Wednesday, April 26, 2023

Makalah Pendidikan Islam Ideal Dengan Integrated Learning

 MAKALAH

PENDIDIKAN ISLAM IDEAL DENGAN INTEGRATED LEARNING

 


 BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Dewasa ini dirasakan ada keprihatinan yang sangat mendalam tentang dikotomi pendidikan. Di dalam dunia pendidikan, dikenal ada dua macam pendidikan yang dikenal saat ini, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum. Terbukti dengan adanya sekolah agama dan sekolah umum, fakultas agama dan fakultas umum. Kemudian muncul kesan yang sangat kuat bahwa pendidikan agama berjalan tanpa dukungan sains teknologi dan keahlian, sebaliknya pendidikan umum berjalan tanpa sentuhan agama. Hal tersebut berimplikasi pada out put pendidikan. Pendidikan umum menghasilkan orang-orang yang pintar ilmu kehidupan tetapi tidak bermoral, sementara pendidikan agama menghasilkan orang-orang yang mengerti agama tetapi gagap teknologi.

Dari uraian permasalahan diatas penulis tertarik untuk memaparkanya dalam sebuah tulisan makalah dengan judul “ Pendidikan Islam Yang Ideal Untuk Masa Depan”, makalah ini akan membahas beberapa rumusan masalah dibawah ini.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa arti pendidikan Islam ?

2.      Bagaimana Pendidikan Islam Ideal dengan Integrated Learning?

3.      Bagaimana Implementasi Integrated Learning dalam pendidikan Islam?

 

C.    Tujuan Pembahasan

1.      Mengetahui Pengertian Pendidikan Islam

2.      Mengetahui Pendidikan Islam yang Ideal dengan Integrated Learning

3.      Mengetahui Implementasi Integrated Learning dalam  pendidikan Islam.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan manusia yang ideal.  Agama islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah.

Adapun yang dimaksud dengan pendidikan Islam sangat beragam, hal ini terlihat dari definisi pendidikan Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan berikut ini:

Prof. Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. (Asy-Syaibany, 1979: 399).

Dr. Muhammad SA Ibrahimy (1983 : 28) (Bangladesh) mengemukakan pengertian pendidikan islam sebagi berikut; Islamic education in true sense of the term, is a system of education which enables a man to lead his life according to the islamic ideology, so that he may easily mould his life in according with tenent of islam.

Pendidikan Islam dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran islam.

Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali (tt : 37) memberikan pengertian pendidikan islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.

Dengan demikian, bagi penulis, pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran Islam agar terwujud kehidupan manusia yang makmur dan bahagia dunia dan akhirat. Karena pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga praktis, maka pendidikan Islam merupakan pendidikan iman sekaligus pendidikan amal.

 

B.     Pendidikan Islam Ideal dengan Integrated Learning

Kita terbiasa mendengar sebutan ilmu agama Islam dan ilmu umum. Ilmu agama Islam berbasis wahyu, hadis Nabi, penalaran dan fakta sejarah. Sedangkan ilmu umum berbasis penalaran akal, data-data empirik dan fenomena alam. Keadaan yang dikotomis tersebut menyebabkan problem baru. Orang Islam yang hanya mengandalkan ilmu agama Islam dalam memecahkan masalah menyebabkan kurang mampu menghadapi tantangan zaman, serta merebut peluang dalam persaingan global sehingga membawa kemunduran. Sebaliknya, ilmu umum yang tidak berdasarkan pada agama menyebabkan terjadinya penyalahgunaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) untuk tujuan-tujuan yang menghancurkan umat manusia, terutama dalam bidang kebudayaan, politik, ekonomi dan moral. Ilmu-ilmu tersebut pada hakikatnya berasal dari Allah SWT., karena sumber ilmu tersebut berupa wahyu, alam jagat raya, manusia dengan perilakunya, alam pikiran, dan intuisi batin seluruhnya ciptaan Allah yang diberikan kepada manusia. Atas dasar paradigma tersebut, seluruh ilmu hanya dapat dibedakan dalam nama dan istilahnya saja, sedangkan hakikat dan substansi ilmu tersebut sebenarnya satu dan berasal dari Tuhan. Integrated Learning Sebagai Solusi Dikotomi Ilmu.

Dikotomi antara ilmu agama Islam dengan ilmu umumpun terjadi dalam dunia pendidikan. Sebagai alternatif pemecahannya adalah harus dikembangkan konsep pembelajaran terpadu (integrated learning), yaitu memadukan materi-materi keagamaan dalam pelajaran-pelajaran umum. pembelajaran terpadu berangkat dari kurikulum terpadu (integrated curriculum), yaitu kurikulum yang disusun dengan memadukan dan mengembangkan materi pelajaran yang terintegrasi antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain, tetapi tetap memelihara identitas mata pelajaran induk, seperti matematika, IPA, IPS, PKn dan sebagainya. Pengajaran terpadu dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, materi beberapa mata pelajaran disajikan dalam tiap pertemuan hanya menyajikan satu jenis mata pelajaran, biasanya disebut dengan pelajaran tematik. Cara kedua, keterpaduannya diikat dengan satu tema pemersatu, yaitu meyakini kekuasaan Tuhan dan menjadikan moralitas dan etika sebagai nilai utama (main values).

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep, dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna, karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung yang menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Dengan demikian dibutuhkan kerjasama antara beberapa guru yang berbeda dan komitmen pemegang kebijakan di lembaga pendidikan tersebut dalam menyusun bahan ajar dan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Atau paling tidak ada komitmen bersama dalam proses belajar mengajar untuk lebih membina moralitas siswa.

Implementasi integrated learning dalam pembelajaran sesungguhnya tidak harus diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Islam, akan tetapi juga lembaga pendidikan secara umum. Sebab, konsep ini dapat dilakukan secara fleksibel dengan memperhatikan berbagai kondisi di lingkungan sekolah. Satu hal yang lebih penting dari itu semua adalah berkaitan dengan tujuan dari konsep pembelajaran terpadu yaitu untuk menjadikan siswa sebagai manusia yang memiliki integritas tinggi terhadap moralitas dan etika dan bukan menjadi manusia yang memiliki kepribadian ganda (split personality), dimana mereka akan menunjukan perilaku yang terpuji ketika berada di tempat yang menjadi simbol kesalihan seperti mesjid, sekolah dan lainya. Tetapi mereka berubah menjadi manusia yang tidak bermoral ketika berada di luar itu.

1.      Pengertian Integrated learning

Terdapat beberapa pengertian Integrated learning atau pembelajaran terpadu, diantaranya :

a.       Menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest);

b.      Menurut Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan IPA terpadu.

Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.

Langkah awal dalam melaksanakan pembelajaran terpadu adalah pemilihan/ pengembangan topik atau tema. Dalam langkah awal ini guru mengajak anak didiknya untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan topik atau tema tersebut. Dengan demikian anak didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.

2.      Prinsip-Prinsip Pembelajaran Terpadu

Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi : 1) prinsip penggalian tema, 2) prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, 3) prinsip evaluasi dan 4) prinsip reaksi.

a.       Prinsip penggalian tema antara lain : a). Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi, b). Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya c). Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. d). Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak, e). Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar, f) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat, g). Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

b.      Prinsip pelaksanaan terpadu di antaranya : a) guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar, b) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas  yang menuntut adanya kerjasarna kelompok, c) guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam poses perencanaan.

c.       Prinsip evaluatif adalah : a). memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya, b) guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.

d.      Prinsip reaksi, dampak pengiring (nuturan efek) yang penting  bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna. Waktu pembelajaran terpadu bisa bermacam-macam yaitu : a) pembelajaran terpadu yang dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu apabila materi yang dijalankan cocok sekali diajarkan secara terpadu; b) Pembelajaran terpadu bersifat temporer, tanpa kepastian waktu dan bersifat situasional, dimana pelaksanaannya tidak mengikuti jadwal yang teratur, pelaksanaan pembalajaran terpadu secara spontan memiliki karakteristik dengan kegiatan belajar sesuai kurikulum yang isinya masih terkotak-kotak berdasarkan mata pelajaran. Walaupun demikian guru tetap harus merencanakan keterkaitan konseptual atau antar pelajaran, dan model jaring laba-laba memungkinkan dilaksanakan dengan pembelajaran terpadu secara spontan (tim pengembang PGSD, 1996); c) Ada pula yang melaksanakan pembelajaran terpadu secara periodik, misalnya setiap akhir minggu, atau akhir catur wulan. Waktu-waktunya telah dirancang secara pasti; d) Ada pula yang melaksanakan pembelajaran terpadu sehari penuh. Selama satu hari tidak ada pembelajaran yang lain, yang ada siswa belajar dengan yang diinginkan. Siswa sibuk dengan urusannya masing-masing.

Pembelajaran ini dikenal dengan istilah “integrated day “ atau hari terpadu. Diawali dengan kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi penyiapan aspek-aspek kegiatan belajar, alat-alat, media dan peralatan lainnya yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran terpadu. Dalam tahap perencanaan guru memberikan arahan kepada murid tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, cara pelaksanaan kegiatan, dan cara siswa memperoleh bantuan guru.

Implikasi dari pembelajaran terpadu, bentuk hari terpadu, guru harus menentukan waktu maupun jumlah hari untuk pelaksanaan kegiatan tersebut dan dapat diisi dengan kegiatan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba; (4) Pembelajaran terpadu yang terbentuk dari tema sentral.

Implementasinya menuntut dilakukannya pengorganisasian kegiatan yang telah terstruktur. Pengorganisasian pada awal kegiatan mencakup penentuan tema dengan mempertimbangkan alat, bahan, dan sumber yang tersedia, jenis kegiatan serta cara guru membantu siswa. Untuk pelaksanaanya guru bekerjasama dengan guru kelas lainnya dalam merancang kegiatan belajar mengajar dengan memilih tema sentral transportasi dalam kehidupan.

3.      Ciri-ciri Pembelajaran terpadu

Hilda Karli dan Margaretha (2002:15) mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut:

a.       Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.

b.      Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.

c.       Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.

Sejalan dengan itu, Tim Pengembang PGSD (1977:7) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri berikut ini.

a.       Berpusat pada anak

b.      Memberikan pengalaman langsung pada anak

c.       Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas

d.      Memyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran.

e.       Bersikap luwes

f.        Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

 

C.    Implementasi integrated learning dalam pendidikan Islam

1.      Integrated learning di PAUD/TK

Pembelajaran untuk anak usia dini sebaiknya terpadu. Mereka tidak belajar mata pelajaran tertentu, seperti IPA, Matematika, Bahasa secara terpisah. Hal itu didasarkan atas berbagai kajian keilmuan PAUD, bahwa anak belajar segala sesuatu dari fenomena dan objek yang ditemui. Melalui air mereka bisa belajar menghitung (matematika), mengenal sifat-sifat Allah (aqidah), sifat-sifat air (IPA), menggambar air mancur (kesenian), dan fungsi air dalam keluarganya (IPS). Pembelajaran terpadu dengan tema dasar tertentu dikenal dengan tematik unit. Pada contoh diatas air dapat digunakan sebagai tema utama dalam penyusunan tematik unit. Tema dasar dipilih dari kejadian keseharian yang dialami oleh siswa. Misalnya dikala musim hujan air sangat dominan sehingga air dapat digunakan sebagai tema dasar karena air dapat dijumpai dan dirasakan oleh setiap anak.

Dalam bukunya Reaching Potentials: Appropriate Curriculum and Assessment for Young Children, Bredekamp dan Rosegrant (1992), menyarankan agar pengembangan kurikulum untuk PAUD mengikuti pola sebagai berikut :

a.       Berdasarkan keilmuan PAUD

b.      Mengembangkan anak menyeluruh

c.       Relevan, menarik, dan menentang

d.      Mempertimbangkan kebutuhan anak

e.       Mengembangkan kecerdasan

f.        Menyenangkan

g.      Fleksibel

h.      Unified dan integrated

Untuk mengembangkan kurikulum, sebaiknya guru perlu memperhatikan hal-hal tersebut :

a.       Dasar filosofi dan model TK mana yang akan dipakai, misalnya model Froebel atau model Montessori.

b.      Dasar yuridis, yaitu aturan-aturan dari pemerintah yang berlaku secara nasional

c.       Prinsip dasar keilmuan PAUD, teori perkembangan anak, teori belajar, dan pembelajaran anak usia dini.

d.      Kebutuhan anak dan pengetahuan awal yang telah dimilikinya

e.       Kebutuhan masyarakat dan kecendrungan perubahannya.

f.        Kemampuan guru dan ketresediaan fasilitas disekolah.

Kurikulum pada sekolah TK/PAUD ditekankan pada upaya pembentukan pengembangan pribadi muslim, di mana semua aspek kemampuan dasar yang diajarkan selalu terintegrasi dengan Al-Quran dan hadits sehingga anak mampu mengenal keluasan ilmu Allah serta merasakan kebesaran-Nya sejak usia dini, dengan demikian diharapkan kelak anak akan menjadi cendekiawan muslim yang bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas, terampil, percaya diri, dan siap menjadi pemimpin masa depan.Sistem pendidikan modern yang terintegrasi dengan Al-Qur'an dan hadits itu diimplementasikan dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan Kelas Yang Berpusat Pada anak (Student-Centered Classroom) yang menghargai kecerdasan majemuk (multiple intelligence) yang dimiliki oleh setiap individu, juga memberikan kesempatan eksplorasi yang seluas-luasnya pada peserta didik yang bertujuan untuk membekali mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Proses pendidikan Islam di TK/PAUD menekankan pada:

a.       Penanaman aqidah Islamiyah;

b.      Pembiasaan ahlakul karimah;

c.       Membangun rasa percaya diri;

d.      Membangun daya kreativitas;

e.       Melatih kemandirian;

f.        Memberikan kesempatan pada anak untuk memecahkan masalah dan menemukan jawabannya.

g.      Memberikan kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dengan baik;

h.      Memberikan kesempatan untuk mengembangkan motorik halus dan motorik kasar mereka

2.      Integrated learning di SD/MI

Piaget mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak meliputi tahapan: (a) sensori-motor, (b) pra operasional, (c) operasional konkrit, dan (d) operasional formal. Anak-anak usia dini (2-8 th) berada pada tahapan pra operasional dan operasional konkrit, sehingga kalau kita merujuk pada teori ini, dalam praktik pembelajaran di kelas hendaknya guru memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak pada tahapan ini. Secara khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa perkembangan anak usia dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat terpadu, di mana aspek perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, dan perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungannya.

Merujuk pada teori-teori belajar, di antaranya teori Piaget, maka dalam pembelajaran di jenjang SD kelas rendah hendaknya kita menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak (DAP atau Developmentally Appropiate Practice). Penggunaan pendekatan DAP ini mengacu pada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu:

1.      asas kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat dijangkau oleh anak,

2.      asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal yang faktual (konkrit) mengarah pada konseptual (abstrak),

3.      asas holistik dan integratif, pembelajaran hendaknya tidak memilah-milah topik pelajaran, guru harus memikirkan segala sesuatu yang akan dipelajari anak sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpadu,

4.      asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh makna dengan menciptakan banyak proses manipulatif sambil bermain.

Beberapa alasan pembelajaran pendidikan islam terpadu cocok digunakan di tingkat SD sebagai berikut.

a.       Pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka belum dapat memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain.

b.      Di samping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga haru mengurangi dampak dari fenomena ini di antaranya anak tidak mampu melihat dan memecahkan masalah dari berbagai sisi, karena ia terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala pandang yang luas dan integratif. Cakrawala pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang akan mereka hadapi nanti di masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat dalam memandang manusia secara utuh.

 Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula (kurikulum terpadu) atau integrated approach (pendekatan terpadu) atau integrated learning (pembelajaran).  Pada pelaksanaannya istilah kurikulum terpadu atau pembelajaran terpadu atau pendekatan terpadu dapat dipertukarkan, seperti dikatakan oleh pakar pendidikan dan guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd.(Pikiran Rakyat, 11 April 2003) “kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai. Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan.

Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989:9 dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri.

Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan program DAP yang dikemukakan Bredekamp (1992:7) dalam Ahmad,  pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya.  Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.

Menurut penulis integrated learning pada sekolah dasar menggunakan pendekatan proses belajar mengajar sebagai berikut: Untuk kelas 1-3 : Pendekatan Thematic  Teaching. Untuk kelas 4-6 : Pendekatan Mata Pelajaran. Setiap mata pelajaran terintegrasi dengan nilai-nilai Islam (Islamic Core) dan pada mata pelajaran agama terintegrasi dengan IPTEK. Terprogram dalam unit Pengembangan Akhlaqul Karimah. Memperhatikan kemampuan secara individual dan mengoptimalkan kecerdasan majemuk setiap anak. Terprogram  dalam program Unit Assesment dan Threatment Departement.

3.      Integrated learning di SMP/MTs.

Proses integrated learning si SMP/MTs meliputi tiga jenis keterpaduan yaitu :

a.       Keterpaduan pola asuh

Pola ini meliputi tiga peran, pertama peran orang tua, Keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama yang dikenali anak.Orang tua merupakan pembina pertama (Hawari : 1998 : 159). Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan tak langsung yang dengan sendirinya akan masuk dalam kepribadian anak yang sedang tumbuh (Daradjat 2005:59) .Tumbuh kembang anak secara kejiwaan (mental intelektual) dan mental emosional yaitu IQ, SQ amat dipengaruhi oleh siskap, cara dan kepribadian orang tua dalam mendidik anaknya.

Kedua peran sekolah.  Berdasarkan penelitian bahwa situasi atau iklim sekolah sangat penting dalam pembentukan karakter siswa. Budaya dan iklim sekolah yang dikondisi agar peserta didik berperilaku secara islami merupakan lingkungan yang kondusif bagi implementasi nilai-nilai spiritual islam di sekolah.  Atmosfir Islamic di sekolah mempunyai peran sangat penting dalam menentukan watak (character building) peserta didik dimana sekolahan yang islami bisa membentuk sikap dan mental anak yang islami pula.

Ketiga peran masyarakat, Pendidikan di masyarakat adalah bagaimana proses pergaulan hidup seorang anak dengan anggota masyarakat lainnya, yang mampu memberikan proses pembelajaran. Masyarakat adalah terdidri dari beberapa manusia yang atau karenanya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Salah satu fungsi masyarakat adalah sebagai wadah untuk saling merujuk dan merasa dari tiap perbuatan, tindakan dan sikap individu dan keluarga untuk dijadikan suatu patokan yang bersifat umum. Dalam hal ini, mungkin saja seorang anak melakukan perbuatan, tindakan atau sikap sebagai hasil dari proses pendidikan dalam keluarga akan mengalami kecocokan ataupun benturan. Dengan demikian masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga.

b.      Keterpaduan materi

Menyadari pentingnya memberi pengertian pada peserta didik bahwa seluruh ilmu  yang ada di dunia ini adalah ilmunya Allah, tidak ada pemisahan ilmu dunia dan ilmu agama. Dalam proses pelaksanaan pendidikan diperlukan adanya seperangkat rencana dan pengaturan isi dan bahan pelajaran serta metode yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan proses pembelajaran, sehingga dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Di dalam dunia pendidikan hal tersebut dinamakan kurikulum. Kurikulum disusun dengan mempertimbangkan teknologi dan seni. Menggunakan kurikulum tambahan muatan lokal yang berbasis Islam sehingga mempunyai kekhasan.

 

c.       Keterpaduan Ranah

Pendidikan mengacu pada sebuah proses pembentukan atau pengarahan (dari orang lain kepada diri sendiri) yang mencakup pengembangan aspek pengetahuan, skill, sikap, mental atau kepribadian dan moral atau etika. Karena hal ini bersentuhan dengan aspek pengembangan sikap moral dan kepribadian maka pembelajaran di sekolah sarat dengan nilai. Sebagaimana sifat pendidikan, nilai mempunyai muatan yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik. Nilai memuat sejumlah prinsip-prinsip dasar yang harus disampaikan kepada peserta didik meliputi berbagai dimensi keyakinan (ideologis, tauhid dan aqidah), dimensi pengalaman (konsekuensial, akhlak), dimensi penghayatan (ekspresensial, ihsan) dan dimensi pengetahuan (intelektual, ilmu).

Dalam aspek kognitif, misalnya peserta didik dituntut untuk memiliki wawasan yang luas baik dalam ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum. Hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan intra maupun ekstra kulikuler yang mendukung aspek tersebut. Pada aspek afektif, peserta ddidik dituntut memiliki aqidah yang benar dan positif. Dalam aspek psikomotorik, peserta didik terbiasa mencintai membaca al qur’an, mampu melaksakan praktek ibadah secara benar, bertindak terampil dan kreatif serta selalu mengusahakan kesehatan dirinya. Penekanan tujuan pendidikan terpadu adalah keterpaduan antara iman, ilmu dan amal. Pendidikan Islam intinya adalah sebagai wahana pembentukan manusia yanga bermoral tinggi.  Di dalam ajaran Islam moral atau akhlak tidak dapat dipisahkan dari keimanan. Keimanan merupakan pengakuan hati. Akhlak adalah pantulan iman yang berrupa perilaku, ucapan dan sikap. Dengan kata lain adalah amal shalih. Iman adalah maknawi (abstrak) sedangkan akhlak adalah bukti keimanan dalma bentuk perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran dan karena Allah semata.

Hal itu untuk menghadapi era globalisasi yang dari tahun ke tahun semakin maju, terbuka dan kompetitif. Untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang berkwalitas yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan kaya akan khasanah nilai-nilai Islam sehingga mampu menjawab tantangan zaman.

4.      Integrated learning di SMA/MA.

Pembelajaran terpadu biasa dilakukan jenjang pendidikan usia dini, namun tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan di jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMA/MA. Pembelajaran terpadu merupakan gabungan antara berbagai bidang kajian, maka dalam pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan, penerapannya adalah:

a.       Guru

Di SMA/MA pada umumnya guru-guru yang tersedia terdiri atas guru-guru satu disiplin ilmu seperti fisika, kimia, dan biologi. Guru dengan latar belakang tersebut tentunya sulit untuk beradaptasi ke dalam pengintegrasian apalagi dengan mapel pendidikan agama, misalnya bidang kajian PKN, tidak memiliki kemampuan yang optimal pada agama, begitu pula sebaliknya. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menimbulkan konsekuensi terhadap berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru, sementara ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban atas beban jam mengajar untuk setiap guru masih tetap.

Untuk itu, dalam pembelajaran terpadu dapat dilakukan dengan dua cara, yakni: (a) team teaching, dan (b) guru tunggal. Hal tersebut disesuaikan dengan keadaan guru dan kebijakan sekolah masing-masing.

1)      Team Teaching

Pembelajaran terpadu dalam hal ini diajarkan dengan cara team; satu topik pembelajaran dilakukan oleh lebih dari seorang guru. Setiap guru memiliki tugas masing-masing sesuai dengan keahlian dan kesepakatan. Kelebihan sistem ini antara lain adalah: (1) pencapaian KD pada setiap topik efektif karena dalam tim terdiri atas beberapa yang ahli dalam ilmu-ilmu sosial, (2) pengalaman dan pemahaman peserta didik lebih kaya daripada dilakukan oleh seorang guru karena dalam satu tim dapat mengungkapkan berbagai konsep dan pengalaman, dan (3) peserta didik akan lebih cepat memahami karena diskusi akan berjalan dengan narasumber dari berbagai disiplin ilmu.

Dalam pembelajaran ini diperlukan beberapa langkah seperti berikut:

a)      Dilakukan penelaahan untuk memastikan berapa KD dan SK yang harus dicapai dalam satu topik pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan berapa guru bidang studi IPA yang dapat dilibatkan dalam pembelajaran pada topik tersebut.

b)      Setiap guru bertanggung jawab atas tercapainya KD yang termasuk dalam SK yang ia mampu, seperti misalnya SK-1 oleh guru dengan latar belakang biologi, SK-2 oleh guru dengan latar belakang fisika, dan seterusnya.

c)      Disusun skenario pembelajaran dengan melibatkan semua guru yang termasuk ke dalam topik yang bersangkutan, sehingga setiap anggota memahami apa yang harus dikerjakan dalam pembelajaran tersebut.

d)      Sebaiknya dilakukan simulasi terlebih dahulu jika pembelajaran dengan sistem ini merupakan hal yang baru, sehingga tidak terjadi kecanggungan di dalam kelas.

e)      Evaluasi dan remedial menjadi tanggung jawab masing-masing guru sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, sehingga akumulasi nilai gabungan dari setiap Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi menjadi nilai mata pelajaran terpadu.

2)      Guru Tunggal

Pembelajaran dengan seorang guru merupakan hal yang ideal dilakukan. Hal ini disebabkan: (1) bidang kajian menjadi satu mata pelajaran, (2) guru dapat merancang skenario pembelajaran sesuai dengan topik yang ia kembangkan tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan guru yang lain, dan (3) oleh karena tanggung jawab dipikul oleh seorang diri, maka potensi untuk saling mengandalkan tidak akan muncul.

Untuk tercapainya pembelajaran terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal tersebut, maka dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut.

a)      Guru-guru yang tercakup ke dalam mata pelajaran serumpun (misalnya IPA) diberikan pelatihan bidang-bidang studi di luar bidang keahliannya (dalam rumpun yang sama), seperti guru bidang studi Fisika diberikan pelatihan tentang bidang studi Kimia dan Biologi.

b)      Koordinasi antar bidang studi yang tercakup dalam mata pelajaran terpadu tetap dilakukan, untuk mereviu apakah skenario yang disusun sudah dapat memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan bidang studi di luar yang ia mampu.

c)      Disusun skenario dengan metode pembelajaran yang inovatif dan memunculkan nalar para peserta didik sehingga guru tidak terjebak ke dalam pemaparan yang parsial bidang studi.

d)      Persiapan pembelajaran disusun dengan matang sesuai dengan target pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan topik yang dihasilkan dari pemetaan yang telah dilakukan.

3)      Peserta didik

Dilihat dari aspek peserta didik, pembelajaran terpadu memiliki peluang untuk pengembangan kreativitas akademik. Hal ini disebabkan model ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik terhadap konsep-konsep yang dipadukan, karena dapat mengembangkan kemampuan asosiasi konsep dan aplikasi konsep, kemampuan asosiatif, serta kemampuan eksploratif dan elaboratif.

Selain itu, model pembelajaran terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa indikator dan Kompetensi Dasar. Dengan mempergunakan model pembelajaran terpadu, secara psikologik, peserta didik digiring berpikir secara luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya, peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Dengan demikian, pembelajaran model ini menuntun kemampuan belajar peserta didik lebih baik, baik dalam aspek intelegensi maupun kreativitas. Pembelajaran terpadu perlu dilakukan dengan variasi metode yang tidak membosankan. Aktivitas pembelajaran harus lebih banyak berpusat pada peserta didik agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.

4)      Bahan Ajar

Pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu. Pembelajaran terpadu ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensif dibandingkan dengan pembelajaran monolitik. Dalam satu topik pembelajaran, diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan jumlah Standar Kompetensi yang merupakan jumlah bidang kajian yang tercakup di dalamnya.

Guru dituntut untuk rajin dan kreatif mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran terpadu tergantung pada wawasan, pengetahuan, pemahaman, dan tingkat kreativitasnya dalam mengelola bahan ajar. Semakin lengkap bahan yang terkumpulkan dan semakin luas wawasan dan pemahaman guru terhadap materi tersebut maka berkecenderungan akan semakin baik pembelajaran yang dilaksanakan. Bahan yang sudah terkumpul selanjutnya dipilah, dikelompokkan, dan disusun ke dalam indikator dari Kompetensi Dasar. Setelah bahan-bahan yang diperlukan terkumpul secara memadai, seorang guru selanjutnya perlu mempelajari secara cermat dan mendalam tentang isi bahan ajar yang berkaitan dengan langkah kegiatan berikutnya.

5)      Sarana dan Prasarana

Dalam pembelajaran terpadu diperlukan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran yang pada dasarnya relatif sama dengan pembelajaran yang lainnya, hanya saja ia memiliki kekhasan tersendiri dalam beberapa hal. Dalam pembelajaran terpadu, guru harus memilih secara jeli media yang akan digunakan, dalam hal ini media tersebut harus memiliki kegunaan yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang studi yang terkait dan tentu saja terpadu. Karena digunakan untuk pembelajaran konsep yang direkatkan oleh tema, maka penggunaan sarana pembelajaran dapat lebih efisien jika dibandingkan dengan pemisahan bidang kajian.

 

5.      Integrated learning berbasis pesantren di perguruan tinggi

Pendidikan pada pondok pesantren yang sekarang ada, yang dalam perkembnagannya memang ada perubahan yang cukup mendasar, sehingga pola pondok pesantren ada tiga macam, mulai dari pondok pesantren yang salafi (kuno) atau tradisional, menjadi pesantren yang semi modern, dan terakhir menjadi pondok pesantren modern, atau bahkan pesantren masa depan.

Pendidikan Islam berbasis pesantren, yang dimaksud disini adalah pesantren salafiah khususnya, dan pesantren semi modern,  perlu mengubah model pembelajaran yang sekarang dilaksanakan untuk diperbaiki menjadi pesantren modern yang dapat memecahkan masalah atau problem solving. yakni salah satunya dengan menata ulang manajemen pesantren. ialah   “Model Pembelajaran Pendidikan Islam Integratif”.

Pendidikan Islam Integratif bertujuan melahirkan manusia utuh (insan kamil) yang berorientasi pada Tauhidullah dengan kerangka berpikir Islami, terimplemntasi dalam ibadah, dan teraktualisasikan dalam akhakul-karimah, dengan dasar al-Qur’an dan As-Sunnah, untuk mengembangkan ide-ide sain dan teknologi dalam khazanah keilmuan dan Islam yang ramah, sebagaimana yang dikemukakan Ahmad Sayfii Maarif, yang ditulis oleh Azyumardi Azra (Republika 18 Juni 2009) Islam yang dikembangkan hendaklah “Islam yang ramah, terbuka, inklusif, dan mampu memberi solusi terhadp masalah-masalah besar bangsa dan negara; sebuah Islam yang dinamis dan bersahabat dengan lingkungan” kultur, sub kultur, dan agama kita yang beragam; sebuah Islam yang memberikan keadilan, kenyamanan, keamanan, dan perlindungan kepada semua orang yang berdiam di Nusantara ini tanpa diskriminasi.

Model pembelajaran pendidikan Islam berbasis pesantren menawarkan seperangkat konsep dan format baru, untuk menjadikan pesantren yang selama ini, khususnya pesantren Salafiah (kuno) dengan menggunakan berbagai prangkat yang terkesan tradisional, tidak menerima perubahan dengan serta merta, masih tetap bertahan dengan apa yang ada pada saat ini, atau bahkan peninggalan-peninggalan tradisi lama yang tidak mau dilepas dan bahkan dengan cara apologis mempertahankan sesuatu yang tidak akan membawa kemajuan dan tidak mampu menyelesaikan berbagai masalah, hendaknya diubah dengan paradigma baru, atau cara pandang baru yang berkemajuan.

Penetapan  tujuan, program, proses dan  kurikulum,  yang  bersumber dari  wahyu Allah SWT dan contoh serta teladan dari Nabi Muhammad saw, diintegrasikan dengan berbagai hasil kajian empirik, sebagaimana teori  yang dikemukakan Ismail Raji al-Faruki (1995), dan Naquib al Attas, tentang “Islamisasi Ilmu Pengetahuan,” 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan

1.      Pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran Islam agar terwujud kehidupan manusia yang makmur dan bahagia dunia dan akhirat. Karena pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga praktis, maka pendidikan Islam merupakan pendidikan iman sekaligus pendidikan amal.

2.      Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

3.      Model Pembelajaran Integrated learning dapat di terapkan tidak hanya pada pendidikan usia dini namun juga bisa di terapkan pada jenjang SMP/MTs, SMA/MA bahkan perguruan tinggi

 

B.       Saran

Pengalaman belajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu. Pembelajran terpadu memberikan penerapan- penerapan dunia nyata sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer pembelajaran.

Dengan pembahasan tersebut semoga makalah ini bermanfaat, penulis menghaturkan rasa terimakasih atas kritik dan saran dari semua pihak. Wallahu a’lam.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ibrahimy S. A., Muhammad, Mass Midia Islamic Gasette, Bangladesh, 1983.

 

Fadhil Al-Jamali, Muhammad. Tarbiyah Al-Insan Al-Jadid. Al-Turisiyyah, Al-Syarikat,tt.

 

Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).

 

http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pengertian-pembelajaran-terpadu.html

 

http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/model-pembelajaran-tematik-pembelajaran-terpadu-latar-belakang-mengapa-disarankan-untuk-digunakan-di-sd-dan-mi/

 

http://rbaryans.wordpress.com/2007/04/19/mengapa-memilih-pembelajaran-terpadu/

http://www.p4tkipa.org/data/pembelajaranterpadu.pdf

 

http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/prinsip-prinsip-pembelajaran-terpadu/

 

Tim Pengembang PGSD. 1996. Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

 

Dadang Hawari, Al Qur’an dan Ilmu kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, ,Yogyakarta, Dana Bakti Primayasa, 1998).

 

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan Bintang, 2005

 

 

 DOWNLOAD MAKALAH LENGKAPNYA DISINI

Download Format Word



 

 

 

 

                                                                           

loading...

Share this

0 Comment to "Makalah Pendidikan Islam Ideal Dengan Integrated Learning"

Post a Comment