tedong atau adu kerbau ini juga merupakan satu dari serangkaian acara yang digelar dalam prosesi Rambu Solo'. Tujuannya untuk memberikan hiburan bagi keluarga yang berduka, sekaligus sebagai ajang pertunjukan bagi ratusan para pelayat yang datang.
Untuk menambah keseruan, lokasi adu kerbau dilakukan d ilapangan yang basah dan becek atau di areal sawah yang berlumpur. Kerbau-kerbau yang diadu ini juga bukan sembarang kerbau. Hanya kerbau dengan jenis tertentu dan harga jualnya yang terbilang fantastislah yang bisa ikut bermain.
4. Sisemba'
Tradisi Sisemba' adalah permainan adu kaki yang dilakukan oleh anak-anak hingga orang dewasa pada saat merayakan panen raya. Tradisi ini dilakukan di lapangan atau di tempat terbuka dan biasanya mempertemukan dua kubu yang berasal dari dua desa yang bersebelahan. Di dalam setiap kubu tersebut, masing-masing peserta terdiri dari dua orang yang saling berpegangan. Setelah permainan dimulai, kedua kubu bergerak maju lalu melakukan tendangan kearah lawan.
Di tengah-tengah peserta yang sedang berlaga, terdapat beberapa orang yang berperan sebagai wasit. Mereka bertugas untuk menegur, melerai, bahkan menghentikan pertandingan jika ada yang mengalami cedera atau berbuat curang. Peserta yang terlepas dari pasangannya tidak boleh diserang (tendang) dan tidak boleh ada dendam setelah permainan berakhir.
Meski terlihat brutal, sangat jarang ada peserta yang mengalami cedera serius. Kini,Tradisi Sisemba' menjadi tontonan favorit wisatawan setelah Tedong Silaga.
5.Ma'Nene'
Tradisi Suku Toraja selanjutnya adalah mengganti pakaian dan merias jasad keluarga yang telah lama dikuburkan atau yang dikenal dengan sebutan Ma'Nene'. Tradisi tak biasa ini kerap dilakukan oleh masyarakat Desa Baruppu Toraja Utara, dilaksanakan tiap 3 tahun sekali setelah panen besar di bulan Agustus. Caranya?
Jasad dikeluarkan terlebih dahulu dari dalam peti lalu dibersihkan oleh anak dan cucunya.
Selama proses pembersihan berlangsung, kaum laki-laki membentuk lingkaran lalu menyanyikan lagu-lagu yang melambangkan kesedihan dan kenakan akan kehidupan jasad sebelum meninggal. Tujuannya untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan oleh jasad. Untuk melaksanakan tradisi ini, pihak yang menyelenggarakan Tradisi Ma'Nene bukan dari kalangan biasa (bangsawan) sehingga menghabiskan biaya yang tidak sedikit karena termasuk dalam acara besar.
4. Upacara Kematian
Rambu Solo’ adalah salah satu upacara adat paling penting bagi masyarakat Toraja. Upacara ini dilakukan sebagai pengantar seorang yang telah meninggal dunia menuju alam keabadian dan bergabung dengan leluhur yang telah lama mendahului mereka. Setiap tahun, tepatnya di bulan Juli atau Agustus, upacara besar ini kerap diadakan dan menarik banyak sekali wisatawan dari berbagai daerah di dunia.
Yang membuat Rambu Solo’ begitu unik jika dibandingkan dengan upacara pemakaman lain adalah mahalnya biaya pelaksanaan. Seorang bangsawan di Tana Toraja bahkan bisa mengeluarkan uang hingga miliaran rupiah mulai dari persiapan hingga puncak acara yang berlangsung sangat meriah.
Untuk lebih mengenal tentang upacara pemakaman Ranbu Solo’ yang dilakukan di Tana Toraja, simak ulasannya di bawah ini.
Alasan Pelaksanaan Rambu Solo’
Bagi masyarakat Tana Toraja, seorang yang telah meninggal dunia belum akan mendapatkan kesempurnaan jika belum dimakamkan secara Rambu Solo’. Jasad orang yang telah meninggal itu akan tetap dianggap hidup sehingga diperlakukan seperti layaknya keluarga yang sedang sakit atau lemah sehingga tidak bisa melakukan apa-apa selain tidur.
Rambu Solo [image source]Jenazah seorang telah meninggal biasanya disimpan dalam rumah dan dibalut kain kafan hingga pelaksanaan Rambu Solo’ tiba. Bagi mereka yang memiliki keluarga kaya raya atau bangsawan, upacara bisa dilaksanakan dalam waktu yang singkat. Namun, bagi mereka yang tidak memiliki cukup dana, keluarga akan terus menabung hingga uang yang terkumpul bisa digunakan untuk pelaksanaan upacara dengan sempurna.
Persiapan Upacara Rambu Solo’
Persiapan upacara Rambu Solo’ akan memakan waktu yang sangat panjang, bahkan berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Persiapan dilakukan dengan mengadakan pertemuan keluarga yang orang yang telah meninggal. Pertemuan ini akan digunakan untuk membahas persiapan mulai dari dana, hak waris, tempat upacara, status sosial yang meninggal, dsb.
persiapan rambu solo [image source]Setelah melakukan pertemuan ini, persiapan akan dilanjutkan dengan membeli banyak peralatan ritual dan membuat sebuah pondok upacara. Pembuatan pondok upacara dilakukan oleh keluarga untuk menyediakan akomodasi bagi tamu-tamu yang nantinya diundang dan menjadi saksi jalannya upacara Rambu Solo’ yang sangat penting ini.
Kerbau Kurban untuk Rambu Solo’
Komponen yang tidak bisa dipisahkan dari upacara Rambu Solo’ adalah adanya hewan kerbau. Bagi masyarakat Tana Toraja, kerbau yang dikorbankan akan mengantar arwah cepat menuju keabadiannya di puya. Semakin banyak kerbau yang dikorbankan maka akan semakin cepat pula seorang arwah diantar menuju puya.
kerbau bule [image source]Seorang yang berasal dari keluarga menengah biasanya mengorbankan hingga 10 kerbau sedangkan keluarga kaya atau bangsawan bisa mengorbankan hingga ratusan ekor. Banyak kerbau yang dikorbankan membuat biaya upacara ini menjadi sangat banyak sehingga miliaran rupiah pun adalah angka yang wajar. Oh ya, kerbau yang digunakan pada upacara ini juga bukan kerbau sembarangan. Masyarakat Tana Toraja menggunakan kerbau bule yang memiliki harga sangat fantastis. Bahkan ada satu ekor kerbau yang unik dibanderol hingga 1 miliar rupiah.
Pelaksanaan Upacara Rambu Solo’
Acara utama dari Rambu Solo’ berlangsung dalam dua tahapan besar. Pertama adalah upacara yang dilaksanakan di halaman rumah yang meninggal dunia dan yang kedua dilaksanakan di lapangan besar. Pada tahap pertama, keluarga akan memindahkan letak jenazah, dari sini jenazah sudah dianggap meninggal dunia. Selanjutnya, keluarga yang meninggal akan menerima tamu-tamu yang datang dengan membawa sumbangan baik uang maupun barang. Akhir dari tahap pertama ini ditandai dengan penyebelihan babi dan kerbau lalu memasukkan jenazah di dalam kotak.
pelaksanaan Rambu Solo [image source]Upacara tahap kedua dilakukan dengan mengarak jenazah hingga akhirnya sampai di lapangan. Setelah proses ini selesai, keluarga akan menerima tahu dan membicarakan berapa banyak kerbau yang akan dikorbankan. Apabila kesepakatan telah tercapai, esok harinya sejumlah kerbau yang disepakati akan disembelih hingga jenazah benar-benar dimakamkan dengan sempurna.
Inilah uraian singkat tentang upacara pemakaman Rambu Solo’ yang sangat mahal dan megah itu. Di Tana Toraja, orang yang telah meninggal benar-benar dihormati hingga keluarga akan melakukan apa saja untuk menyempurnakan mereka hingga ke puya.
DOWNLOAD MAKALAHNYA DISINI
0 Comment to "Adat dan Budaya di Tanah Toraja"
Post a Comment